Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Rayakan Waisak, Nyalakan Lilin Panca Warna

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Salah satu umat buddha mamanjatkan doa di hadqban patung Sidarta Budha Gautama, Vihara Dharma Harga, Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomolyo, Kecamatan Gambiran.

GAMBlRAN-Umat Buddha sejagat merayakan hari raya Waisak kemarin (11/5). Di wilayah Kecamatan Gambiran dan sekitarnya, perayaan Tri Suci Waisak 2561 itu dipusatkan di Vihara Dhamma Harga, Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran.

Para umat Buddha juga ada yang merayakan puja bhakti di Vihara Dhamma Mukti, Dusun Sidomukti, Desa Yosomulyo. Perayaan itu diawali dengan mengadakan pradaksina, yaitu berjalan mengitari vihara secara bersama sambil membaca parita.

Ketua panitia perayaan Waisak di Vihara Dhamma Haris, Desa Yosomolyo, Riono, mengatakan dalam perayaan Waisak ini dilakukan seperti biasa dengan diawali pradaksina yang dipimpin Romo  Boimin.

“Sebelum sembahyangan dimulai, kita melakukan pradaksina,” katanya. Usai melakukan pradaksina, terang dia, dilanjutkan dengan menyalakan lilin panca warna yang dilakukan secara bergantian oleh pemuka dan tokoh umat Buddha.

“Lilin panca warna itu terdiri dari biru, kuning, merah, putih dan jingga,” katanya. Menurut Riono, bagi umat buddha warna  dalam panca wana itu memiliki makna khusus. Wama biru memiliki arti bhakti atau pengabdian. Sedang warna kuning simbol dari kebijaksanaan. Untuk lilin warna merah, bermakna cinta kasih dan lilin warna putih memiliki makna kesucian.

“Lilin warna jingga melambangkan semangat bagi umat Buddha,” ungkapnya.  Untuk detik-detik Waisak, jelas dia, dilakukan oleh umat Buddha dengan melakukan meditasi di vihara pada pukul 04.00. Waktu itu menandai sempurnanya bulan purnama.

“Detik-detik Waisak itu untuk menandai purnama,” jelasnya.  Di samping kegiatan puja bhakti, Riono menyampaikan dalam tradisi umat Buddha itu melakukan silaturahmi berupa mengunjungi rumah saudara.

Kegiatan itu, akan ramai dilakukan umat pada hari kedua. Selain itu, juga ada tradisi lokal dengan makan bakso bersama. “Ini baksonya masih ada, monggo silahkan mampir,” ucapnya pada Jawa Pos Radar Genteng. (radar)