PESANGGARAN-Keberadaan monumen Tsunami di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran yang dibangun untuk mengenang tragedi tsunami pada 1994 dengan menelan korban 299 jiwa, terlihat kurang mendapat perawatan.
Disekitar monumen itu tampak kotor dan banyak tumbuh rumput liar. Makam para korban tsunami, seperti tidak terawat. Sedang monumen yang berdiri kokoh, cat sudah banyak yang kusam. “Untuk perawatan kita serahkan ke dusun,” cetus Pj Kepala Desa Sumberagung, Suryanto.
Dengan diserahkan ke pemerintah dusun, terang dia, maka untuk pengelolaan termasuk perawatannya ditangani oleh pemerintah dusun. “Kita memang tidak ada dana untuk perawatan monumen itu,” ungkapnya. Hanya saja, jelas dia, pemerintah desa pernah menganggarkan perawatan dengan pembangunan pagar dan memberi paving di sekitar monumen.
“Sudah kita anggarkan dua kali itu,” ucapnya pada Jawa Pos Radar Genteng. Untuk ke depan, terang dia, pihaknya akan menggandeng karang taruna dan pengelola wisata. Sehingga, pengelolaan monumen tsunami itu bisa lebih baik. “Akan kita libatkan pengelola wisata untuk pengelolaannya,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, monumen tsunami itu akan dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan memadukan lokasi wisata Pantai Mustika. Sehingga wisatawan yang telah berkunjung ke Pantai Mustika, bisa datang ke monumen tsunami untuk bahan wisata edukasi. “Kita akan padukan dengan Pantai Mustika,” cetusnya. (radar)