Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Muncul Asap, ABK Sigap Gendong Penumpang Anak

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

munculPEMANDANGAN tidak biasa terlihat di salah satu bagian kantor Kepala Cabang ASDP Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, siang itu. Puluhan orang berkerumun di ruang very important person (VIP) pelabuhan tersebut. Kebanyakan penampilan mereka kusut dan menampakkan ekspresi kelelahan. Tidak hanya didominasi suara orang dewasa, sesekali tangisan balita dan canda anak-anak menyeruak memecah keheningan ruangan yang dilengkapi pendingin udara itu.

Seorang ibu tampak sibuk menenangkan bayinya yang menangis karena kehausan. Orang lain terlihat sedang menyantap nasi bungkus yang disediakan pihak pengelola pelabuhan. Rupanya mereka para penumpang KMP Reny II yang terbakar Rabu (14/5) lalu. Para penumpang itu ditempatkan di ruang VIP Pelabuhan Ketapang selepas dievakuasi dari kapal. Di ruangan itu mereka diberi layanan tambahan dan didata, seperti diberi makan, pengobatan gratis bagi yang membutuhkan, pendataan kepemilikan kendaraan di kapal, dan kota tujuan.  

Kebanyakan penumpang itu mengaku belum percaya atas kejadian yang menimpa mereka di atas kapalSaat kapal  kan bersandar di Pelabuhan Ketapang, feri milik PT. Djembatan Nusantara itu mengeluarkan suara ledakan. Tak lama kemudian, asap mengepul dari salah satu ka mar mesin. “Setelah suara letupan itu asap muncul dan memenuhi kapal,” ujar Edi Purwanto, salah satu penumpang asal Pengambengan, Bali. Asap itu menyebabkan sirine kapal berbunyi.

Sirine tanda bahaya itu membuat sejumlah pe numpang panik. Tangis pun pecah darise jumlah penumpang perempuan. Sementara itu, anak buah kapal (ABK) berupaya mematikan sirine tersebut. Keadaan semakin terasa mencekam setelah mesin dan listrik di kapal padam. Ketakutan penumpang semakin menjadi dengan posisi kapal yang sempat miring ke kanan dan ke kiri. Upaya penyelamatan yang dilakukan awak kapal seolah berlomba dengan asap yang semakin memenuhi beberapa ruangan.  

Mereka tidak henti-henti meminta se luruh penumpang tidak panik dan tetap tenang. Sikap tenang dan terampil ABK itulah yang membuat kecemasan penumpang sedikit terobati. Mereka menyisir ruangan demi ruangan untuk mengevakuasi penumpang dari kepungan asap. “Ketika asap banyak, ada ABK yang langsung menggendong anak saya ke atas. Dia minta saya dan suami cepat naik ke atas,” kenang Mega Ratnasari, penumpang asal Sempolan, Kabupaten Jember.

Saat kejadian, Mega Ratnasari sedang menggendong anaknya yang berusia empat bulan. Kepanikan penumpang akibat asap itu sempat membuatnya kehabisan akal untuk menyelamatkan diri. Dalam pikirannya sempat terbayang maut sudah dekat. Beberapa kapal terbakar dan tenggelam yang pernah ditayangkan di TV langsung mengisi pikiran perempuan itu selama proses evakuasi. Tak lama kemudian, ibu muda itu shock. 

Namun, kesigapan ABK akhirnya membuat cerita kapal terbakar itu menjadi berbeda. Mega bersama anak dan suaminya akhirnya selamat dari bayang-bayang buruk. “Ya shock pas kejadian itu. Kan sudah banyak kejadian kayak gini di tempat lain. Tapi syukur, kami selamat,” ujarnya.Hal yang sama juga dirasakan Siti Rahmawati. Bocah kelas empat SD di Singapadu, Gianyar, itu juga tidak menyangka kapal yang dia tumpangi akan terbakar. Saat asap muncul, dia langsung membangunkan orang tuanya agar segera menuju tempat yang aman.

Suasana mencekam juga dirasakan penumpang lain, Irwan, asal Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Dia masih ingat betul kondisi kapal setelah terdengar letupan kecil yang diikuti asap. “Asapnya pekat. Mata panas dan tenggorokan terasa serak,” tuturnya. Irwan naik kapal bersama istri dan anaknya dari Gilimanuk. Dia tidak merasakan firasat apa pun. Saat peristiwa itu terjadi, dirinya hanya berusaha bersikap tenang dan mengikuti arahan ABK. 

Bahkan, saat memakai baju pelampung dan ada kapal penyelamat, dirinya dan keluarganya yakin keadaan akan teratasi dengan aman.  Tidak ada barang yang bisa dibawa saat evakuasi. Tas berisi baju dan motor yang ditunggangi masih berada di kapal. Baginya itu tidak masalah, karena keselamatan jiwa menjadi prioritas utama. Dia belum bisa melupakan kejadian itu. Baginya itu merupakan pengalaman berharga. Selebihnya, dia hanya bisa pasrah atas kejadian yang dialaminya itu. (radar)