Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Padukan Arsitektur Modern dan Lokal

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

padukanBANYUWANGI – Langkah Pemkab Banyuwangi mendirikan fasilitas umum dan ruang publik dengan mengadopsi arsitektur lokal menuai apresiasi positif Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Mari Elka Pangestu. Apalagi, selain menyisipkan arsitektur lokal, bangunan-bangunan tersebut mengusung konsep green arsitektur alias hemat energi. Itu terungkap dalam dialog tentang arsitektur Osing yang digelar di Pendapa Sabha Swagata Blambangan kemarin (24/5).

Hadir dalam paparan arsitektur Osing tersebut Manteri Mari Elka Pangestu, Bupati Abdullah Azwar Anas, dan salah satu arsitek ternama tanah air, yakni Budi Pradono. Hadir pula kepala sejumlah instansi terkait, di antaranya Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (BMCKRT), Mujiono, Kepala Dinas kebersihan dan Pertamanan (DKP) Arief Setiawan, dan dari unsur budayawan yang diwakili Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi. 

Dalam paparannya, Kepala Dinas PU BMCKRT Mujiono mengatakan, sejumlah sarana dan ruang publik di Banyuwangi dirancang arsitek level nasional, seperti Budi Pradono, Andra Matin, dan lain-lain. Meski demikian, bangunan dan ruang publik di Banyuwangi disesuaikan kearifan lokal. Bahkan, arsitek lokal juga dilibatkan untuk menindaklanjuti grand desain yang telah dirancang arsitek-arsitek top tersebut. Mujiono mencontohkan, arsitektur Osing telah berhasil diadopsi pada bangunan Poliklinik RSUD Genteng dan RSUD Blambangan.

Di sektor pendidikan, arsitektur Osing juga diterapkan pada pembangunan gedung Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) yang desain atapnya berbentuk limas seperti halnya rumah tradisional masyarakat Banyuwangi. “Bangunan-bangunan tersebut mengusung konsep hemat energi. Dirancang sedemikian rupa demi meminimalkan penggunaan air conditioner (AC),” ujarnya.  

Arsitektur Osing juga diterapkan pada pembangunan Stadion Diponegoro, dormitory atlet di kawasan Gedung Olah Raga (GOR) Tawang Alun, dan Wisma Blambangan. Tidak hanya itu, museum kota Banyuwangi, terminal Bandara Blimbingsari, rest area Watudodol, dormitory di Daerah Wisata Osing, dormitory di kawasan Pulau Merah, dan tourist information centre (TIC), serta shelter di kawasan GunungIjen, juga dibuat dengan mempertahankan ciri khas arsitektur Osing tersebut.

Budi Pradono memaparkan, membuat ikon suatu wilayah sangat penting. Namun, dia menegaskan, ikon suatu wilayah tersebut tidak harus mahal. “Seperti shelter yang dibangun di kawasan Ijen. Shelter tersebut didesain menyerupai gunung. Bahannya dari bambu yang diawetkan,” paparnya. Selain shelter di kawasan Ijen, Budi Pradono juga mendesain lapangan atletik GOR Tawang Alun. Lantaran Banyuwangi merupakan daerah penghasil kopi, tribun lapangan atletik tersebut didesain menyerupai rangkaian daun kopi.  

Tidak hanya itu, dia juga mendesain dormitory atlet di kawasan GOR Tawang Alun dengan bentuk menyerupai gelombang air. “Karena Banyuwangi berarti air yang wangi, bentuk dormitory kami desain menyerupai air,” terangnya. Sementara itu, Bupati AbdullahAzwar Anas mengatakan, pihaknya membuat beberapa ketentuan terkait upaya penerapan arsitektur lokal. Salah satu contohnya izin hotel.

“Saat mengajukan izin hotel, desain harus dilampirkan. Jika desain hotel tersebut belum memenuhi unsur lokal, maka belum kami izinkan,” cetusnya.  Dikatakan, hal itu merupakan bagian dari kebijakan Pemkab Banyuwangi. “Sehingga proses transformasi di Banyuwangi ini akan terus menyertakan sesuatu yang bersifat kekayaan daerah,” kata dia.  

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, langkah Pemkab Banyuwangi “mengawinkan” arsitek nasional dengan arsitek lokal tersebut cukup brilian. “Akan ada pembelajaran terhadap arsitek lokal,” tuturnya. Menteri Mari Elka menambahkan, green building di Banyuwangi tidak hanya hemat energi, tapi juga didesain sedemikian rupa sehingga berfungsi secara berkelanjutan. “Sehingga, masyarakat lokal merasa nyaman tinggal di kotanya sendiri,” terangnya. (radar)