Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penggiat Kopi Nusantara Kumpul di Kemiren

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Peserta workshop praktik cara menyangrai kopi di sanggar umah tikel rumah budaya oseng (RBO). Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, kemarin .

GLAGAH – Belasan penggiat kopi dari berbagai daerah di Nusantara menggelar workshop pengelolaan kopi komunitas di sanggar umah tikel rumah budaya oseng (RBO), Desa Kemiren, Kecamatan  Glagah, kemarin (9/5).

Kegiatan yang digagas oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)  itu merupakan salah satu upaya penguatan ekonomi masyarakat adat Nusantara, salah satunya dengan mengumpulkan potensi kopi yang ada pada  masyarakat komunitas adat.

“Saat ini anggota kami ada 2.304 komunitas masyarakat adat di Nusantara,” ungkap Direktorat Pemberdayaan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber daya Alam Lestari  (Dirpepsal) Pengurus Besar (PB) Aman, Feri Nur Oktaviani.

Dalam workshop itu sedikitnya dihadiri delapan penggiat kopi di Nusantara, di antaranya dari Toraja, Patong Loan Sulawesi Selatan, Bremani Hilir Bengkulu, Gangge Nusa Tenggara Barat (NTB),  Sembalun NTB, Opuronggur Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara, Marga Padang Kuta Pettal, dan Papak Barat Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum kegiatan itu, AMAN melakukan pendataan sebagai basis awal daerah penghasil kopi Nusantara. Hasil pengamatan itu, di tingkat lokal, petani kopi  belum terasa nilai ekonomis. Sehingga dengan dilaksanakan workshop itu, akan  timbul sharing dari penggiat kopi dari berbagai daerah penghasil kopi di Nusantara guna memajukan usaha perkopian.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap akan muncul klasifikasi kelompok usaha baru,” terang Oktaviani. Setelah acara workshop itu juga akan diselenggarakan launching indigenous coffe association (asosiasi kopi masyarakat adat). Asosiasi itu sebagai sebuah wadah penggiat dan mitra kopi di Nusantara.

“Ke depan  juga akan dibentuk koperasi, salah satu  bidang usahanya kopi. Jadi ma syarakat bisa  mendapatkan kopi dari berbagai daerah di Nusantara dengan cara membeli melalui koperasi. Termasuk, juga bisa memasok  kopi untuk kebutuhan impor,” jelasnya.

Sementara itu, salah seorang peserta workshop, Sastrawadi, asal NTB mengaku  banyak mendapatkan ilmu, dan pengetahuan baru dari hasil workshop dengan  para penggiat kopi dari berbagai daerah di Nusantara.

“Saya senang bisa saling  berbagi pengalaman tentang sistem pengolahan dan pengelolaan kopi di masing- masing daerah, dan dari pertemuan ini timbul kebersamaan untuk saling melengkapi,” ujar pengusaha kopi  asal Lombok Utara, NTB ini.

Pasca diselenggarakan workshop itu,  dia berharap akan terbentuk koperasi sebagai wadah komunitas adat penghasil kopi di Nusantara. Sehingga, akan mampu  meningkatkan kesejahteraan petani kopi.

“Sementara rata-rata hasilnya justru banyak dirasakan para tengkulak kopi, para petani kopi justru tidak mendapatkan hasil,” tandasnya. (radar)