Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Pawai Obor sambil Baca Istigfar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pawaiGLAGAH – Masyarakat suku Osing Banyuwangi memiliki banyak cara untuk mensyukuri nikmat Tuhan. Seperti yang dilakukan warga Desa Rejosari, Kecamatan Glagah, Warga desa tersebut tumplek blek pawai keliling kampung membawa oncor (obor) Kamis malam lalu (9/10). Pawai oncor mengelilingi desa itu rutin dilakukan warga Desa Rejosari setiap tahun. Tradisi itu digelar agar Desa Rejosari terhindar dari malapetaka. Sambil membaca salawat, seluruh warga berjalan membawa oncor lalu berhenti di setiap perempatan dan batas desa.

Dengan diiringi musik hadrah, warga yang berkeliling tampak bersemangat membaca istigfar. Saat berhenti, mereka azan dan berdoa. Doa itu bertujuan agar roh jahat pergi dari desa. Usai pawai obor, seluruh warga desa menggelar tasyakuran dan makan bersama di depan rumah masing-masing. Menu yang disajikan cukup spesial, yakni pecel pitik menu khas Suku Osing. Setiap Kepala Keluarga (KK) menghidangkan masakannya sendiri di depan rumah yang nanti dimakan bersama warga. Sebelum hidangan disantap, terlebih dahulu warga berdoa bersama. 

Kali ini doa dipandu sesepuh warga dengan pengeras suara dari masjid setempat. Niswati, 70, warga Desa Rejosari mengatakan, kegiatan selamatan bersih desa ini memang dilakukan setiap Bulan Haji. Tujuannya, agar warga terhindar dari malapetaka dan penyakit. “selamatan ini sudah ada sejak dulu. Namanya saja selamatan, tujuannya ya agar desa ini selamat. Warga percaya kalau tidak dilakukan selamatan, akan terjadi malapetaka dan penyakit di desa ini,” jelasnya. Kepala Desa Rejosari, Nurhayati, mengakui kegiatan selamatan bersih desa itu sudah dilakukan turun-temurun.

Rangkaian acara selamatan bersih desa itu dilakukan sejak subuh. “Setelah salat Subuh, warga melaksanakan sema’an dibalai desa. Setelah magrib, warga keliling kampung membawa oncor sambil membaca istigfar untuk mengusir roh jahat. Selanjutnya, warga makan bersama didepan rumah masing-masing. Pukul 21.00 dilakukan pembacaan Lontar Yusuf sampai menjelang Subuh,” jelas kades perempuan itu. Kades Nurhayati menambahkan, selamatan bersih desa itu juga bersamaan dengan hari ulang tahun Desa RejoSari yang ke-150. 

Selamatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Saat Bidan Haji, tepatnya tanggal 13 atau 14 Bulan Zulhijah, tidak hanya selamatan tapi juga mengadakan lomba kebersihan rumah jadi kita tidak hanya melakukan ritual. Tujuan lomba kebersihan rumah ini agar desa juga kelihatan bersih tidak hanya melalui selamatan,” jelas Nurhayati. Ditanya terkait warga yang membawa oncor saat keliling desa, menurut Nurhayati, tidak ada filosofi khusus terkait hal tersebut.

“Oncor memang tidak ada filosofi khusus. Itu hanya tradisi turun-temurun dari nenek moyang kalau selamatan keliling kampung membawa oncor. Mungkin karena dulu tidak ada lampu penerang. Nenek moyang kita menggunakan ancor untuk menerangi jalan dan sampai saat ini warga masih mempertahankan tradisi itu,” pungkasnya (radar)