Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Ritual Barong Ider Bumi Jadi Ajang Reuni

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Penari-barong-keliling-Desa-Kemiren

GLAGAH – Sesuai tradisi, pada hari kedua Idul Fitri masyarakat suku Oseng Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menggelar ritual Barong Ider Bumi. Selain dipercaya sebagai ritual tolak bala, acara yang dilangsungkan siang kemarin (7/7) itu juga menjadi ajang silaturahmi.

Baik bagi masyarakat lokal Kemiren maupun masyarakat Banyuwangi secara umum. Sejak suara angklung di paglak yang berada di tepi jalan Desa Kemiren berbunyi, ratusan orang sudah tampak menggerumbung di sepanjang jalan.

Sebagian orang lagi mengerumuni pentas seni barong dan tari-tarian yang tidak jauh dari paglak. Meski perhatian masyarakat yang menanti dimulainya festival Barong Ider Bumi tertuju ke pentas dan paglak, tapi tak sedikit mereka yang berbincang-bincang.

Sebagian besar mereka adalah orang-orang yang bertemu kenalan, teman, dan keluarga yang sudah lama tidak jumpa. Seperti yang dikatakan Rosida, 55, warga Desa Jajag, Kecamatan Gambiran. Meski tidak setiap tahun, tapi tiga tahun belakangan ini  nenek lima cucu itu mengaku selalu  menyempatkan diri menonton Barong  Ider Bumi.

Tak jarang dirinya bisa bertemu teman-temannya semasa duduk di bangku sekolah atau keluarga jauh yang sudah jarang bertemu. Kadang waktu mencari saudara di rumahnya mereka tidak ada atau sudah bepergian. Ternyata ketemu di sini. Jadi, sekalian saya ajak main ke Kali Kotak  setelah ini,” ujar wanita berjilbab itu.

Hal yang sama juga dirasakan Adam, 52, warga Kelurahan Kebalenan yang selama ini tinggal di Bandung. Sudah delapan tahun pria yang bekerja sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi tersebut tidak pulang ke Banyuwangi.

Saat dirinya pergi melihat Barong Ider Bumi, ada banyak rekan-rekannya dulu yang bisa dia temui. Dia pun berbincang dan bertukar kontak telepon seluler atau akun sosial media kepada rekan-rekannya tersebut. “Kebetulan saya menyukai seni budaya. Teman-teman juga banyak yang memiliki kegemaran serupa. Di sini kita bisa bertemu. Ya sama-sama  menyaksikan barong. Yang sekarang ini sudah lebih bagus,” ujarnya.

Sementara itu, pelaksanaan festival Barong Ider Bumi sempat molor satu jam dari jadwal yang ditulis di Banyuwangi Festival. Namun, hal terebut tidak menyurutkan keinginan  para penonton menyaksikan ritualitu hingga usai.

Apalagi, di antara rombongan kirab festival ini tampak seorang perempuan layaknya putri  yang didandani pakaian ala barong. Sosok tersebut cukup mengundang perhatian para penonton yang ada  hingga banyak yang ingin berfoto di dekatnya.

Beberapa penari yang didandani layaknya buto pun tak luput dari perhatian penonton. Karena sesekali sosok bertubuh legam dan berambut panjang itu akan mengejar  anak kecil atau gadis-gadis di tepi  jalan. (radar)