Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mulai Syuting Film Kedua

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

syutinggBANYUWANGI – Setelah break dua hari menyusul berakhirnya syuting Film Television (FTV) pertama berjudul Lari dari Kawin Lari, PH Moestions kembali syuting film kedua mulai kemarin (2/7). FTV kali ini berjudul Banyuwangi Sunrise of Love. Film yang mulanya berjudul “Ketapang Aku Jatuh Cinta” itu syuting pertama digeber di Jalan A . Yani, Banyu wangi, kemarin. “Ini syuting film kedua,” kata sang sutradara, Dwi Ilalang, kemarin pagi.

Syuting yang dilakukan di sebuah kafe tersebut sempat memacetkan jalan. Sebab, pengendara yang melintas di sekitar lokasi banyak yang menghentikan kendaraannya begitu melihat peralatan syuting. “Syuting apa ini?” kata seorang pengendara motor yang menyaksikan proses syuting tersebut. Lagi-lagi bukan Dwi Ilalang jika tidak melakukan “penyelewengan” skenario.

Sutradara yang pernah mengorbitkan Sabai Morscheck itu sengaja mengubah beberapa scene demi memunculkan kekhasan Banyuwangi. Dalam fi lm yang dibintangi Ryan Delon dan Sharena itu, ada beberapa alur yang diubah dan beberapa tokoh yang ditambah dan dihilangkan. Contohnya, teman Arum (Arum: tokoh utama perempuan yang diperankan Sharena), yang semula diperankan seorang laki-laki diubah menjadi perempuan.

Dokter yang seharusnya lakilaki diubah menjadi perempuan. “Dengan seperti itu, fi lm ini akan lebih punya jiwa,” kata  Dwi Ilalang. Kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Dwi Ilalang mengungkapkan bahwa bukan hanya masyarakat Banyuwangi  yang ingin produksi FTV tandem (syuting terus-menerus) di Banyuwangi. Menurutnya, dia juga sangat ingin tandem itu benar-benar terlaksana.

Sehingga, cita-citanya membangun industri fi lm di Banyuwangi menjadi kenyataan. Dia optimistis tak lama lagi keinginan mulia itu akan dikabulkan Tuhan. “Anggap hanya tandem dua tahun, itu sudah cukup luar biasa,” kata sutradara berambut gondrong itu. Biaya produksi dua fi lm yang kali ini sedang digarap memang tidak sedikit. Bahkan, sudah melebihi plafon anggaran yang ditargetkan pihak PH (productions house).

Meski demikian, Dwi tidak menganggap  itu sebagai kerugian. Dengan enteng dia mengatakan bahwa sebuah hasil indah harus ditempuh dengan perjuangan yang keras. Sementara itu, berbeda dengan FTV Lari dari Kawin Lari, FTV Banyuwangi Sunrise of Love kali ini menggunakan lima artis dari Jakarta. Kelima artis ibu kota itu hampir setiap hari nongol di layar kaca.

Memilih artis Jakarta dilakukan bukan tanpa pertimbangan. Meski anggaran yang akan dikeluarkan lebih besar, tapi itu tidak dianggap sebagai hal yang harus dipikirkan. Pertimbangan pertama, agar fi lm tersebut diisi banyak bintang yang sudah bersinar. Kedua, tokoh-tokoh yang dibutuhkan masih sulit ditemukan di Banyuwangi. Sebab, kesempatan membuka open casting tidak lama, yakni hanya sehari.

“Tentu tidak cukup mencari talent yang sudah siap pakai seperti mereka,” tambah Dwi. Kalau dalam film Lari dari Kawin Lari ada Laras sebagai fi gur aktris lokal Banyuwangi, dalam fi lm Banyuwangi Sunrise of Love ada tokoh Ajeng. Tokoh Ajeng yang diperankan oleh Ajeng itu adalah figur sentral aktris lokal. Ajeng dihadirkan sebagai tokoh pembantu tokoh utama, Arum, yang diperankan Sharena.

Rencananya, hari ini syuting akan dilakukan di Bandara Blimbingsari dan dilanjutkan di RS Al-Huda. Kamis hingga Jumat, syuting akan dilakukan di Perkebunan Glenmore. Sabtu, syuting akan dilakukan di Ijen Resort. “Demi hasil yang memuaskan, kami harus rela bertualang ke pelosok,” pungkas Dwi Ilalang.

Jauhnya jarak antar-lokasi syuting itu berpengaruh terhadap kesibukan para birokrat yang bertugas mengurus perizinan. ”Saya harus stand by setiap saat, karena semua dadakan dan tidak bisa ditebak,” kata Rr. Nanin Oktaviantie, Kabag Umum Pemkab Banyuwangi. (radar)