Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Renang 10 Meter Balik Lagi ke Lambung Kapal

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Beberapa-sopir-truk-menangis-di-RSUD-Blambangan-setelah-mengetahui-rekannya,-Tia-Agus-Miharja,-meninggal-dunia-kemarin.

PULUHAN sopir truk yang menjadi korban musibah tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Rafelia II tampak berkerumun di depan pintu Instalasi Kedokteran Kehakiman (IKK) RSUD Blambangan pagi kemarin (5/3).

Para sopir itu sedang menanti kabar salah seorang sopir yang dinyatakan belum ditemukan hingga saat itu. Tak lama kemudian, keamanan RSUD yang menjaga ruang jenazah mengumumkan bahwa salah satu jenasah kapal tenggelam berhasil ditemukaan.

Identitas jenazah yang baru ditemukan itu adalah Tia Agus Miharja, 46, yaitu awak truk asal Karawang, jawa Barat. Kepastian nasib lelaki yang biasa  Mang Tia itu yang ditunggu para sopir sejak pagi.

Sontak, para sopir truk asal Jawa Barat itu menangis. Mereka merasa kehilangan atas kepergian salah satu kawan seperjuangan di bidang ekspedisi pengiriman barang tersebut. Bahkan, salah seorang sopir yang tak kuat  menahan haru nyaris tak sadar dan harus dibopong beramai-ramai.

Wawan, 50, salah seorang sopir asal Sukabumi menceritakan, dirinya bersama 20 sopir tuk lain juga menjadi penumpang KMP Rafelia II. Rata-rata dirinya dan kawan-kawannya sesama sopir itu berasal dari Provinsi Jawa Barat.

Tia Agus Miharja, menurut Wawan, adalah salah satu kernet yang ikut bersama rombongannya. Saat kejadian, Wawan melihat Mang Tia tidak berkumpul bersama para sopir kelompoknya.  Mang Tia justru memisahkan  diri duduk di lantai dua kapal. Para sopir dan kernet lain memilih  berada dilantai atas atau lantai tiga kapal motor penumpang itu.

“Dari awal entah kenapa, Pak Tia itu sudah beda. Dia biasanya banyak bercanda dengan kami. Tiba-tiba dia lebih banyak diam dan terlihat lemas. Malah, dia menjauh dari kita,” kenang Wawan.  Wawan berhasil lolos dari maut saat kapal tenggelam karena dirinya nekat melompat ke laut saat posisi kapal mulai miring.

Tetapi, karena terlalu panik dan kondisi saat itu ramai, Wawan tidak sempat mengambil pelampung. Dia hanya berpikir bagaimana caranya menjauh dari kapal. Tetapi, baru berenang sekitar 10 meter Wawan sudah kehabisan napas.

Akhirnya, Wawan harus kembali mendekati kapal yang sudah terbalik agar tidak tenggelam. Setelah sedikit mengumpulkan tenaga, Wawan kembali berenang menjauh dari kapal. Sampai akhirnya, dia ditolong sekelompok nelayan.

“Begitu tahu mau tenggelam, saya langsung lompat. Waktu itu kita semua terpisah. Ada yang pakai pelampung, ada yang tidak. Tapi setelah agak jauh, saya tidak kuat. Jadi, saya kembali lagi waktu kapal sudah tinggal lambungnya saja. Di bagian bawahnya (lambung kapal) banyak tiram,” kata Wawan sambil menunjukkan tangannya yang terluka.

Sopir lain yang bernama Asep, 41, asal Karawang, Jawa Barat, menambahkan saat itu ada banyak penumpang yang tidak sempat mengambil pelampung. Sehingga, mereka yang bisa berenang memberikan pelampung kepada penumpang lain yang tidak bisa berenang itu.

“Beruntung saya dekat dengan kapal nelayan, jadi meskipun tidak ada pelarnpung, saya bisa segera menepi,” tutur Asep. Kisah lain juga diceritakan Ajad, 21, kakak Wahyu, 17, salah satu siswa SMKN 1 Kalipuro yang selamat dalam musibah tersebut.

Ajad mengisahkan, Wahyu yang saat itu ditugasi menjaga pintu kapal sebenarnya sudah melihat saat air laut masuk cukup banyak, bahkan sebelum kapal berangkat.  Namun, karena kapten kapal memerintahkan kapal tetap berlayar, Wahyu itu langsung menutup pintu kapal. Benar, beberapa menit kemudian air semakin banyak, kapal pun oleng dan akhirnya tenggelam.

“Adik saya ini bersama satu temannya. Sebenarnya yang PSG enam siswa. Yang tiga siswa libur, dan yang satu siswa lain telat datang. Jadi, adik saya cuma berdua,” jelas Ajad. Ajad melanjutkan kisahnya,  setelah kapal mulai tenggelam, wahyu masih sempat melempar-lemparkan pelampung untuk penumpang lain.

Bahkan, Wahyu memberikan pelampungnya ke salah satu anak kecil yang menurutnya ada di kapal saat itu. “Adik saya sempat melempar tali. Karena setelah kapal tenggelam ini seperti ada pusaran air. Kalau tidak seperti itu, nanti mereka tersedot arus dan susah keluarnya,” jelas Ajad.  (radar)

Kata kunci yang digunakan :