Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Nelayan Badean Ancam Menutup Jalan ke Pantai

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

nelayanBANYUWANGI – Puluhan nelayan asal Desa Badean, Kecamatan Kabat, mendatangi gedung DPRD Banyuwangi kemarin (19/4). Mereka mengaku kesulitan memarkir perahu karena lahan di sekitar pantai tersebut telah ditutup dengan gedhek (anyaman bambu, Red) oleh pengelola tambak udang. Para nelayan tersebut mengancam akan menutup jalan menuju pantai bila mereka tidak diberi tempat untuk san dar perahu. “Kami sudah bertekad menutup jalan bila pemilik tambak tersebut tidak mau mengerti dengan nasib para nelayan,” tegas Ahmad Kholili, 32, koordinator nelayan.

Menurut Kholili, para nelayan sudah berlaku baik kepada pemilik tambak tersebut. Sebaliknya, nelayan merasa bahwa pemilik tambak belum pernah berbuat baik kepada para nelayan. “Tambak di dekat pantai itu tidak berfungsi. Kami ingin meminjam untuk tempat sandar perahu,” katanya. Ancaman para nelayan itu disampaikan saat mereka diterima Komisi II DPRD Banyuwangi. Sebelumnya, Ketua Komisi II DPRD, Ismoko, meminta persoalan tersebut diselesaikan di tingkat kecamatan “Saya rasa persoalan para nelayan ini bisa diselesaikan di tingkat kecamatan,” ujar Ismoko.

Permintaan anggota dewan itu rupanya ditolak para ne layan. Penyelesaian konfl ik yang te lah dimediatori Muspika Ka bat itu dianggap tidak bisa meng hasilkan keputusan. “Kami ingin diselesaikan di sini (DPRD), karena penyelesaian di kecamatan tidak jelas,” kata Kholili. Meski para nelayan ngotot agar ma salah tersebut diselesaikan di DPRD, tapi mereka akhirnya menyerah. Ini setelah Kapolsek Kabat Iptu A. Imron berjanji akan menjadi mediator dalam per temuan antara nelayan dan pemilik tambak.

“Nanti akan kami undang semua,” janji Iptu Imron. Para nelayan mendatangi gedung DPRD karena tidak sabar dengan nasib yang mereka alami. Perahu yang disandarkan di pantai sering rusak karena saling berbenturan. “Pantainya menyusut tinggal sepuluh meter, karena terkena abrasi,” terang Aseri, 60, salah satu nelayan Pantai Badean. Menurut Aseri, puluhan tahun lalu panjang pantai di kawasan tersebut sekitar 20 meter lebih.

Pantai tersebut bisa digunakan menyandarkan perahu dua baris. Tetapi, saat ini untuk parkir satu baris saja berbenturan. “Kalau air laut pasang, ombaknya naik hingga menghantam perahu,” ungkapnya. Aseri menyebut, di kampungnya ada sekitar 106 perahu yang beroperasi. “Sebelum ada tambak, nelayan bisa menyandarkan perahu dengan baik, tapi kini sulit. Apalagi, kini tambak itu dipagari gedhek,” keluhnya. (radar)