Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

PSSI Tempoe Doeloe

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

MELIHAT  nasib Persewangi yang seperti kata pepatah; hidup segan mati tak mau, maka atas inisiatif Ki Nandi pengajian TTM (Tulisan
Tidak Menggurui) mengheningkan cipta sejenak. Lalu, diputuskan alangkah perlunya diceritakan sedikit sejarah sepak bola Indonesia
zaman doeloe. Sebab, Bung Karno pernah mengatakan bahwa menceritakan kejayaan masa lalu sangat penting untuk masa kini dan kepercayaan diri menatap masa datang.

Pendek kata, kalau ingin menjadi bangsa yang besar, maka jangan lelah menceritakan kebesaran masa lalu. Karena insyaallah, jiwa kita akan menjadi besar dan pantang putus asa. Mungkin cerita ini sudah banyak yang tahu. Tapi, jangan gelisah dulu, pasti ada yang beda. Maka simaklah dengan seksama. Kalau perlu seduh kopi dulu sebelum membaca. Karena membaca sambil ditemani satu  mug kopi hangat akan terasa lebih nikmat.

Begini, setelah membaca banyak referensi, Kyai Luput bercerita: Timnas Indonesia sudah berdiri tahun 1930. Dihuni pemain Belanda, Tionghoa, dan Pribumi. Berbicara tentang Piala Dunia, Indonesia sudah pernah mencicipi jauh sebelum negara Asia lain mencicipi, yaitu Piala Dunia Prancis, 1938. Indonesia mengusung nama Dutch East Indies atau Hindia Belanda. Yang main adalah Tan Mo Heng (GK), Anwar Sutan, Tan Hong Djien, Frans Hu Kon, Frans Meeng, Tjaak Pattiwael, Jack Samuels, Suvarte Soedarmadji, Achmad Nawir, Henk Zomers, Hans Taihuttu, J. Harting (GK), Bing Mo Heng, G. Van Den Burg, G. Faulhaber, R. Telwe, Tan Se Han, Dorst, dan Teilherber.

Nama-nama mereka memang asing di te-linga kita dibanding skuad timnas Olimpiade Melbourne 1956; Djamiat Dalhar, Thio Him Tjiang, Kiat Sek, Ramang, Tan Liong Houw. Kita bisa lihat, banyak sekali nama Tiong-hoa dalam timnas tempo dulu. Sekarang mungkin kita  kuwalat, karena tidak satu Kita harus akui itu, tidak perlu malu, dan jangan permasalahkan etnis. Sebab, di negeri ini tidak ada warga negara (etnis) kelas satu dan warga negara  kelas dua. Semua sama. Siapa pun yang berjasa harus diakui.

Jangan dilupakan atau pura-pura lupa. Pemain kita kebanyakan hanya semangat di awal-mula. Setelah tertinggal, semangat kendur dan mental jatuh, lalu main  awut-awutan menggunakan jurus mabuk. Pengajian TTM memberi saran, Persewangi jangan sungkan-sungkan menggunakan pemain Tionghoa. Tidak perlu mendatangkan dari Tiongkok, karena Tionghoa berwarga negara Indonesia melimpah ruah.

Nanti kita akan lihat permainan mereka yang tidak kenal lelah dan tak mau menyerah itu; bagai banteng jantan.  Ndelosor dan bangkit lagi, ndelosor dan bangkit lagi; tanpa mengeluh belum bayaran. Sebab, ekonomi orang Tionghoa kebanyakan sudah mapan. Jadi, itu juga bisa menjadi solusi atas carut-marutnya pendanaan Persewangi. Pun tidak perlu mumet cari sponsor karena para pemain sudah kaya. (radar)