Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Produksi Tembakau Banyuwangi Capai 1.631 Ton

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Petani-Tambakau,-Sunaryo,-tengah-nnengeringkan-tembakau-di-Dusun-Pasar,-Dasa-Sunnberarum,-Kacamatan-Songgon,-kemarin.

BANYAK warga Banyuwangi yang menggantungkan hidup sebagai petani tembakau. ltu berdasar data yang dimiliki Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Disperhutbun) Banyuwangi. Produksi tembakau terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015 produksi tembakau yang dihasilkan para petani mencapai 1.631 ton. Jumlah tersebut dihasilkan dari areal seluas 992 hektare. Kepala Disperhutbun Banyuwangi, Ikrori Hudanto, menyebut produksi tembakau yang dihasilkan petani di Banyuwangi terus meningkat.

”Tahun 2014 produksinya hanya 908,41 ton,” sebutnya.  Padahal, terang dia, luas lahan yang ditanami tembakau tidak terlalu banyak. Pada tahun 2014 area tembakau seluas 926 heklare. Pada tahun 2015 naik menjadi 992 hektare.

“Jadi, terjadi peningkatan produksi tapi kenaikan luas lahan tipis,” jelasnya. Mengenai wacana kenaikan harga tolok yang telah didengungkan pemerintah pusat, menurut Ikrori, kebijakan itu memang plus minus. Cuma, secara teori, jika harga naik, maka dampaknya akan dirasakan petani.

Secara teori, kalau harga rokok melambung tinggi, maka angka permintaan berkurang. Kalau produksi pabrik berkurang, maka tingkat pembelian kepada petani juga berkurang. “Pembeli menurun, produksi pabrik turun, petani yang rugi,” kata lkrori.

Sementara itu, jika harga rokok benar-benar naik, maka dampaknya bisa langsung dirasakan petani. Namun demikian, sejumlah petani tembakau menyambut baik kebijakan tersebut. Jika harga rokok melambung tinggi, maka bisa berefek positif bagi para petani tembakau. Dasarnya, harga tembakau bisa merangkak naik.

“Kalau rokok yang biasa dijual Rp 15 ribu naik menjadi Rp 50 ribu, saya yakin para petani seperti saya ikut senang,” kata Sunaryo, petani tembakau asal Desa Sragi, Kecamatan Songgon, kemarin. Saat ini harga tembakau masih stabil. Artinya. belum ada tanda-tanda harga tembakau bakal naik.

“Kalau rokok harganya naik, tembakau harus ikut naik,.” tandasnya.  Berdasar kacamata dia, kebijakan pemerintah menaikkan harga rokok penuh pertimbangan. Seperti yang sudah beredar di media, kenaikan harga rokok itu bertujuan mengurangi jumlah pelajar yang merokok.

“Memang  bagus untuk mengurangi pelajar yang merokok,” jelasnya. Selama ini, tembakau miliknya tidak dijual ke pabrik melainkan dijual ke pasar. Sudah ada pengepul khusus yang menjadi pelanggannya. “Kalau harga rokok naik orang-orang akan beralih melinting rokok sendiri. Itu menguntungkan petani seperti saya ini,” bebernya.

Warga yang biasa membeli rokok akan beralih membeli tembakau. Sebab, harga rokok yang sudah jadi jauh lebih mahal. “Secara logika, sebetulnya petani sangat diuntungkan kalau harga rokok dinaikkan,” papernya. Misalnya, jelas dia, harga tembakau saat ini Rp 100 ribu per kilogram. Kalau dinaikkan 100 persen saja, maka petani sangat diuntungkcan.

“Karena tembakau itu khusus kalangan rakyat paling rendah. Rokok yang sudah jadi itu untuk kalangan menengah ke atas,” pungkasnya. (radar)