Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Peran Utama Montir Diganti Peracik Kopi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

peranBANYUWANGI – Kawasan Jalan A. Yani Banyuwangi tersendat pagi kemarin (26/6). Garagaranya, di lokasi tersebut tengah dilakukan syu ting salah satu scene Film Television (FTV) Lari dari Kawin Lari. Meski antrean kendaraan terjadi tak begitu lama, tapi kejadian tersebut menyebabkan banyak pengguna jalan penasaran dan berhenti. “Ada apa ya?” kata seorang pengendara motor yang terjebak antrean.

Syuting yang tidak biasa dilakukan di Banyuwangi itu pun menjadi tontonan gratis masyarakat. “Rata-rata mereka berhenti setelah melihat Sabai Morscheck dan Agus Ringgo berdiri di pinggir jalan,” kata Pramu Soekarno, salah satu pemeran FTV Lari dari Kawin Lari. Sebab, saat berdiri di pinggir jalan itu, Agus Ringgo dan Sabai Morscheck memakai busana pengantin khas Banyuwangi.

Tentu itu tidak wajar di mata warga Banyuwangi. Kenapa mereka berdiri di pinggir jalan memakai busana pengantinCeritanya, kedua pemeran itu lari saat hendak dijodohkan, dan bertemu di pinggir jalan. Sementara itu, bukan su tradara Dwi Ilalang jika tidak mengubah skenario di tengah ja lan. Dalam film Lari dari Ka win Lari tersebut, sutradara bertangan dingin itu nekat mengubah jalan cerita.

Meski tidak terlalu signifi kan, tapi hal itu menjadikan film Lari dari Kawin Lari lebih kental Banyu wangi-nya. Mulanya, to koh utama laki-laki yang di perankan Agus Ringgo adalah se orang ahli otomotif yang be kerja di bengkel. Nah, itu di ubah menjadi seorang ahli pe racik kopi yang bekerja di kedai kopi. “Banyuwangi me miliki cara meracik kopi yang khas dibanding daerah lain. Menurut saya, lebih baik mem promosikan kopi khas Banyuwangi ketimbang bengkel.

Sebab, bengkel di mana pun ada,” kata Dwi Ilalang, sang sutradara. Selain mengubah jalan cerita, Dwi juga akan mengubah konsep dekorasi. Sebelumnya, Dwi hanya akan menampilkan budaya Banyuwangi dengan de korasi minimalis. Desain per nikahan dan gandrung, mi salnya, rencananya hanya akan ditampilkan secara mi nimalis. Tujuannya, agar biaya yang dibutuhkan tidak terlalu membengkak dari es timasi awal.

Namun, setelah mendapat masukan Bupati Ab dullah Azwar Anas, Dwime mutuskanmengubah desain yang minimalis itu menjadi desain yang wah, spektakuler, luar biasa, dan sesuai kenyataan di lapangan. “Itu masukan bupati. Menurut saya itu sa ngat bagus. Apalagi, bupati ber sedia menyediakan segala se suatu yang diperlukan. Demi Ba nyuwangi,” tambahDwiIlalangsaat berbincang dengan MH. Qowim, editor bahasa Jawa Pos Radar Banyuwangi, di sela-sela syuting. (radar)