Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pulang dari Malaysia, Penumpang Bus Melahirkan di Pelabuhan Ketapang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

TERPISAH ribuan kilometer (Km) dengan suami. Jauh dari orang tua dan kerabat. Perjalanan pulang ke kampung halaman pun masih sangat panjang. Sayang, rasa mulas–pertanda akan melahirkan sudah  menyerang Yulfitri, 30, saat kapal  laut yang dia tumpangi hendak  sandar di Pelabuhan Tanjung Priok,  Surabaya, Kamis pagi (16/3).

Rasa mulas itu mampu dia tahan  hingga kapal yang mengangkutnya  dari Pelabuhan Pontianak itu benar- benar bersandar di Tanjung Priok. Setelah itu Yulfitri tidak langsung  menuju pos kesehatan pelabuhan, rumah sakit, Puskesmas atau  rumah bidan terdekat.

Yulfitri  malah memilih melanjutkan perjalanan pulang dari tempatnya bekerja di Serawak, Malaysia, menuju Lombok Timur, Nusa  Tenggara Barat (NTB). Kali ini, perempuan asal Dusun Dasan  Lendang, Desa Kerumut, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, itu memilih menumpang bus.

Selama dalam perjalanan, rasa mulas akibat kontraksi yang dirasakan Yulfitri semakin menjadi-jadi. Detik, menit, dan jam pun terus  berlalu. Sekuat tenaga dia menahan  rasa mulas tersebut. Hingga tidak  ada satu penumpang pun yang  menyadari bahwa perempuan  yang satu ini akan melahirkan. Bahkan penumpang laki-laki yang  duduk di sebelahnya.

Siang berganti malam. Rasa mulas yang tak tertahankan itu memaksa Yulfitri menahan pinggangnya  dengan kedua tangan. Namun  masih tanpa kata. Ditambah kondisi yang gelap karena semua lampu  di dalam bus dimatikan. Penumpang laki-laki yang duduk  di sebelah Yulfitri pun masih belum paham dengan apa yang dirasakan perempuan tersebut.  Penumpang yang juga berasal  dari Lombok, itu malah mengira Yulfitri kedinginan.

“Melihat saya  memegang pinggang, dia mengira saya kedinginan dan lantas memberi saya selimut,” aku Yulfitri. Singkat cerita, menjelang tengah malam, bus Tiara Mas itu sampai di kawasan Pelabuhan Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Nah, Jumat (17/3) pukul 00.00, tepatnya saat bus yang dia tumpangi berada di halaman Pelabuhan Ketapang, Yulfitri melahirkan  dengan posisi selonjor. Setelah sang bayi lahir, para penumpang pun tidak langsung ngeh. Beberapa menit kemudian  tahu bahwa Yulfitri baru saja melahirkan.

“Ada bapak-bapak  yang hendak keluar dari bus kaget  tiba-tiba ada bayi di samping saya. Saat itulah penumpang lain  menyadari saya baru saja  melahirkan,” akunya.  Kabar penumpang bus yang melahirkan tersebut akhirnya sampai ke telinga pihak Pelabuhan  Ketapang.

Petugas kesehatan pelabuhan yang tengah stand by lantas menghampiri Bus Tiara Mas untuk memberikan pertolongan pertama, termasuk memotong ari-ari sang bayi.  Sejurus kemudian, Yulfitri  beserta bayi laki-laki yang baru   saja dia lahirkan lantas dievakuasi ke rumah bidan terdekat, yakni  Bidan Amalia Hasanah.

Kebetulan, rumah bidan yang satu ini persis berada di depan Pelabuhan Ketapang, tepatnya di Jalan Gatot  Subroto, RT 01/RW 04, Gang  Masjid Nomor 23, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro.  Di sinilah Yulfitri bersama sang bayi mendapat penanganan medis lanjutan.

Termasuk dilakukan penimbangan, pengukuran  panjang badan dan lingkar kepala, hingga pemberian imunisasi perdana. Hasilnya diketahui, bayi laki-laki mungil itu memiliki berat  2,8 kilogram (kg) dan panjang badan 48 centimeter (cm) dan  lingkar kepala 38 cm.

Sementara itu, kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Yulfitri bercerita panjang lebar rangkaian kisah melahirkan  dalam bus yang dia alami. Dia  mengaku telah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Serawak, Malaysia, bersama sang suami,  Adi Kurniawan, 37, sejak empat tahun lalu.

Selama berada di  Negeri Jiran, dia bekerja sebagai   buruh di kebun sawit. Sebenarnya dia ingin pulang sekitar dua bulan lalu. Namun, lantaran terkendala biaya, dirinya baru bisa kembali ke tanah air pada Senin lalu (13/3). Dia pulang   bersama anak keduanya, yakni  Pebi Tiara, 2, dengan menumpang  pesawat terbang.

“Dari Serawak, saya naik kereta (mobil) menuju  Pontianak, Kalimantan Barat   (Kalbar),” kata dia.  Dari Pontianak, sedianya ibu tiga anak tersebut akan melanjutkan perjalanan ke Lombok   dengan menumpang pesawat melalui Bandara Supadio.

Namun  sayang, lantaran kondisinya hamil  tua, petugas kesehatan bandara   tidak memperkenankan dirinya menumpang pesawat. “Akhirnya  anak Pebi saya titipkan ke salah  satu saudara yang juga akan pulang ke Lombok. Sedangkan saya  menuju ke Pelabuhan Pontianak.   Suami saya tinggal di Malaysia karena kalau pulang bertiga, ongkos  kami tidak cukup,” akunya.

Dari Pelabuhan Pontianak, Yulfitri lantas menumpang kapal laut menuju Pelabuhan Tanjung  Priok, Surabaya. “Ya akhirnya   seperti ini. Saya melahirkan di dalam bus,” ucapnya. Meski melahirkan jauh dari  suami, orang tua, dan kerabat,   Yulfitri mengaku bersyukur. Bagi dia, dirinya bersama bayi yang dia lahirkan selamat. Yulfitri juga  telah menyampaikan kabar   gembira itu kepada suami dan kerabatnya di Lombok.

“Mereka   semua terkejut. Saya melahirkan  di Banyuwangi,” akunya. Karena lahir di Banyuwangi,  Yulfitri mengaku akan memberi   nama putra ketiganya tersebut dengan nama Bayu. “Bayi ini akan saya beri nama Bayu. Tetapi  nama lengkapnya siapa? Saya akan membicarakan lebih lanjut dengan suami saya,” cetusnya.

Di sisi lain, Bidan Amalia Hasanah, mengaku rumahnya digedor oleh petugas kesehatan pelabuhan pada pukul 00.00 Jumat. Petugas tersebut lantas mengeluarkan   bayi dari dalam ambulans pelabuhan dan langsung kembali ke pelabuhan kebanggaan masyarakat Banyuwangi tersebut.

Beberapa menit kemudian, ambulans kembali ke rumah Amalia  dengan membawa Yulfitri.   Yulfitri menambahkan, berdasar hasil pemeriksaan, Yulfitri dan bayi laki-lakinya sama-sama sehat.  Meski begitu, dia tidak langsung mengizinkan Yulfitri melanjutkan  perjalanan ke Lombok.

“Karena akan melakukan perjalanan jauh, saya meminta mereka menunggu hingga satu kali 24 jam. Kalau dipastikan benar-benar sehat,  mereka baru saya perbolehkan pulang,” terangnya. Bidan Amalia menambahkan, berdasar informasi yang dia terima,  pihak pengelola bus bersedia bertanggung jawab membiayai proses perawatan Yulfitri. Hanya   saja, hingga Jumat pagi kemarin belum ada konfirmasi resmi dari  pihak pengelola bus tersebut.

“Pihak pengelola bus sepertinya tanggung jawab, tetapi belum konfirmasi ke saya. Namun, kalau bus bersedia menalangi biaya  perawatan lalu diklaimkan ke  pasien, saya tidak mau. Lebih baik  saya gratiskan,” pungkasnya.

Kapolsek Kawasan Kepolisian Tanjungwangi (KPT) AKP Sudarmaji mengatakan, kondisi  Yulfitri dan bayi yang dilahirkan  dalam kondisi sehat. Rencana,  sore kemarin keduanya akan melanjutkan perjalanan menuju  Lombok Timur menumpang Bus  Tiara Mas yang lain.

Kejadian ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi  Yulfitri. Bagi aparat KPT, pengalaman ini bisa dijadikan pelajaran bagaimana menangani calon  penumpang kapal yang melahirkan di atas bus. “Penanganan  yang cepat tentu saja bisa menyelamatkan ibu dan anak dari kematian,’’ tandasnya. (radar)