Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Nyangrai dengan Tungku dan Kayu

NYANGRAI: Finalis Miss Coffee International 2012 memasak kopi di Umah Osing Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
NYANGRAI: Finalis Miss Coffee International 2012 memasak kopi di Umah Osing Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin

GLAGAH – Sebanyak 14 finalis Miss Coffee Internasional 2012 mengikuti nyangrai kopi di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, kemarin (19/10).

Nyangrai kopi merupakan tahap penilaian sebelum memasuki final Miss Coffee Internasional 2012 di Bali. Sebelum mengikuti kegiatan nyangrai, 14 finalis mengikuti kunjungan lapangan di perkebunan kopi milik PTPN XXVI di Belawan, Bondowoso.

Selain itu, mereka juga berkesempatan mengunjungi pabrik kopi di Perkebunan Kalibendo, Banyuwangi. Usai mengunjungi pabrik kopi Perkebunan Kalibendo, 14 finalis itu berkunjung ke Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren. Di tempat itu, mereka banyak melakukan serangkaian kegiatan.

Setiba di Sanggar Genjah Arum, puluhan pe empuan itu disambut beberapa kesenian khas Banyuwangi. Bahkan, 14 finalis itu ikut bermain musik tradisional gedhogan khas suku Osing menggunakan alu dan lumpang. Mereka terlihat enjoy memukul alu bersama pemain musik tradisional warga Osing.

Tidak hanya itu, sebelum nyangrai kopi, mereka juga ikut membuat batik khas Banyuwangi Pada kesempatan itu, pimpinan Sanggar Genjah Arum, Setiawan Subekti, memberikan tali asih kepada para finalis berupa selendang dan sarung batik. Selendang dan sarung batik itu dikenakan pada saat peserta nyangrai kopi.

Yang menarik, nyangrai yang diikuti para finalis miss coff ee itu tidak menggunakan peralatan canggih, melainkan menggunakan alat tradisional. Mereka nyangrai kopi menggunakan kayu bakar dan tungku yang terbuat dari tanah. Mereka rela berpanas-panasan dan berkeringat demi nyangrai kopi hingga matang.

Saat nyangrai, ada yang terlihat sudah biasa dan ada pula yang masih canggung. Peserta dari Afrika Utara dan Myanmar terlihat sangat piawai menyangrai kopi. Hasil sangrai kopi kedua miss coff e itu terlihat sempurna dan tidak gosong. “Saya baru pertama kali lihat kebun kopi dan nyangrai kopi di Indonesia.

Di Jepang tidak pernah lihat kebun kopi,” ujar Sizuka, miss coff ee asal Jepang. Sizuka yang kurang fasih berbahasa Inggris itu tetap menggunakan bahasa Jepang dalam berkomunikasi. Sizuka mengaku puas dan senang mengikuti nyangrai kopi yang dilakukan di Banyuwangi.

Dengan kegiatan itu, dia mengaku mendapatkan pengetahuan baru yang bisa dikembangkan di negara asalnya. Penyambutan yang dilakukan war ga Banyuwangi diakui cukup berkesan dan menyenangkan. Menu yang disajikan lezat dan ke senian yang ditampilkan luar biasa meriah. “Kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah atas penyambutan yang luar biasa ini.

Peserta cukup berkesan dan senang berada di Banyuwangi,” ujar Pranoto, salah seorang panitia penyelenggara Miss Coff ee Internasional 2012. Sementara itu, para finalis miss coffee dari Indonesia, Bianca Beatrice, mengaku tertarik mengikuti miss coffee karena ingin mempromosikan kopi Indonesia.

Indonesia merupakan salah negara produsen kopi berkualitas tinggi di dunia. Hanya, selama ini kopi Indonesia kurang mendapat promosi yang memadai. Melalui miss coff ee, dia dapat mempromosikan kopi Indonesia. Dia juga mengajak seluruh rakyat Indonesia mengonsumsi kopi produk lokal.

Kualitas kopi Indonesia tidak kalah dengan produk kopi dari negara lain. “Bahkan, tidak jarang kopi asal Indonesia dikirim dan dijual lagi ke Indonesia,” kata perempuan yang akan mem buka café di Jakarta dengan menu khusus kopi itu. (radat)