BANYUWANGI – Satu lagi even tingkat nasional digeber di Banyuwangi. Kali ini, kabupaten ujung timur Pulau Jawa tersebut dipercaya menjadi tuan rumah Liga Perkutut Indonesia bertajuk “Pahlawan Cup” 2016. Ajang pemilihan burung perkutut bersuara paling “merdu” tingkat nasional tersebut di langsungkan lapangan Gedung Olah Raga (GOR) Tawang Alun, Banyuwangi, kemarin (6/11).
Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 462 peserta asal seantero tanah air ambil bagian dalam perlombaan kali ini. Para penghobi burung perkutut alias Kung Mania tersebut berasal dari Batam, Sumatera, Jawa, Bali, hingga Kalimantan, dan lain-lain.
Yang menarik, burung perkutut seharga Rp 2 miliar milik Ali Badri ikut dalam lomba bertaraf nasional tersebut. Di arena lomba, burung tersebut mendapat perhatian khusus dari para Kung Mania. Ketua Umum Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI), Mayjen TNI (Purn) Zainuri Hasyim, mengatakan, salah satu “kekuatan” utama P3SI terletak di Jatim.
Animo masyarakat Banyuwangi terhadap burung perkutut sangat tinggi. Saat liga lomba perkutut digeber, maka yang berkompetisi hanya burung perkutut milik masing-masing peserta. “Sedangkan para pemilik burung bersilaturahmi. Mereka juga memanfaatkan kunjungan ke suatu daerah tempat pelaksanaan lomba untuk berwisata,” kata dia.
Karena itu, penyelenggaraan lomba burung perkutut menimbulkan dampak ekonomi bagi daerah yang menjadi tuan rumah. “Contohnya saya sendiri. Saya lahir di Malang dan kini tinggal di Bandung. Sebelumnya saya belum pernah datang ke Banyuwangi. Ini kunjungan pertama saya ke Banyuwangi. Kemarin (Sabtu, 5/11) saya sudah berkeliling ke beberapa objek wisata, termasuk hingga di kaki Gunung Ijen,” akunya.
Zainuri mengaku kagum dengan kondisi Bumi Blambangan. “Banyuwangi ini hebat. Selama berkeliling, saya melihat jalan hingga di desa-desa bagus semua. Saya ber harap ke depan liga perkutut nasional bisa kembali digeber di Banyuwangi” harapnya.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, momentum pelaksanaan Liga Perkutut Indonesia kemarin sangat pas. Sebab, malam sebelum acara digelar, Banyuwangi melangsungkan Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
“Momentumnya pas, malam ngopi, paginya ada lomba burung perkutut,” kata dia. Menurut Anas, penyelenggaraan lomba burung perkutut tingkat nasional tersebut menimbulkan multiplier effect cukup besar. Peserta berada di Banyuwangi selama dua sampai tiga hari. Mereka berwisata, juga berbelanja kuliner dan oleh-oleh.
“Ini melengkapi beberapa kegiatan di Banyuwangi. Kalau tahun depan kembali digelar di Banyuwangi, akan dilaksanakan jauh lebih baik dari penyelenggaraan kali ini,” janjinya. Sementara itu, Ketua Panitia, Aang Muslimin Susiawan, menambahkan menjadi tuan rumah perhelatan Liga Perkutut Indonesia di Banyuwangi menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Bumi Blambangan.
Sebab, di saat banyak daerah lain di Indonesia berjuang menjadi tuan rumah, Banyuwangi justru ditunjuk oleh Pengurus Pusat P3SI menjadi tuan rumah. Senada dengan Anas dan Mayjen Zainuri, Aang mengatakan menjadi tuan rumah perhelatan akbar tersebut membawa multiplier effect luar biasa bagi Banyuwangi.
Sebab, sebanyak 462 peserta rata-rata juga mengajak keluarga atau dua petugas pembawa burung perkutut tersebut. “Artinya, lomba ini juga mendatangkan seribu wisatawan ke Bumi Blambangan,” pungkasnya. (radar)