Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Pencak Obor Meriahkan Geredoan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KABAT – Sekitar seratus lebih pemuda menampilkan atraksi dan pencak silat dengan obor yang menyala- nyala. Tradisi unik ini dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad yang di gelar di Dusun Kejoyo, Desa Tambang, Kecamatan Kabat, kemarin malam.

Yang menarik, ritual tahunan itu pun kerap menjadi ajang pencarian jodoh melalui geredoan. Dalam bahasa using geredoan artinya menggoda. Tradisi ini sudah turun-temurun dalam rangkaian peringatan hari Maulid Nabi dan syukuran yang di adakan masyarakat setempat.

Awalnya, geredoan muncul ketika masyarakak Dusun Kejoyo sibuk memepersiapkan ater-ater berupa berkat untuk sanak keluarganya. Rata-tata setiap rumah menyediakan 100 sampai 150 berkat untuk dibagikan.

Nah karena setiap keluarga yang mempersiapkan berkat itu pasti kewalahan, maka mereka pun meminta bantua sanak familynya yang lain datang membantu.

Umumnya mereka yang datang adalah saudara yang masih muda atau gadis. Di saat itulah kemudian terjadi keertarikan antara pemuda sekitar dengan si gadis yang dibawa oleh si pemilik rumah yang sedang membuat berkat.

Agar si gadis tersebut tertarik, maka mulailah para pemuda ikut membantu si pemilik rumah. Baik membantu membuat hiasan maulid atau menunjukkan kelihaian mereka dengan menampilkan atraksi pencak obor di hadapan para gadis.

” Dulunya karena rumah-rumah masih pakai gedheg dari lubang itulah para pemuda lidi kemudian jika ditarik, maka berarti ketertarikan mereka disambut oleh si gadis. Sekarang sudah beda karena banyaknya media bisa lebih simpel,” ujar Agus Hermawan, ketua panitia peringatan Maulid Nabi.

Karena itu, dalam budaya geredoan tampak pemuda-pemudi yang hadir. Selain menyaksikan atraksi para pemuda yang memainkan tongkat api yang menghabiskan 700 liter minyak tanah itu, mereka yang datang juga berharap dapat menemukan jodohnya.

“Saya sudah lama tahu ada budaya ini, tapi baru kali ini sempat melihat, moga-moga dapat jodoh,” ujar Marjo salah seorang pengunjung. Agus Hermawan menambahkan, bahwa inti dari ritual ini adalah perayaan Maulid Nabi yang dibarengi dengan syukuran masyarakat desa atas berkah yang mereka dapat selama satu tahun.

“Dulu waktu Nabi Muhammad lahir, selumh alam semesta ikut berbahagia. Dengan syukuran ini berkah desa yang bersamaan dengan peringatan maulid nabi, kita berharap akan memperoleh berkah yang lebih luas,” tandas Agus. (radar)

Kata kunci yang digunakan :