Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Orang Gangguan Jiwa Ditampung dan Dilatih Kerja

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

GEDUNG ruang Poli Kesat berada di sebelah selatan, persis di belakang gedung ruang layanan kesehatan Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Ruang poli kesat itu menempati gedung terpisah dari ruang layanan lainnya, ruangannya berukuran tujuh kali  delapan meter.

Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah ruangan terbuka, dan karpet merah sebagai  alas. Di dalam ruangan itulah, 12 orang yang sebelumnya sempat mengalami gangguan jiwa diberikan terapi kerja. Para ODGJ tersebut dilatih membuat kerajinan dari limbah bahan bekas, seperti membuat kerajinan lampion dari kertaskoran bekas, tas cantik dari bungkus kemasan kopi, replika kapal Phinisi dari kertas koran bekas, serta berbagai jenis kerajinan lainnya berbahan limbah (recycle).

Terapi bagi ODGJ tersebut sudah  berjalan tiga minggu terakhir di Puskesmas Gitik. Inovasi layanan tersebut adalah solusi atas munculnya komitmen bebas pasung ODGJ di Kecamatan Rogojampi. Warga yang memiliki gangguan jiwa dan sering meresahkan dan  dipasung langsung dibebaskan.

“Usai dibebaskan dari pasung itulah, ODGJ diberikan terapi yakni dengan pengobatan, dan terapi  kerja,” ujar Koordinator ODGJ Puskesmas Gitik, Eko Budi Cahyono. Hingga saat ini, di Puskesmas Gitik sudah melaksanakan terapi  terhadap 12 orang dengan gangguan jiwa yang tersebar di seluruh  Kecamatan Rogojampi.

12 orang itu kini kondisinya sudah mulaistabil, dan terampil melakukan pekerjaan. Untuk penyembuhan ODGJ tersebut diperlukan tindakan  yang konsisten, dan butuh waktu yang tidak singkat. Selama masa penyembuhan, butuh dukungan  dari keluarga, dan lingkungan sekitar.

Karena biasanya, ODGJ kerap mendapat perlakuan kurang  menyenangkan serta diskriminasi  di lingkungan tempat tinggalnya. Selama mengikuti terapi tersebut, para anggota ODGJ rutin harus  datang ke ruang poli kesat Puskesmas Gitik. Mereka akan bertemu  dengan seluruh anggota ODGJ  lainnya untuk terus men jalin silaturahmi. Mereka akan diperiksa  kesehatannya oleh dokter, dan  diberikan obat yang harus diminum rutin oleh ODGJ.

“Mereka mempunyai jurnal khusus mengenai perkembangan kesehatan dan kejiwaannya,” terang suami Adistya Mayasari ini. Agar rutin minum obat, para  ODGJ juga telah diberikan pendamping atau orang tua asuh yang juga bertugas mengingatkan  saat minum obat, dan memberikan pekerjaan.

“Kita berikan pekerjaan dengan maksud agar  pikirannya tidak kosong, karena  berpikir menyelesaikan keterampilan yang dikerjakan,”  jelas  lelaki yang disapa Eko BC itu.  Salah satu ODGJ, Ahmad Husen,  23, warga Dusun Rogojampi Utara, Desa/Kecamatan Rogojampi, mengaku sudah dua  minggu mengikuti terapi.

Sebelumnya, Husen berada di Bali  dan bekerja sebagai tukang sablon  serta berdagang baju keliling.  Pekerjaan itu dijalani karena di Banyuwangi dia sudah tidak  memiliki keluarga lagi. Sejak  pada tahun 2007, kedua orang  tuanya yakni pasangan Ibnu dan Muawanah meninggal dunia.

“Orang tua saya meninggal saya masih kelas lima Madrasah Ibtidaiah,” ungkapnya.  Usai lulus MI Islamiyah Rogojampi, Husen langsung diboyong  oleh bibinya yang bekerja di Bali. Selama di Bali, dia bekerja sebagai tukang sablon dan berdagang  pakaian keliling.

Sejak itu pula, hidupnya menjadi tidak terjaga dan tak karuan dan tertekan. Slamet Rahmat, 4,1 orang tua asuh Ahmad Husen mengaku mendapat kabar Husen mengalami gangguan jiwa dan sering  berkeliaran di pasar di daerah Bali. Mendapat kabar itulah, Slamet  langsung meminta saudaranya  yang bekerja di Bali mengajak pulang Husen ke Banyuwangi.

Setibanya dari Banyuwangi,  Husen yang anak yatim piatu  tersebut langsung ditampungnya dan dimasukkan ke Poli Kesat.  Pertemuan dan pemeriksaan di  Poli Kesat tersebut rutin dilakukan setiap pekan. Selama di dalam  poli, para ODGJ mendapat terapi  dengan bernyanyi, dan menyelesaikan keterampilan kerajinan.

Hasilnya, kini Husen sudah mulai kembali pulih. Bahkan, dia juga sudah mulai bisa bekerja dengan membantu menyelesaikan membuat kerajinan gantungan  kunci gandrung. “Saya rutin  mengingatkan untuk minum obat, dan memberikan pekerjaan  agar pikirannya tidak kosong,”  terang Rahmat.

Berangsur-angsur, kondisi Husen kini juga sudah mulai normal.  Bahkan, setiap harinya Husen juga  rutin sebagai muazin di musala Sahru Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Rogojampi. Untuk tinggal dan bermalam, Husen juga menempati rumah kosong milik bibinya di Rogojampi. “ Layanan  Poli Kesat ini sangat membantu, dan memanusiakan manusia,” tandasnya.(radar)