Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Nenek-Nenek Mau Belajar Biar Bisa Jawab Pertanyaan Cucu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mauLANGIT di atas kota Banyuwangi dan sekitarnya begitu cerah Jumat pagi (2/5). Dalam kondisi demikian, ribuan siswa, mahasiswa, dan kalangan pendidik, begitu khidmat mengikuti upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2014 di Lapangan Taman Blambangan, Banyuwangi. Tepat di depan ribuan peserta upacara, tepatnya di atas panggung yang biasa dijadikan lokasi pertunjukan kesenian daerah, terdapat objek berbentuk oval tertutup kain warna biru.

Di depan objek tersebut terdapat tombol warna merah yang terletak di atas meja warna hijau. Usai upacara, Bupati Abdullah Azwar Anas didaulat menekan tombol tersebut.  Dengan didampingi Wakil Bupati (Wabup) Yusuf Widyatmoko dan sejumlah anggota forum pimpinan daerah  (forpimda), Bupati Anas langsung menekan tombol warna merah itu. Seketika suara sirine terdengar. Saat sirine meraung, kain penutup objek berbentuk setengah oval itu tersibak ke atas. 

Uniknya, tiba-tiba muncul lima perempuan dari dalam objek tersebut.Mereka membawa tiga papan yang masing-masing bertulis, “Saya Sudah Bisa Membaca”, “Saya Sudah Bisa Menulis”, dan “Saya Sudah Bisa Berhitung”. Entah kapan lima perempuan itu masuk ke objek tersebut. Prediksi kami, mereka tidak lama berada di dalam objek yang tertutup kain warna biru itu. Terbukti, meski suhu udara cukup panas, tidak tapak keringat mengalir di tubuh mereka.

Belakangan diketahui, sebelumnya lima perempuan itu merupakan penyandang tributa, yakni tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Namun, setelah sekitar dua bulan mengikuti program Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah (Gempita-Perpus), kini mereka sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung. Nah, pagi itu mereka didapuk menjadi perwakilan 11.844 orang yang juga sudah dinyatakan lulus program Gempita Perpus.  

Karena sudah bisa baca tulis, lima perempuan asal Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Banyuwangi, itu berhak mendapat Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma). Uniknya, sesaat sebelum menyerahkan Sukma kepada mereka berlima, Bupati Anas meminta mereka membaca tulisan yang terdapat dalam Sukma tersebut. Ternyata benar, mereka bisa membaca tulisan itu dengan cukup lancar. Kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Muawanah mengaku mulai belajar bacatulis Maret lalu. Bersama rekan-rekannya sesama penyandang buta aksara, dia belajar baca tulis tiga kali dalam sepekan.

“Saya tidak pernah sekolah. Saya ingin bisa membaca dan menulis,” ujarnya. Dikatakan, kemampuan membaca dibutuhkan agar saat bepergian ke luar kota, dia tidak tersesat. Sebab, dia bisa membaca nama jalan dan petunjuk-petunjuk jalan yang lain. “Jadi, kami tidak takut tersesat,” kata dia  diiyakan empat rekannya. Selain itu, keinginan memiliki kemampuan baca tulis itu juga didasari pertimbangan lain yang dirasa tidak kalah penting. 

Menurut Muawanah, jika dia sudah bisa membaca, dia tidak perlu khawatir tidak bisa menjawab saat cucu-cucunya menanyakan huruf atau tulisan. “Kalau ditanya cucu, saya akan bisa  menjawab,” cetusnya seraya tersenyum. Sementara itu, di tengah perbincangan tiba-tiba Hariani nyeletuk. Dia mengucapkan kata Radar Banyuwangi. Saat kami tanya dari  mana dia tahu media tempat kami bekerja, perempuan berjilbab itu mengatakan bahwa dia membaca tulisan di kaus yang kami pakai.

 “Ini lo, Mas. Tulisan di kaus yang sampean pakai tulisannya Radar Banyuwangi,” ujarnya menunjuk kaus yang kami pakai pagi itu. Siti Rohimah, salah satu relawan pengajar program Gempita Perpus mengatakan, proses belajar-mengajar bagi penyandang tributa di Kelurahan Kampung Melayu dilakukan tiga kali sepekan. “Proses belajar mengajar bagi penyandang tributa kami gelar di SDN Tukangkayu. Dalam sekali pertemuan, mereka belajar selama satu jam, yakni mulai pukul 16.00 sampai 17.00,” terangnya. 

Rohimah mengakui, awalnya cukup sulit mengajar orang-orang yang sudah tidak muda lagi tersebut. Namun, setelah ditelateni, mereka menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. “Bahkan, akhir-akhir ini mereka sudah bisa menulis dengan cara didikte,” kata dia bangga. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi, Dwi Yanto, menegaskan pihaknya bertekad menuntaskan program mengentas penyandang tributa di Banyuwangi dalam empat bulan ke depan.

Saat ini, imbuhnya, dari 26.157 orang penyandang tributa, yang sudah berhasil dientas mencapai 11.844 orang. “Sisanya, sebanyak 14.316 orang, akan segera kami tuntaskan dalam empat bulan ke depan,” paparnya. Masih kata Dwi Yanto, bagi mereka yang sudah bisa membaca dan menulis setelah mengikuti program Gempita Perpus dalam dua bulan terakhir, akan terus diberi tutorial. “Normalnya orang diberi tutor baca, tulis,  hitung, selama enam bulan. Jadi, agar benarbenar lancar dan tidak lupa (membaca, menulis, dan berhitung) lagi, mereka akan tetap diberi tutorial empat bulan ke depan,” pungkasnya. (radar)