Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Modal Cinta, Terus Dorong Persewangi Maju

Manajer Persewangi FC Hari Wijaya
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Manajer Persewangi FC Hari Wijaya

SOSOK Hari Wijaya Hariyanto mungkin bukan nama yang asing bagi para insan olahraga sepak bola di Bumi Blambangan. Manajer tim Persewangi FC ini memang tak pernah segan jika harus tampil di depan, terutama untuk olahraga sepak bola.

Dari berbagai sepak terjangnya yang banyak diketahui masyarakat hingga kini, mungkin hanya sebagian kecil yang mengetahui bagaimana sebenamya sosok Manajer Persewangi ini dan motivasinya dalam mengembangkan tim sepak bola Banyuwangi yang kini menghuni kasta kedua di sepak bola tanah air itu.

Kecintaan Hari kepada dunia sepakbola rupanya tak muncul secara instan hingga posisinya saat ini. Lingkungan tempat tinggalnya yang berdekatan dengan lapangan sepak bola Desa Setail membuat olahraga kulit bundar itu menjadi makanan sehari-hari bagi pria yang lahir 46 tahun lalu itu.

Dia pun pernah beberapa kali memperkuat tim antarkampung (tarkam) dan tim sepak bola di tempatnya bekerja. Hal itu juga yang kemudian membuatnya berani menangani klub kampungnya Persemars pada tahun 2011.

“Sebelumnya saya pemain bola. Tapi memang tidak di level professional, karena pekerjaan saya tidak memungkinkan untuk terjun secara utuh di sana. Tapi dunia sepak bola tidak bisa lepas dari kehidupan saya,” ujar Hari.

Manis pahit mengelola bola dari level bawah itu juga yang membuatnya terus berani mengembangkan diri, terutama di bidang manajerial tim sepak bola. Sampai kemudian Hari memiliki kesempatan menangani tim profesional Persewangi FC untuk berlaga di level kedua sepakbola tanah air.

Meski sebagian besar orang memberikan penilaian dan asumsi yang bermacam-macam atas sepak terjangnya, pria bergesture gesit itu tak mau ambil pusing. Baginya, kecintaannya menangani tim profesional yang membawa nama tanah kelahirannya, Banyuwangi sudah lebih dari cukup untuk memotivasi dirinya.

“Sejak di klub amatir, saya sudah terbiasa pusing dengan masalah kebutuhan klub. Pernah ketika masih menangani Persemars, saya keliling mencari dana dari pintu ke pintu tetangga. Itu juga menjadi modal saya menangani klub bola profesional. Harus bekerja keras untuk klub,” terang alumni SMKN 1 Glagah itu.

Berbagai penilaian orang tentang sosoknya yang dianggap kurang tepat menangani klub sebesar Persewangi pun sering kali didengar. Namun, Hari beranggapan bahwa untuk menangani klub profesional diperlukan ketegasan. Karena apa yang ada di dalam klub profesional nyaris berbeda samasekali dengan klub amatir.

“Mungkin ini masalah cara pandang saja. Saya pun banyak belajar bagaimana menangani klub profesional, jika ingin memajukan klub kita memang harus berkorban. Meninggalkan kebiasaan di klub amatir, tapi semua demi kemajuan sepak bola di Banyuwangi,” ungkapnya.

Dengan semua upayanya hingga saat ini, Hari berharap bisa membawa Persewangi menjadi klub yang besar di Indonesia. Dia ingin membuat tim berjuluk Laskar Blambangan itu sebagai tim maskot Banyuwangi yang membanggakan.

Seperti Provinsi Bali dengan Bali United-nya atau Kota Surabaya dengan Persebaya-nya. Tetapi Hari pun sadar, jika semuanya perlu usaha keras dan dukungan kuat dari pemerintah dan masyarakat Banyuwangi.

Jika mampu kembali bertahan di Liga 2, dia sudah mempersiapkan langkah dengan menambah dua marquee player untuk Persewangi. Ditambah satu pemain bintang untuk memperkuat Persewangi.

“Persewangi bisa mendukung pariwisata Banyuwangi, jika kita bisa menciptakan tim kuat yang dicintai, bukan tidak mungkin sepak bola dan pariwisata akan menjadi andalan Banyuwangi,” pungkas penggemar Klub AC Milan itu. (radar)