Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Minim Sarana, Gagal Prestasi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Minimnya sarana latihan, diduga menjadi salah satu faktor minimnya jam terbang atlet renang; Sehingga, mereka gagal bersaing dengan perenang daerah lain.

BANYUWANGI – Atlet renang Banyuwangi yang berlaga di kejuaraan Piala KONI Surabaya akhir Oktober lalu dapat dikatakan cukup banyak. Tercatat, ada 32 atlet yang diturunkan dalam kejuaraan tersebut.

Sayangnya, Banyuwangi hanya bisa membawa pulang sembilan medali. Dengan rincian satu emas, lima perak, dan tiga perunggu. Jumlah ini pun terlihat cukup timpang jika dibandingkan dengan kuantitas atlet yang diberangkatkan.

Pelatih PRSI Banyuwangi, Dwi Andriyanto menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat para atlet tidak bisa memperoleh hasil maksimal. Pertama, ada sekitar 14 atlet dari 32 total atlet yang diberangkatkan merupakan perenang baru yang perkembangannya tidak terpantau oleh dua klub dibawah PRSI Banyuwangi.

Sehingga, pelatih pun belum bisa mengukur kemampuan mereka secara maksimal ketika bertanding. Sedangkan faktor kedua, menurut Andri, dikarenakan minimnya jam berlatih atlet yang ditambah dengan minimnya sarana renang yang ada.

Dia mencontohkan, di wilayah kota hanya ada kolam renang GOR Tawangalun dan Mendut Sport Center yang biasa digunakan berlatih. Akan tetapi, seringkali mereka harus berbagi dengan banyak orang ketika latihan. Baik itu cabor air lain, ataupun pengunjung umum.

Sedangkan kolam renang yang berada di pinggiran kota seperti yang dimiliki Hotel Berlian Abadi misalnya, menurut Andri seringkali ramai dengan wisatawan. Sehingga membuat latihan menjadi tidak efektif.

“Kita sudah coba membagi waktu, tetapi anak-anak ini kan pulangnya siang dari sekolah. Paling cepat jam 3 baru bisa kumpul di kolam renang. Kita sendiri seringkali menggunakan GOR Tawangalun, tetapi di sana kita juga harus berbagi. Selain itu jam 16:30 juga sudah tutup, jadi cukup sulit kita menyesuaikannya,” terang guru olahraga SDN Lateng itu.

Dengan minimnya sarana tersebut, Andri pun menambahkan jika dampaknya berimbas kepada stamina atlet ketika bertanding. Karena masing-masing atlet hanya memperoleh porsi latihan minim. Padahal menurutnya, dengan jumlah atlet yang cukup bannyak, PRSI Banyuwanxgi cukup berpeluang bisa meraih banyak prestasi asalkan didukung dengan sarana latihan yang memadai.

“Kolam-kolam renang lainnya jarraknya terlalu jauh. Jadi, tidak mungkin kita pusatkan di sana. Untungnya masih ada beberapa atlet unggulan yang bisa kita andalkan. Tapi kita tidak bisa terus mengandalkan mereka,” tegas Pelatih Sritanjung Swimming Club itu. (radar)