Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Rakyat Blambangan Diduga Sengaja Dibantai

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Lorong di gua keprasi (kompresi) yang berada tidak jauh dari gua sodong yang diyakini jalur tembus menuju Bali.

 

SONGGON – Sejumlah komunitas dan pemerhati sejarah dari Tapal Kuda dan Bali, menggelar sarasehan untuk membahas Perang Puputan Bayu kemarin (23/7). Kegiatan itu dilaksanakan di Wana Wisata Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon.

Dalam sarasehan itu hadir para budayawan dan sejarawan dari Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan Sengker Kuwung Blambangan. Acara yang dimotori Banjoewangie Tempo Doeloe (BTD) dan Blambangan Kindom X-Plorer itu, juga mengundang komunitas sejarah dari Jember, Situbondo, dan Lumajang.

Mereka mengupas fakta yang termuat dalam buku History of Java karya Letnan Gubernur Jawa dan Sumatera, Sir Thomas Stanford Rafless. Dalam diskusi yang berlangsung gayeng itu, muncul banyak fakta yang selama ini tidak diketahui.

“Dalam Perang Puputan Bayu itu Belanda menerjunkan ribuan serdadu dan bawa dua meriam mortar, pemberontak (prajurit Bayu) senjatanya tidak hanya tombak dan pedang, tapi juga membawa meriam,” cetus Samsubur, salah satu narasumber yang mengurai versi Belanda.

Dalam pertempuran itu, terang dia, pengikut Mas Rempeg berjumlah 2.000 kepala keluarga (KK), ikut bersamanya di tempat pertapaan gua sodong atau sadong, dan gua kepresi. “Gua sadong dan kepresi itu sampai sekarang masih ada,” cetus penulis buku Sejarah Kerajaan Blambangan itu.

Akibat perang puputan itu, jumlah penduduk Blambangan berkurang cukup banyak. Di tahun 1750 ada 80 ribu jiwa. Sedang ditahun 1881 hanya tinggal 8.000 jiwa. “Pengurangan ini banyak pendapat, ada yang menyebut disolating syestem atau genosida (pembantaian besar-besaran).

Mas Aji Wirabumi dari BTD menyampaikan fakta berkurangnya jumlah penduduk Blambangan sampai saat ini memang masih belum menjadi bahasan utama masyarakat. “Masyarakat Banyuwangi itu masih terfokus Perang Puputan Bayu dan Harjaba,” jelasnya.

Dari makalah Sumono Abdul Hamid yang mengacu fakta dalam buku History of Java, jelas disebutkan adanya pengurangan jumlah penduduk secara besar-besaran. Pengurangan itu bisa disebabkan beberapa hal, seperti perpindahan penduduk karena perbudakan atau sebab lainnya.

Tapi, temuan yang mendekati kebenaran mengarah pengurangan itu karena adanya pembantaian oleh serdadu Belanda. “Masyarakatnya biar tahu pernah terjadi tumpas kelor atau semacam genosida,” jelasnya.

Data pengurangan jumlah penduduk itu, dianggap cukup serius. Apalagi jika mengingat wilayah Blambangan itu tidak hanya sebatas wilayah Kabupaten Banyuwangi seperti saat ini. Tapi, hingga beberapa wilayah yang saat dini dikenal Tapal Kuda.

“Wilayah Kerajaan Blambangan yang rakyatnya dibantai itu tidak hanya Banyuwangi, tapi juga di Situbondo, Lumajang, Probolinggo, dan daerah sekitarnya,” jelasnya. Sementara budayawan dari DKB, Hasan Basri, sejarah yang ada saat ini tidak termuat sejarah perlawanan rakyat Blambangan secara mendetail.

Bahkan, dalam buku babon sejarah nusantara ke empat yang menceritakan sejarah perang nusantara, perlawanan Blambangan tidak ditulis. “Kita punya buku babon sejarah, kenapa sejarah yang hebat ini tidak masuk dalam buku sejarah itu?” ujarnya.

Makanya, lanjut dia, sudah waktunya semua elemen baik pemerintah, akademisi, maupun swasta bersama-sama mengkaji sejarah ini. Semua itu demi fakta sejarah bangsa yang belum terungkap. “Perang suci sejarah Blambangan harus kita masukkan dalam sejarah,” cetusnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda melalui Kabid Kebudayaan, Choliqul Ridho berharap kegiatan sarasehan seperti ini memunculkan rekomendasi yang bisa ditindaklanjuti oleh Pemkab Banyuwangi.

“Saya ingin acara ini ada hasil dan rekomendasi,” jelasnya. Hal itu untuk mendukung kinerja dan program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam menjalankan penguatan di bidang wisata dan sejarah.

“Tahun 2018 kita akan merencanakan wisata sejarah, kita akan gali sejarah,” ucapnya. (radar)