Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sembilan Imigran Turun Gunung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sembilanBANYUWANGI – Dugaan polisi terkait masih adanya imi gran gelap asal Myanmar yang berkeliaran di wilayah Kecamatan Siliragung terbukti. Ke marin (17/4), aparat Polres Banyuwangi berhasil mengamankan sembilan orang yang diduga kuat merupakan anggota rombongan imigran etnis Rohingya yang beberapa waktu lalu berhasil diamankan. Sembilan imigran itu diciduk petugas saat berada di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Qodiri di Dusun Seneposari, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung.

Seperti diketahui, Sabtu pekan lalu (13/4) polisi mengamankan 55 imigran asal Myanmar. Para imigran yang tengah mencari suaka itu diciduk saat be rada di Ponpes Nahdlatul Qo diri. Keberadaan para imigran tersebut baru terendus polisi setelah lima hari mereka menginap di ponpes yang diasuh Kiai kembar, yakni KH. Khoirudin dan KH. Nurudin, tersebut. Upaya penjemputan yang dilakukan aparat kepolisian tersebut tidak berjalan mulus. Saat mengetahui aparat datang, sejumlah imigran langsung kabur.

Mereka bersembunyi di perbukitan tidak jauh dari pon pes. Dua hari pasca penjemputan 55 imigran tersebut, polisi berhasil menemukan empat imigran lain Mereka ditangkap apa rat Pol sek Siliragung saat “tu run gunung” dan berkeliaran di jalan antara Kecamatan Si liragung dan Pesanggaran. Setelah diinapkan di Gedung Pramuka Banyuwangi, 55 imigran plus empat imigran lain yang baru tertangkap itu langsung di kirim ke Kantor Imigrasi Jember Senin lalu (15/4).

Nah, kemarin polisi kembali menemukan sembilan imigran asal Myanmar. Sembilan imigran yang semua laki-laki itu di temukan aparat saat berada di Ponpes Nahdlatul Qodiri. “Saat penangkapan pertama, be berapa imigran lari ke hutan. Setelah itu, empat imigran di tangkap. Hari ini (kemarin) kami menangkap sembilan imigran lain saat mereka kembali ke ponpes,” ujar Kabag Ops Polres Banyuwangi, Kompol Sujarwo. Menurut Sujarwo, sembilan imigran itu ditangkap saat berada di kompleks Ponpes Nahdlatul Qodiri.

Kami mendengar informasi sembilan imigran kembali ke ponpes. Langsung kami ambil,” tegasnya. Kabag Ops Sujarwo menambahkan, tindak lanjut pasca penjemputan sembilan imigran tersebut, pihaknya akan segera mengirim para pencari suaka itu ke Kantor Imi grasi Jember. “Tindak lanjutnya akan kita serahkan ke Kantor Imigrasi Jember. Penangana dan selanjutnya menjadi kewenangan pihak keimigrasian,” cetusnya.

Sementara itu, Kapolres Banyuwangi AKBP Nanang Masbudi mengatakan, pihaknya akan memanggil Kiai Kembar untuk mengetahui peran yang bersangkutan dalam proses penampungan para imigran tersebut. “Bila cukup bukti, (Kiai Kembar) akan kami jadikan tersangka,” ujarnya. Kapolres mengungkapkan, pihaknya mendengar informasi bahwa pihak sponsor (oknum yang membawa para imigran asal Myanmar ke Banyuwangi) telah memberi uang kepada Kiai Kembar agar membantu menampung para pengungsi ter sebut.

“Inilah yang akan kami jadikan dasar mendalami proses penyidikan soal keterkaitan Kiai Kembar terhadap tindak pi dana tersebut. Tetapi, sejauh ini status Kiai Kembar masih saksi,” ungkapnya. Informasi lain menyebutkan, Kia Kembar akan dipanggil ke Mapolres Banyuwangi hari ini (18/4). Pemanggilan itu tidak lain bertujuan mendalami keterlibatan KH. Khoirudin dan KH. Nurudin dalam kasus penampungan imigran gelap asal Myanmar itu. Sementera itu, kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi para imigran yang baru ditangkap kemarin mengaku baru tiga hari berada di Banyuwangi.

Mereka kabur dari tanah kelahirannya di Myanmar tanpa tujuan jelas. Itu mereka lakukan semata-mata demi menyelamatkan diri atas konflik berdarah yang ter jadi di negara yang juga dikenal dengan sebutan Burma tersebut. Dikonfirmasi wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi saat berada di Mapolres Banyuwangi kemarin (17/4), M. Irfan, 21, seorang imigran mengatakan, dirinya dan sejumlah imigran lain kabur dari Myanmar dengan cara menunggang perahu.

Dari Myanmar, mereka langsung menuju Indonesia. “Di negara kita. Kita tak boleh duduk. Kita ingin lari, tapi tak tahu ke mana. Asal lari biar selamat,” ujarnya terbata-bata dalam bahasa Melayu bercampur bahasa Inggris. Menurut Irfan, situasi di Myanmar sangat buruk. Sekitar 300 masjid dirusak. Banyak warga etnis Rohingya yang tewas dibantai. “Sebenarnya kami ingin kembali ke Myanmar. Tetapi, saat ini situasinya masih tidak memungkinkan,” tambahnya.

Irfan pun berharap pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Banyuwangi, memfasilitasi dirinya dan para imigran lain menemui Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar. Tidak hanya itu, Irfan berharap pemerintah Indonesia yang notabene merupakan salah satu anggota persatuan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengambil peran diplomatik guna menghentikan pembantaian masyarakat muslim Rohingya di Myanmar. “Indonesia Muslim. Rohingya Muslim. Indonesia member of ASEAN. Please, help Rohingya people,” pungkasnya. (radar)