Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Murdi Baru Beli Ayam untuk Syarat Dapat Jodoh

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Anas Menunjukan Foto Mertuanya, Tukul.

PERASAAN duka masih dirasakan oleh keluarga Tukul, 49, di rumahnya Dusun Plosorejo, RT 2, RW 5, Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Begitu juga dengan keluarga Murdi, 42, di Dusun Curahpacul, RT 3, RW 3, Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar.

Di rumah kedua korban itu terlihat sedikit ramai kemarin (1/5). Keluarga dan para tetangga tampak berkumpul dan sibuk di dapur untuk menyiapkan tahlilan. Salah satu anggota keluarga, tak tahan menangis tangis saat wartawan Jawa Pos Radar Genteng datang ke rumahnya.

Istri almarhum Tukul, Sujarni, 47, yang  mendapingi menantunya, Anas, 34, menyampaikan suaminya itu memang spesialis penggali sumur. Bahkan, sumur milik Rokhani itu yang membuat juga suaminya.

“Suami saya itu dari dulu bekerja mennggali dan menguras sumur,” terang Sarjani. Saat suaminya berangkat kerja menbersihkan sumur milik Rokhani di Dusun Curahkrakal, Desa Tambakrejo, tidak terlihat ada tanda-tanda yang aneh.

“Suami sya hanya pamit saja, tidak ada tanda-tanda yang aneh,” ungkapnya. Mereka sangat terkejut saat mendapat kabar Tukul meninggal ketika menguras sumur. Apalagi, sebelumnya terlihat sehat. ” Kami seperti tidak percaya, tapi kami semua ikhlas,” cetus menantu Tukul, Anas bersama Rina, 28, istrinya.

Di mata Anas, mertuanya yang meninggal dunia saat membersihkan sumur itu, dikenal sebagai sosok lelaki yang rajin bekerja. Selama ini, bapaknya itu tak bisa berpangku tangan di rumah. “Bapak saya itu rajin, kalau tidak ada pekerjaan menggali atau  menguras sumur, pergi kemana- mana untuk mencari pekerjaan,”  ungkapnya.

Suasana serupa juga terlihat di rumah Murdi yang ada di Dusun Curahpacul, Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar. Di rumah korban tewas saat membersihkan sumur, sejumlah ibu-ibu terlihat sibuk di dapur untuk persiapan tahlilan. Di antara ibu itu, juga ada Ny. Mumum, 65, ibu kandung Murdi dan adiknya Mutiah, 31.

Saat wartawan Jawa Pos Radar Genteng datang ke rumahnya, kedua perempuan itu langsung menangis. Keduanya menyampaikan kalau Murdi itu sebenarnya tidak ikut bekerja. Murdi hanya membeli kopi di warung yang ada di dekat rumah Rokhani.

“Kakak saya itu beli kopi di warung,” kata Mutiah. Saat Tukul berteriak minta tolong Murdi bergegas membantu dengan turun ke dasar sumur. Tapi nahas, Murdi justru gagal naik ke atas sumur setelah Tukul berhasil dievakuasi.

“Mas Murdi itu ingin membeli ayam, lalu beli kopi di warung dengan sumur itu,” terangnya. Ayam yang dibeli Murdi itu, rencananya untuk syarat selamatan dirinya. Murdi yang sudah lama menduda, disarankan untuk membeli ayam dan menggelar selamatan bila ingin segera dapat jodoh.

“Mau selamatan agar dirinya suci, katanya mau mencari jodoh,” ungkapnya. Mutiah mengaku terkejut, karena ayam yang dibeli di pasar untuk selamatan, ternyata malah menjadi tanda akan kepergian untuk selamanya.

“Tidak kepikiran kalau ayam yang akan dibuat selamatan itu justru menjadi tanda meninggalnya kakak saya,” ujarnya. Mutiah mengaku bersama ibunya yang sudah tua merasa sangat kehilangan dengan kepergian Murdi. Sebab dalam keluarganya, Murdi sebagai tulang punggung.

“Memang kakak saya kerjanya srabutan, tetapi dia itu laki-laki sendiri di keluarga kami. Ibu dan bapak sudah tua,” katanya.(radar)