Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Seblang Tua Tolak Pageblug

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Tradisi berbau mistis memang mengakar kuat di kalangan masyarakat Banyuwangi. Begitu juga dengan tari seblang yang dilakukan warga Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Minggu malam (4/11). Tradisi yang merupakan rangkaian ritual bersih desa tersebut diyakini dapat menghindarkan petaka.

Seblang Bakungan berbeda dengan Seblang Olehsari. Penari Seblang Bakungan adalah wanita tua yang sudah memasuki masa menopause, sedangkan penari Seblang Olehsari adalah seorang gadis Perbedaan lain adalah, Seblang Bakungan digelar tujuh hari pasca Idul Adha, sedangkan Seblang Oleh sari dilaksanakan setelah peringatan hari raya Idul Fitri.

Ketua Adat Seblang Bakungan, Bu sairi mengatakan, ritual be r sih desa yang dirangkai dengan pergelaran seblang tersebut bertujuan menolak balak, seperti wabah pageblug, serangan hama tanaman pertanian warga, maupun bencana alam. “Seblang juga bertujuan agar masyarakat tidak diganggu para lelembut,” ujarnya.

Rangkaian ritual tersebut diawali dengan nyekar ke makam penari seblang pertama, yak ni Buyut Witri. Usai nyekar, beberapa perwakilan warga mengambil air di sumber penawar. Kemudian, usai salat magrib, warga diwajibkan mematikan se luruh lampu. Untuk pe nerangan, warga hanya di perbolehkan menggunakan obor dan diletakkan dihalaman rumah.

“Saat semua lampu dipa damkan, beberapa warga menggelar Ider Bumi keliling kampung dengan membawa obor. Ider Bumi dimulai di depan masjid dan finis juga di depan masjid setempat. Saat sebagian warga melakukan Ider Bumi, sebagian warga yang lain mempersiapkan hidangan untuk selamatan desa. Usia Ider Bumi, warga kemudian melakukan selamatan di tengah jalan utama Kelurahan Bakungan.

Selamatan tersebut diawali pembacaan doa dan penabuhan kentungan. Saat kentungan di ta buh, seluruh warga di perbolehkan menghidupkan kem bali lampu di rumah mereka masing-masing. Setelah itu, warga dipersilakan menyantap tumpeng yang telah dipersiapkan. Selamatan tersebut lantas dilanjutkan dengan pergelaran seblang. Kali ini, sosok yang didaulat menjadi penari seblang adalah Buhani. Bak seorang ratu, Buhani diarak dari dari rumah seorang warga menuju panggung seblang de ngan diiringi ratusan warga setempat.

Dengan mata yang terus terpejam, kedua tangan Buhani tampak memegang dua bilah keris. Perjalanan Buhani menuju panggung pergelaran seblang tersebut pun mendapat pengawalan para sesepuh desa. Saat Buhani duduk di singgasana penari seblang yang berlokasi tepat di sisi barat panggung pertunjukan, dua orang laki-laki tiba-tiba maju ke tengah lokasi pergelaran. Ma sing-masing laki-laki tersebut membawa seekor ayam jantan yang lantas diadu satu sama lain.

Ternyata, adu ayam tersebut merupakan sa lah satu syarat wajib dalam rangkaian pertunjukan Seblang Bakungan. Usai ritual adu ayam, Buhani lantas memainkan perannya. Dengan kondisi mata terpejam, nenek yang satu ini menari mengikuti alunan musik dan nyanyian oleh para wiyogo. Uniknya, mayoritas para wiyogo tersebut adalah para perempuan. (radar)