Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Petugas Pengamat Cuaca di Bandara Blimbingsari

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

petugasHarus Fokus Seharian karena Angin Terus Berubah

PAGI itu cuaca di sekitar Bandara Blimbingsari cukup cerah. Memang beberapa hari belakangan cuaca cukup bersahabat. Kondisi itu cukup membuat aktivitas di Bandara Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, ini berjalan nyaris tanpa gangguan. Tidak terkecuali aktivitas petugas pengamat cuaca yang selalu hadir un tuk mengamati dan memprediksi yang terjadi di sekitar bandara. Meski cuaca cukup bersahabat, petugas pengamat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tersebut se olah tidak bisa santai.

Dia tetap fokus dan konsentrasi menjalankan tugas. Mereka terus menganalisis dari pagi hingga sore disesuaikan frekuensi penerbangan di bandara ter sebut. “Cuaca cepat berubah. Seperti sekarang pagi cerah, tapi tengah hari mendung dan hujan,” jelas Anjar Triyono Hadi, petugas pengamat cuaca BMKG Banyuwangi. Kondisi yang cepat berubah itu yang menyebabkan petugas pengamat cuaca tersebut harus selalu konsentrasi.
 

Perhitungan cuaca menjadi sangat penting dalam mendukung keselamatan dan kenyamanan penerbangan. Cuaca, terutama angin, sangat sulit ditebak. Sebab, angin sangat dinamis. Di sebuah ruangan kecil di salah satu sudut Bandara Blimbingsari, Stasiun BMKG Banyuwangi menempatkan petugas pengamat cuaca. Ada seorang petugas pengamat cuaca yang ditugaskan mengamati dan melaporkan perkembangan cuaca khusus di wilayah bandara dan se kitarnya.

Mereka bekerja lebih-kurang delapan jam setiap hari. Mereka memang belum punya kantor sendiri di bandara. Selama ini petugas pengamat cuaca itu masih menumpang di kantor Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP). Di ruangan berukuran 3 meter x 3,5 meter tersebut, petugas pengamat cuaca menjalankan tugas setiap hari. “Setiap 30 menit sekali catatan dari alat yang dipasang dikumpulkan dan dilaporkan,” bebernya.
 

Kinerja pengamat cuaca di sini didukung sejumlah peralatan yang ditempatkan di dalam maupun di luar ruangan. Alat itu, di antaranya termometer untuk mengukur suhu udara, barometer untuk mengukur tekanan udara, animometer untuk mengukur kecepatan angin, dan penakar air hujan. Sejauh ini, peralatan tersebut cukup mendukung petugas pengamat dalam menganalisis cuaca di sekitar bandara. Selanjutnya, laporan yang berhasil disusun itu diolah menjadi prediksi cuaca.

Kemudian, petugas cuaca akan menyampaikan laporan kepada dua instansi utama, yakni BMKG Surabaya dan otoritas bandara. Laporan itu disampaikan petugas pengamat cuaca dengan menggunakan dua media utama, yakni internet dan telepon. Guna mendukung laporan tersebut, petugas pengamat cuaca telah dibekali sebuah komputer khusus di ruang ATKP. Namun, lantaran belum tersambung dengan jaringan internet, petugas tersebut harus membawa modem sendiri agar bisa melaporkan perkembangan cuaca ke BMKG Surabaya.
 

Laporan kepada petugas bandara, prakirawan cuaca tersebut menggunakan layanan pesan singkat atau yang biasa di sebut SMS. Laporan yang berhasil di kumpulkan dikirim kepada petugas ATC ban dara dengan SMS. “Kami hanya punya no mor petugas ATC. Entah nomor siapa, tapi kami melaporkan cuaca ke nomor itu,” kata Anjar. Mekanisme kerja komunikasi antara BMKG dan petugas bandara memang sudah lazim terjadi di semua bandara.

Ha nya saja, prakirawan cuaca yang bertugas terkadang menemui kendala saat komunikasi dengan petugas bandara. Itu karena belum mulusnya pola komunikasi pihak bandara dengan BMKG. Salah satunya terjadi saat terjadi pembatalan penerbangan. Saat pesawat delay (di tunda), petugas cuaca terkadang tidak mendapat tembusan balik. Padahal, pengamatan cuaca sangat erat hubungannya dengan kelancaran dan keamanan penerbangan. Setiap perubahan jadwal penerbangan seharusnya dilaporkan ke pada pengamat cuaca. “Karena cuaca sangat dinamis. Angin, hujan, dan lainnya bisa datang dan pergi setiap saat,” ujarnya. (radar)