Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pendaki Tewas Kena Serangan Jantung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

LICIN -Setelah sempat ditutup, pendakian ke puncak Ijen sudah dibuka kembali. Jumlah wisatawan yang naik ke puncak Ijen pun cukup banyak. Mereka berasal dari berbagai daerah dan negara. Ada yang datang dari Surabaya, Bogor, Jakarta, dan ada pula yang dari Prancis.

Namun, pendakian kemarin menjadi hari nahas bagi Kamarul Jaman, 48. Pendaki asal Bogor itu tewas saat melakukan pendakian. Dia mendaki bersama istrinya, Titik, 45, dan kedua anaknya. Tiba-tiba Kamarul sesak napas.

Karena kondisi memburuk, dia dibawa para penambang ke Puskesmas Licin. Nyawanya tidak tertolong sesaat sampai di puskesmas.  Kejadian tersebut berawal ketika Kamarul beserta istrinya mendaki Gunung Ijen pada Jumat (9/10) pukul 04.30.

Sopir Tro oper yang membawa mereka mengatakan, kondisi Ijen an tara pukul 02.00 sampai 14.00 aman didaki. Kamarul sekeluarga pun tak ragu mendaki. Berdasar keterangan Lilik, 45, istri Kamarul, mereka sebenarnya sudah tahu status Ijen yang sering berubah.

Namun, karena saran sopir Trooper, mereka akhirnya berani melanjutkan pendakian. Kemudian, sekitar satu kilometer dari pendakian atau hingga Pos Bunder, Kamarul mengeluh sesak dada. Dia pun memutuskan berhenti di pos itu dan meminta istri dan kedua anaknya melanjutkan pendakian.

Melihat anak-anaknya cukup antusias, Lilik melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 08.00 Lilik dan anaknya, Hisyam dan Akmal, diberi kabar oleh  salah seorang penambang yang sengaja mengejar mereka bahwa Kamarul  dilarikan ke Puskesmas Licin.

Lilik pun segera turun dan berusaha menemui suaminya. Begitu tiba di Puskesmas Licin, dia dikabari bahwa suaminya sudah meninggal dunia. Pria yang bekerja di PT. Turbajuno itu meninggal sekitar pukul 06.45 sesaat setelah tiba di Puskesmas Licin.

“Katanya, dokter sudah mencoba melakukan penyelamatan, tapi nyawanya tidak tertolong. Padahal, Bapak sehat. Dia tidak memiliki riwayat sakit jantung. Sehari sebelumnya kita juga habis mendaki Bromo, dan Bapak tidak masalah,” ujar Lilik sambil terisak.

Diceritakan, mendaki Gunung Ijen sudah menjadi agendanya sekeluarga  sejak lama. Awalnya mereka ingin melihat blue fire. Lilik mengatakan, jenazah suaminya langsung dibawa pulang ke kediamannya di Wilayah Cibubur, Bogor, setelah divisum di kamar mayat RSUD Blambangan.

Kapolsek Licin AKP Jupriadi menjelaskan, korban meninggal murni karena sakit, bukan karena asap atau gas yang dikeluarkan Gunung Ijen. Berdasar keterangan petugas kesehatan, korban meninggal karena menderita serangan jantung (heart attack).

“Korban merasa sesak sekitar 1 kilometer dari pendakian. Selanjutnya, dia dinaikkan di atas kereta dorong oleh penambang. Sayang, nyawanya tidak tertolong. Begitu tiba di Puskesmas Licin, dia langsung kejang kemudian meninggal,” jelas Jupriyadi. (radar)