Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mualaf Penemu Makna Alquran Melalui Kode dan Tinjauan Sains

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Habiskan Rp 400 Juta, 10 Tahun Teliti Huruf Hijaiyah

PADA usia 30 tahun, Didik yang asli Surabaya ini telah mencapai hidup yang sejahtera. Ia bekerja di perusahaan asing yang  bertempat di Denpasar, Bali. Bisa dibilang seluruh keinginannya tercapai. Keluarga yang bahagia, penghasilan yang cukup.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk keyakinannya. Saat itu, alumnus Universitas Merdeka Malang ini memang belum 100 persen yakin dengan keyakinan pilihannya. Pada  waktu itu ia berada pada titik  jenuh dalam hidup. “Setelah  semua yang kita inginkan kita dapatkan.

Lalu apalagi?” kata Didik Suharyo ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi di teras rumahnya Jalan Doho, Kelurahan aman Baru, kemarin (22/6). Untuk itu, ia mencari jawaban atas kegundahan akan keyakinannya selama ini. Langkah pertamanya adalah memboyong keluarganya ke Banyuwangi.

Menurutnya, Banyuwangi adalah daerah yang masih kental nuansa agama tetapi tidak ekstrem. Kebetulan, rumah yang ia tempati berhadapan dengan rumah seorang takmir masjid. Tanpa diminta, takmir tersebut menawarkan Didik untuk belajar mengaji.

Meski sedikit malas, Didik menerima tawaran dari takmir tersebut. Alhasil setelah dua tahun yang cukup lama, pria dua anak tersebut berhasil menguasai iqra atau buku yang mempelajari cara membaca huruf dan kalimat Alquran dari dasar. Seiring berjalannya waktu, Didik mampu membaca kalimat Alquran.

Hal tersebut belum membuatnya puas. Ia semakin terobsesi dan mulai mendalami arti dan makna kalimat-kalimat dalam Alquran. Apalagi setelah mengetahui kalimat Rahmatan Lil Alamin yang berarti rahmat untuk seluruh alam. Begitu juga dengan Alquran yang ia yakin termasuk dari bagian Rahmatan  Lil Alamin.

“Yang saya yakini Alquran itu menampung ilmu seluruh alam karena diciptakan oleh pencipta alam itu sendiri. Hanya saja kita hanya terpaku mempelajari Alquran dari sisi akidah,” katanya.  Selama bertahun-tahun ia tidak pernah berhenti untuk memohon jawaban atas keingintahuannya yang mendalam.

Setelah yakin, ia melakukan penelitian untuk mendalami makna Alquran dimulai dari huruf hijaiyah. Dalam perjalanannya Didik banyak berdiskusi dengan ulama, terutama ulama dari pondok pesantren Gontor. Berkat dukungan dari para ulama tersebut, Didik semakin  yakin dan semangat.

Selama  sepuluh tahun ia melewati cek dan ricek serta masa trial dan error. Setiap huruf yang bermakna tersebut kemudian diklasifikasi dengan program komputer. Kebetulan, Didik menguasai bahasa pemrograman. Setiap huruf hijaiyah ternyata memiliki makna yang sangat spesifik.

“Seluruh ilmu kehidupan baik ilmu fisika, ilmu nahwu dan sharaf bahkan ilmu nuklir juga terkandung di setiap huruf  Alquran,” katanya. Misalnya saja seperti huruf Shod secara umum disamakan dengan “sh”. Jika dilihat dari bentuknya, huruf ini seperti orang sujud atau  suatu ketundukan.

Maka makna yang paling mendekati dari huruf Shod adalah kata tunduk. Arti ‘tunduk’ pada huruf Shod dalam kalimat Alquran berkembang lebih luas namun masih dalam konteks yang sama. Menurut Didik, satu huruf  bisa memiliki 10 makna.

Makna seluruh huruf hijaiyah yang telah ia kupas tersebut dibukukan dengan judul ”Mukjizat Huruf- Huruf Alquran” yang terbit pada tahun 2012. Tidak sedikit yang  mengapresiasi buku tersebut. Mulai dari petinggi Kementerian  agama masa itu, yakni Nasarudin  Umar, Wakil Kementerian  Agama RI sejumlah rektor  dari Universitas Islam ternama dan pengurus pondok pesantren.

Pria yang kini berwirausaha sebagai pembuat tahu ini berharap ilmunya mudah diterima dan dipahami masyarakat. Yang paling  penting menurutnya adalah mengubah  paradigma umat muslim yang cukup puas membaca Alquran tanpa mengetahui maknanya.

“Memang saat ini kendala kita adalah keterbatasan SDM. Pada Alquran, kita hanya peduli dengan akidah tanpa mau mempelajari bahwa semua ilmu yang ada didunia ini sudah tersirat dalam kitab suci kita,” katanya. Ia sendiri memiliki forum penga jian bagi masyarakat sekitar  rumahnya dan siapa saja yang  ingin mempelajari arti dan makna Alquran.

Ia berharap umat  muslim menyadari seluruh ilmu umum itu dasarnya dari Alquran. “Keilmuan umum itu basisnya dari ilmu Alquran,” tegasnya. Meski menghabiskan waktu dan dana cukup banyak untuk penelitian tentang huruf, kata dan kalimat dalam Alquran ia tidak menyurutkan langkahnya untuk mengupas makna kitab suci lebih dalam lagi.

Terhitung  sejak pertama melakukan penelitian  hingga bukunya terbit,  Didik menghabiskan dana Rp 400 juta. “Semakin banyak pengorbanan kita untuk Alquran,  semakin banyak pula yang akan diberi Alquran untuk kita,” tandasnya. (radar)