Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sebelum Ngantor, Nyapu Sambil Hunting Masalah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sebelumSukses Banyuwangi meraih piala Adipura, tidak bisa dilepaskan dari kerja keras keluarga besar Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) yang dipimpin Arief Setiawan. Seperti apa kinerja mereka?

PADA tahun 2012 lalu, Banyuwangi gagal meraih piala Adipura. Walau gagal meraih penghargaan tertinggi di bidang pengelolaan  Lingkungan dan kebersihan, namun Banyuwangi saat itu masih berhasil mendapatkan sertifikat Adipura sebagai kota bersih dari Menteri Lingkungan Hidup (LH) RI. Sertifikat Adipura sebagai kota bersih yang diterima Banyuwangi itu, terasa begitu berarti. Sebab pada tahun 2011, Banyuwangi mendapat kado pahit dari Kementerian LH sebagai kota terkotor di Jawa Timur.

Dengan sertifi kat Adipura itu, wajah kotor kota Banyuwangi perlahan mulai berubah. Sertifikat Adipura sebagai kota bersih, menambah semangat dan motivasi Bupati Anas untuk meraih piala Adipura. Pada saat syukuran diterimanya sertifikat Adipura, Bupati Anas langsung memasang target untuk membawa pulang piala Adipura pada tahun 2013. Semua kekuatan pemerintah daerah langsung dikerahkan untuk memuluskan target meriah piala Adipura.

Untuk sukses merealisasikan target Bupati Anas itu, DKP melakukan berbagai inovasi untuk merangsang partisipasi berbagai elemen masyarakat. Beberapa program inovasi dilakukan Arief adalah, membentuk dasa wisma di sejumlah kelurahan. Pembentukan dasa wisma itu, sukses mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Melalui kegiatan dasa wisma tersebut, sampah rumah tangga diolah dan dipilih.

Setelah sukses membentuk kelompok dasa wisma, Arief merintis pendirian Bank Sampah Banyuwangi (BSB). Melalui program ini, partisipasi masyarakat untuk mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi terus bangkit. Selain mampu mengurangi volume sampah, pendirian Bank Sampah itu juga sukses memberikan pendapatan sampingan kepada masyarakat. Omzet Bank Sampah terus meningkat dari modal pas-pasan yang dimiliki saat pendiriannya.

Tidak hanya itu, Arief juga menggagas program baru berupa program merdeka dari sampah. Melalui program ini, DKP mengajak semua lapisan untuk mulai berjuang agar Banyuwangi erdeka dari sampah. Melalui program ini, Arief bersama timnya blusukan ke kampung-kampung untuk kampanye program merdeka dari sampah. Program ini, memberikan andil cukup besar untuk merangsang partisipasi warga dalam menjaga lingkungan hijau dan bersih.

Tidak hanya masyarakat umum, Arief juga membidik kalangan pelajar untuk berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan. Untuk segmen pelajar ini, Arief meluncurkan program ‘Siswa Peduli Sampah’. Program itu, mendapat sambutan yang cukup baik dari kalangan siswa. Hingga tahun ini, DKP berhasil membentuk kelompok siswa peduli sampah di 63 sekolah. Program ini, belum menyentuh semua sekolah di Banyuwangi namun baru tersebar di Kecamatan Banyuwangi, Kabat, Giri, Glagah dan Rogojampi.

Ke depan, DKP menargetkan semua sekolah ikut andil dalam program siswa peduli sampah. Melalui program siswa peduli sampah ini, masing-masing siswa dengan kesadaran sendiri setiap hari membawa sampah dari rumahnya masingmasing. Sampah yang dibawa siswa dari rumah itu, sudah dipilah dan dikumpulkan di sekolah untuk selanjutnya disetorkan pada Bank Sampah. Selain beberapa program itu, Arief juga aktif hunting persoalan tentang sampah.

Setiap pagi, sebelum berangkat ke kantor Arief rajin mendengarkan radio dan membacakan koran. Pertama-tama yang didengarkan adalah keluhan warga tentang kebersihan dan sampah. Setelah mendengarkan radio dan membaca koran ini, Arief tidak langsung berangkat ke kantor namun terlebih dahulu ke lapangan untuk memantau kerja anak buahnya. Pada pukul 06.30, setiap hari Arief sudah berangkat dari rumah untuk hunting masalah di lapangan.

Arief baru tiba di kantornya sekitar pukul 07.30. Aktivitas hunting masalah persampahan itu dilakukan Arief setiap hari. “Di lapangan cari masalah. Setelah menemukan masalah, kita kumpul bareng-bareng di kantor untuk mencari solusi bersama tim,” papar Arief. Tidak hanya turun ke lapangan belaka, Arief juga tidak segan pegang sapu, turun ke sungai, dan masuk selokan untuk bersih-bersih bersama anak buahnya. “Untuk menjaga kebersihan kali, selokan dan taman saya bentuk satuan tugas khusus,” tuturnya. (radar)