Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Petani Gula Merah Terjerat Utang

BUKAN NON SULFIT: Petani gula kelapa di Rogojampi, banyak terikat utang dengan tengkulak.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BUKAN NON SULFIT: Petani gula kelapa di Rogojampi, banyak terikat utang dengan tengkulak.

ROGOJAMPI – Petani gula merah di Rogojampi dan Kabat, tampaknya tidak bisa memproduksi gula kelapa non sulit lantaran sudah terikat utang dengan tengkulak. Seperti yang diungkapkan Leo, 30, salah seorang petani gula merah asal Dusun Sumbersari, Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat. Dia mengaku sudah mendapatkan pelatihan dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan melalui Kebun Kalisepanjang, Kecamatan Glenmore tentang cara memproduksi gula merah non sulfit.

Namun sayangnya, keinginan tersebut belum bisa dilaksanakan, lantaran sampai saat ini ia sudah terikat utang dengan para tengkulak. Gula kelapa non sulfit yang dipasok langsung kepada produsen kecap   Indofood harganya lumayan tinggi dibanding setor pada tengkulak.” Jika pada tengkulak satu kilogramnya dihargai Rp.10.600. Kalau langsung Indofood bisa lebih,” kata Leo.

Hal senada juga diungkapkan Gede, salah seorang petani gula kelapa asal Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi, jika ada pihak perbankkan yang mau memberi pinjaman modal untuk menutup utang kepada tengkulak dan modal memproduksi gula kelapa non sulfit, dia akan meras senang sekali. Pasalnya, bahan obat sulfit yang berfungsi mengeraskan dan mengawetkan gula merah sangat berdampak buruk terhadap kesehatan. “ Sulfit bisa membuat sesak nafas,” pungkas Gede. (radar)