Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pantai Syariah Masih Sepi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pantai Syariah Banyuwangi.

BANYUWANGI- Setelah tiga bulan dijadikan sebagai Pantai Syariah, kawasan wisata Pulau Santen di Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi, kembali sepi kemarin (27/5).  Salah seorang pengunjung, Suwarno, 50, Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi, mengaku sangat sering mengunjungi pantai ini. Dirinya hampir setiap Minggu berkunjung.

“Dari pada di rumah sumpek saya jalan-jalan ke sini sambil berjemur pagi, suasananya masih seger,” ujar bapak empat anak ini. Hal-hal lain dari sekadar menikmati pemandangan Pulau Bali dari kejauhan.

Dia mengaku senang melihat orang-orang yang menjaring ikan. Destinasi wisata dengan menonjolkan kegiatan sehari-hari masyarakat setempat diungkapnya sangat menarik untuk tempat kunjungan wisatawan.

Pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi menjumpai suasana pantai sangat sepi pagi kemarin (27/5). Payung-payung pantai masih belum banyak yang dibentangkan karena tidak ada wisatawan.

Hari pertama puasa Ramadan ternyata tidak mendatangkan pengunjung di Pantai Syariah ini. Didukung cuaca masih mendung usai hujan. Hal ini diakui Madsiwi, 33, salah satu warga sekitar Pantai Syariah, Kelurahan Karangrejo.

Dirinya menjelaskan, pengunjung Pantai Syariah Pusan tidak ramai seperti sebelum-sebelumnya. Keadaan ini mulai dirasakan sejak pemberlakuan tarif wisata. Kebijakan yang diberikan tidak sama seperti rapat pada awal pelaksanaan program.

Jika pada sebelumnya masuk area pantai tidak dikenakan biaya, sekarang dikenakan tarif Rp 3.000 per orang. Awalnya, pengujung hanya membayar uang parkir sebesar Rp 2.000 per motor. Pengunjung yang ingin menikmati fasilitas bersantai di bawah payung dikenakan tarif Rp 10 ribu per jam. Perubahan kebijakan ini menyurutkan jumlah peminat wisata Pantai Syariah.

Akibat sepi pengunjung, warung-warung di kawasan pantai banyak yang tutup. Kecuali Madsiwi yang juga pemilik salah satu warung, dirinya tetap membuka warungnya meski pengunjung mulai sepi.

Lokasi warung ada di depan rumahnya, tidak seperti penjual lainnya yang tinggal agak jauh dari lokasi pantai. Keadaan ini sama halnya dengan hari libur jelang puasa lalu, pantai tetap sepi pengunjung.

Sementara itu, wisata syariah ini pernah sampai diminati wisatawan luar kota seperti kota Malang, Surabaya, Jember, Lumajang dan Situbondo. Sedangkan daerah Banyuwangi lokal, yaitu Kecamatan Kalibaru, Kecamatan Genteng, dan Kecamatan Rogojampi.

Namun sayang sekali, masyarakat sekitar Banyuwangi kota malas berkunjung lagi lantaran pemberlakuan tarif masuk. “Kalau tidak ada rombongan dari luar kota, pantai ini sepi. Jika tidak waktu libur, hari-hari biasa tidak ada orang,” ujar bapak tiga anak ini kemarin.

Seperti diberitakan sebelumnya, pantai Pulau Santen sudah hampir tiga bulan berbasis syariah. Ide tersebut datang dari Pemkab Banyuwangi, yang diwujudkan bersama warga sekitar pantai.

Pantai ini jadi salah satu pilihan wisata halal masyarakat, baik daerah lokal, maupun luar kota. Program ini dicetuskan Bupati Abdullah Azwar Anas beberapa bulan lalu. Sebelum pelaksanaan, Pemkab Banyuwangi melakukan rapat dengan wakil dari Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, dan warga setempat.

Tujuannya agar seluruh lapisan masyarakat dapat bersama-sama membangun destinasi wisata syariah tersebut. Konsep wisata halal diwujudkan pemerintah secara bertahap. Beberapa penambahan fasilitas menjadi daya tarik yang memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

Wisata ini telah dilengkapi musala sebagai tempat peribadatan. Saat dikumandangkan azan, pengunjung harus menghentikan seluruh aktivitasnya hingga pengingat waktu salat selesai. Selain halal, pantai  ini juga mengedepankan nilai kesehatan dan kebersihan.

Salah satu peraturan yang dipampang di dekat pintu masuk mengimbau pengunjung untuk membawa kantong plasik. Gunanya untuk mewadahi sampah-sampah bekas masing-masing individu.

Warung-warung di tepi pantai kebanyakan milik dan dikelola warga setempat. Tentunya makanan yang dijual di kawasan ini semuanya halal. Keunggulan lain yang menjadi pembeda paling mencolok dengan wisata lain yaitu pagar  antara wisatawan laki-laki dan perempuan.

Jembatan akses masuk kawasan pantai syariah semakin baik. Sekarang jembatan dengan susunan kayu tersebut dipercantik dengan nuansa merah muda. Di sisi kanan kiri jembatan, wisatawan dimanjakan dengan hamparan hutan mangrove.

Potensi lebih kawasan pantai juga dijadikan tempat singgah masyarakat yang gemar memancing. Tidak hanya itu, pada beberapa titik sekitar pantai dibangun gazebo untuk pengunjung. Pemberian payung-payung pantai warna-warni dapat dijadikan tempat bersantai yang teduh bagi wisatawan.

Beberapa fasilitas seperti payung-payung dan kursi santai merupakan bantuan dari pihak swasta. Selanjutnya warga hanya membantu mengelola. Masyarakat sekitar yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan, banyak mendapatkan penghasilan lewat potensi pantai ini. Karena Pulau Santen  dulunya hanya tempat pe njaringan ikan biasa. (radar)