Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Penari Menopause Beraksi sambil Terpejam

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

penariGLAGAH – Masyarakat Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menggelar tradisi tahunan Seblang Bakungan Minggu malam lalu (12/10). Dalam tradisi yang lekat dengan aroma mistis tersebut, seorang penari yang sudah menopause (perempuan tua yang sudah tidak menstruasi) menari dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tradisi Seblang Bakungan sejatinya digelar dalam rangka selamatan desa dan sebagai simbol tolak bala desa setempat.

Seblang Bakungan dihelat malam hari tujuh hari setelah Hari Raya Idul Adha Puncak acara tersebut dilaksanakan setelah salat Magrib. Namun, rangkaian acara Seblang Bakungan sudah berlangsung sejak pukul 14.00. Sang penari Seblang dan para pemangku adat diiringi perangkat desa mengawali kegiatan nyekar (ziarah) ke makam Mbah Kento. Figur Mbah Kento merupakan penari Seblang pertama di Kelurahan Bakungan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan acara penari Seblang difungsikan (dimandikan) di sumber Watu Ulo. 

Setelah dimandikan, penari seblang diamk keliling kampung bescna pemangku adat serta warga. Ketika salat Magrib usai, warga diwajibkan mematikan lampu, Warga kampung tersebut hanya diperbolehkan menggunakan obor yang diletakkan di halaman rumah masing-masing. Saat lampu dipadamkan, warga menggelar ider bumi sambil membawa oncor (ubur) keliling kampung. Saat sebagian warga melakukan ider bumi, sebagian warga yang lain mempersiapkan hidangan untuk selamatan desa. Usai ider bumi, warga melakukan selamatan di tengah jalan utama Kelurahan Balamgan.

Selamatan tersebut di mulai dengan pembacaan doa dan pemukulan kentongan. Saat kentongan ditabuh, seluruh warga diperbolehkan menghidupkan kembali lampu di rumah masing-masing dan dipersilakan menyantap hidangan khas pecel itik yang telah disediakan. selamatan tersebut dilanjutkan dengan pergelaran tari Seblang. Dengan mata lens terpejam, kedua tangan penari seblang tampak memegang dua bilah keris dengan diiringi gending Seblang Lukento. Perjalanan penari seblang menuju panggung pergelaran Seblang tersebut pun mendapat pengawalan para sesepuh desa. 

Saat penari seblang duduk di singgasana yang berlokasi tepat di sisi barat panggung pertunjukan, dua laki-l aki maju ke tengah lokasi pergelaran. Dua laki-laki tersebut membawa seekor ayam jantan yang lantas diadu. Ternyata aduan ayam tersebut merupakan salah satu syarat wajib dalam rangkaian pertunjukan Seblang Bakungan. Usai ritual adu ayam, penari Seblang memainkan peran, dengan kondisi mata terpejam, nenek penari itu bergoyang mengikuti musik dan nyanyian oleh para wiyogo (pemain gamelan). Uniknya. mayoritas para wiyogo tersebut adalah perempuan.

Di akhir acara, dengan dinyanyikannya gending Sampun pertanda tarian Seblang usai. Warga masyarakat yang datang berebut porobungkil di sekitar sanggar. Maknanya sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Tuhan yang telah diberikan atas hasil bumi yang nrelimpah. Budayawan Banyuwangi, Sanusi menjelaskan, tradisi Seblang Bakungan merupakan simbol tolak bala dan selamatan bersih desa. “Seblang itu dari kata seb dan lang. Seb itu intinya diam, lang itu langgeng. Artinya, kita dalam menjalani hidup itu tidak perlu neko-neko. Ada lagi, arti kata Seblang itu adalah sengkola, balak, belai, denga. Jadi intinya tradisi Seblang ini untuk menolak bala dan agar masyarakat terhindar dari bencana,” jelas pria yang akrab disapa Kang Usik itu. (radar)