Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Rumah Warga Bergetar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SONGGON – Aktivitas Gunung Raung tampaknya terus meningkat. Sejak Selasa malam  (4/8) terdengar suara gemuruh yang cukup keras. Saking kerasnya, jendela dan  pintu rumah di Dusun Mangaran, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, bergetar.

Suara gemuruh hingga menggetarkan rumah warga itu masih terdengar hingga Rabu siang (5/8). “Sebenarnya sudah biasa mendengar suara gemuruh dari Raung, tapi kali ini cukup kuat dan sering,” cetus Sanusi, 45, salah seorang warga Dusun Mangaran, Desa Sumberarum.

Warga yang tinggal di lereng gunung masih melihat cahaya api dari atas puncak Raung. Meski demikian, warga tetap beraktivitas seperti biasa. Dengan menggunakan masker, mereka masih bekerja di kebun dan ladang.  “Kami yakin masih aman,  tapi ya waswas,” katanya.

Aktivitas Gunung Raung yang menimbulkan hujan abu vulkanik mulai mengganggu proses belajar mengajar di SDN 2 Sumberarum  di Dusun Mangaran,  Desa Sumber arum. Para siswa di sekolah dengan radius 12 kilometer (Km) dari puncak  Gunung Raung itu belajar dengan mengenakan masker kemarin pagi (5/8).

“Masker dikasih ibu dari  rumah,” ujar Mohammad Holik, 10, salah satu siswa. Suara gemuruh yang cukup kuat dan menggetarkan kaca itu menyebabkan sebagian siswa di SDN 2 Sumberarum ketakutan. Tetapi, mereka tetap masuk sekolah dan bermain seperti biasa.

Setelah turun hujan abu vulkanik sejak Selasa (4/8), para siswa sebelum menerima pelajaran harus membersihkan kelas mereka dari abu Raung yang hampir memenuhi  ruang dan teras depan kelas. “Abunya kali ini lumayan tebal dibanding beberapa waktu lalu,” ujar Kepala SDN 2 Sumberarum, Suwandi.

Menurut Suwandi, jika Gunung Raung menyemburkan abu vulkanik, para guru selalu mengimbau agar siswa mengenakan masker selama proses belajar-mengajar. Pasalnya, hujan abu vulkanik itu tidak hanya dirasakan di luar ruangan, tapi juga di dalam ruangan.

“Kasihan anak-anak,  kadang juga kelilipen dan kelas kotor penuh abu,” terangnya. Hampir setiap pagi para siswa selalu membersihkan ruang kelas mereka dengan cara mengelap meja, kursi, dan menyapu lantai, ruang kelas hingga teras.

Itu di lakukan  demi kenyamanan selama proses belajar-mengajar. Tanpa dikomando, begitu datang ke sekolah pada pagi  hari, para siswa kompak bergotong royong membersihkan ruang kelas. Selanjutnya, mereka bermain bersama di halaman sekolah.

“Saya salut dengan semangat anak-anak ini untuk terus belajar. Meski mendung dan di guyur hujan abu, mereka tetap datang ke sekolah,” pujinya. (radar)