Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sempat Ikut Yasinan sebelum Berangkat ke Bojonegoro

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sempatNasib keluarga Awal Bachtiar, 46, yang tinggal di Perum Pabrik Kertas Basuki Rahmad (PKBR) Blok D5, Kelurahan Pengatigan, Kecamatan Banyuwangi, ini benar-benar tragis. Dalam kecelakaan di jalan raya Desa Paji, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, pada Kamis (28/6) lalu, Bachtiar beserta istri, dan kedua anaknya tewas seketika.

SEPERTI tidak percaya. Ungkapan ini lah yang muncul dari sejumlah warga yang tinggal di daerah Perumahan Pabrik Kertas Basuki Rach mat (PKBR) Ba nyu wangi, saat men dengar kabar Bachtiar mengalami kecelakaan lalu lintas dan semua anggota keluarganya meninggal. Para tetangga men – dengar kabar duka itu sekitar pukul 11.30.

Mereka sempat tidak yakin saat Ny. Indra salah satu warga di perumahan PKBR menyampaikan ada telepon dari Polres Lamongan. Pe nelepon ter sebut mengabarkan kalau Bachtiar beserta Wiwit Septiani, 42 (istrinya) dan ke dua putranya, Nur Aulia, 15, dan Nur Imam Hidayat, 14, tewas mengenaskan Mobil Suzuki Carry yang dikendarai menabrak truk tronton yang sedang parkir.

 Teman-teman di kantor kaget semua dan tidak percaya,” terang salah satu rekan Bach tiar di PKBR Banyuwangi, Heru Setyo. Rasa penasaran dan tidak percaya ini baru terjawab pukul 12.00 ketika sdalah satu stasiun televise swasta melaporkan proses kecelakaan hingga menyebabkan Bachtiar be serta istri dan dua anaknya ini meninggal dunia. “Saya melihat langsung berita di TV itu,” aku Heru.

Bachtiar dan keluarganya, selama ini di kenal cukup baik di lingkungan Perum PKBR Banyuwangi. Karyawan di bagian umum ini, termasuk orang yang tidak bisa diam. Di kantor tempatnya bekerja, di kenal sosok yang suka humor. “Suka bantu dan bekerjanya cekatan,” cetus Setiyo Harnomo, 45, karyawan PKBR yang juga ketua RT di Perum PKBR Banyuwangi. Para tetangga yang merasa tidak percaya ka lau salah satu warganya ini meninggal dengan cara tragis, karena mereka baru saja berkumpul.

Pada Rabu (27/6) malam, Bach tiar masih berkumpul dengan tetangga da lam acara pertemuan rutin yang digelar tiap bulan. “Acaranya kumpul-kumpul sam bil Yasinan,” ujar Setiyo. Tidak ada tanda-tanda yang nyleneh pada diri Bachtiar selama mengikuti Yasinan ter sebut. Bapak dua putra ini, juga masih sem pat bercanda bersama warga lainnya. “Tem pat pertemuan kebetulan di rumah Pak Sugik, rumahnya di samping rumahnya Pak Bachtiar,” ungkapnya.

Menjelang kepergiannya itu, Bachtiar memang seperti biasa. Warga juga tidak melihat ada yang beda dari hari-hari biasanya. Kepergiannya ini, seperti tanpa ada fi rasat sama sekali. “Cuma beberapa teman di kan tor merasa ada perbedaan,” jelasnya. Beberapa hari sebelum pergi ke Bo j o negoro beserta istri dan kedua putranya ini, Bach tiar sedikit berbeda di kantor.Bila hariha rinya penuh dengan tawa, mendadak jadi pendiam.

“Teman-temannya tidak menyangka kalau ini semua fi rasat,” se but ketua RT saat ditemui di rumahnya ke marin. Sepeninggal Bachtiar beserta istri dan ke dua anaknya, rumah yang ditempati di Pe rum PKBR D5, Kelurahan Pengatigan, Ke camatan Banyuwangi, terlihat sepi. Semua pintu dan korden tampak tertutup ra pat. Sepeda mini dan helm, terlihat ada di kursi dekat pintu rumah bagian depan.

Satu-satunya lampu yang hidup, hanya ada di bagian depan. Sepertinya lampu itu, oleh korban sengaja dihidupkan selama ke pergiannya. “Ayamnya cukup banyak, itu ber keliaran di sekitar rumah,” jelas Sugik, sa lah satu tetangga Bachtiar. Selain memelihara ayam, Bachtiar dan istrinya juga memelihara tiga ekor kambing. Bi asanya, ketiga kambingnya tinggal di kan dang yang ada di belakang rumahnya.

Tapi karena ditinggal pergi, ketiga kambing dititipkan di tetangga yang kebetulan juga memiliki kambing. “Sebelum berangkat, kambing dititipkan ke tatangga,” jelasnya. Sugik yang rumahnya paling dekat dengan korban menyebut kalau keluarga Bach tiar ini berangkat dari rumah menuju Bo jonegoro sekitar pukul 21.00, satu jam se telah acara pengajian di rumahnya.

“Pengajian di rumah sampai pukul 20.00, pukul 21.00 Pak Bachtiar berangkat,” kata Sugik. Saat akan berangkat ke rumah mertuanya di Bo jonegoro, Bachtiar juga tidak pesan apa pun pa da tetangganya itu. Bahkan, untuk sekadar ti tip rumah juga tidak sempat. “Tidak ada fi ra sat apa-apa, berangkat juga tidak bilang kok,” tandas Sugik. (radar)

Mobil Suzuki Carry yang dikendarai menabrak truk tronton yang sedang parkir.“Te man-teman di kantor kaget semua dantidak percaya,” terang salah satu rekanBach tiar di PKBR Banyuwangi, Heru Setyo.Rasa penasaran dan tidak percaya ini baruter jawab pukul 12.00 ketika sdalah satu sta siuntelevise swasta melaporkan proses ke celakaanhingga menyebabkan Bachtiar be serta istridan dua anaknya ini meninggal du nia. “Sayamelihat langsung berita di TV itu,” aku Heru.Bachtiar dan keluarganya, selama inidi kenal cukup baik di lingkungan PerumPKBR Banyuwangi. Karyawan di bagianumum ini, termasuk orang yang tidak bisadiam. Di kantor tempatnya bekerja, di kenalsosok yang suka humor. “Suka ban tu danbekerjanya cekatan,” cetus Setiyo Harnomo,45, karyawan PKBR yang juga ketuaRT di Perum PKBR Banyuwangi.Para tetangga yang merasa tidak percayaka lau salah satu warganya ini meninggal de -ngan cara tragis, karena mereka baru sajaberkumpul. Pada Rabu (27/6) malam, Bach tiarmasih berkumpul dengan tetangga da lam acarapertemuan rutin yang digelar tiap bulan. “Acaranyakumpul-kumpul sam bil Yasinan,” ujar Setiyo.Tidak ada tanda-tanda yang nyleneh padadiri Bachtiar selama mengikuti Yasinanter sebut. Bapak dua putra ini, juga masihsem pat bercanda bersama warga lainnya.“Tem pat pertemuan kebetulan di rumahPak Sugik, rumahnya di samping rumahnyaPak Bachtiar,” ungkapnya.Menjelang kepergiannya itu, Bachtiar memangseperti biasa. Warga juga tidak melihatada yang beda dari hari-hari biasanya.Ke pergiannya ini, seperti tanpa ada fi rasatsama sekali. “Cuma beberapa teman dikan tor merasa ada perbedaan,” jelasnya.Beberapa hari sebelum pergi ke Bo j o negorobeserta istri dan kedua putranya ini,Bach tiar sedikit berbeda di kantor.Bila hariharinya penuh dengan tawa, mendadakjadi pendiam. “Teman-temannya tidak menyangkakalau ini semua fi rasat,” se but ketuaRT saat ditemui di rumahnya ke marin.Sepeninggal Bachtiar beserta istri danke dua anaknya, rumah yang ditempati diPe rum PKBR D5, Kelurahan Pengatigan,Ke camatan Banyuwangi, terlihat sepi. Semuapintu dan korden tampak tertutupra pat. Sepeda mini dan helm, terlihat adadi kursi dekat pintu rumah bagian depan.Satu-satunya lampu yang hidup, hanyaada di bagian depan. Sepertinya lampu itu,oleh korban sengaja dihidupkan selamake pergiannya. “Ayamnya cukup banyak, ituber keliaran di sekitar rumah,” jelas Sugik,sa lah satu tetangga Bachtiar.Selain memelihara ayam, Bachtiar dan istrinyajuga memelihara tiga ekor kambing.Bi asanya, ketiga kambingnya tinggal dikan dang yang ada di belakang rumahnya.Tapi karena ditinggal pergi, ketiga kambingdititipkan di tetangga yang kebetulan jugamemiliki kambing. “Sebelum berangkat,kambing dititipkan ke tatangga,” jelasnya.Sugik yang rumahnya paling dekat dengankorban menyebut kalau keluargaBach tiar ini berangkat dari rumah menujuBo jonegoro sekitar pukul 21.00, satu jamse telah acara pengajian di rumahnya. “Pengajiandi rumah sampai pukul 20.00, pukul21.00 Pak Bachtiar berangkat,” kata Sugik.Saat akan berangkat ke rumah mertuanyadi Bo jonegoro, Bachtiar juga tidak pesanapa pun pa da tetangganya itu. Bahkan, untuksekadar ti tip rumah juga tidak sempat.“Tidak ada fi ra sat apa-apa, berangkat jugatidak bilang kok,” tandas Sugik. (abi/aif)Nasib keluarga Awal Bachtiar,Mobil Suzuki Carry yang dikendarai menabrak truk tronton yang sedang parkir.“Te man-teman di kantor kaget semua dantidak percaya,” terang salah satu rekanBach tiar di PKBR Banyuwangi, Heru Setyo.Rasa penasaran dan tidak percaya ini baruter jawab pukul 12.00 ketika sdalah satu sta siuntelevise swasta melaporkan proses ke celakaanhingga menyebabkan Bachtiar be serta istridan dua anaknya ini meninggal du nia. “Sayamelihat langsung berita di TV itu,” aku Heru.Bachtiar dan keluarganya, selama inidi kenal cukup baik di lingkungan PerumPKBR Banyuwangi. Karyawan di bagianumum ini, termasuk orang yang tidak bisadiam. Di kantor tempatnya bekerja, di kenalsosok yang suka humor. “Suka ban tu danbekerjanya cekatan,” cetus Setiyo Harnomo,45, karyawan PKBR yang juga ketuaRT di Perum PKBR Banyuwangi.Para tetangga yang merasa tidak percayaka lau salah satu warganya ini meninggal de -ngan cara tragis, karena mereka baru sajaberkumpul. Pada Rabu (27/6) malam, Bach tiarmasih berkumpul dengan tetangga da lam acarapertemuan rutin yang digelar tiap bulan. “Acaranyakumpul-kumpul sam bil Yasinan,” ujar Setiyo.Tidak ada tanda-tanda yang nyleneh padadiri Bachtiar selama mengikuti Yasinanter sebut. Bapak dua putra ini, juga masihsem pat bercanda bersama warga lainnya.“Tem pat pertemuan kebetulan di rumahPak Sugik, rumahnya di samping rumahnyaPak Bachtiar,” ungkapnya.Menjelang kepergiannya itu, Bachtiar memangseperti biasa. Warga juga tidak melihatada yang beda dari hari-hari biasanya.Ke pergiannya ini, seperti tanpa ada fi rasatsama sekali. “Cuma beberapa teman dikan tor merasa ada perbedaan,” jelasnya.Beberapa hari sebelum pergi ke Bo j o negorobeserta istri dan kedua putranya ini,Bach tiar sedikit berbeda di kantor.Bila hariharinya penuh dengan tawa, mendadakjadi pendiam. “Teman-temannya tidak menyangkakalau ini semua fi rasat,” se but ketuaRT saat ditemui di rumahnya ke marin.Sepeninggal Bachtiar beserta istri danke dua anaknya, rumah yang ditempati diPe rum PKBR D5, Kelurahan Pengatigan,Ke camatan Banyuwangi, terlihat sepi. Semuapintu dan korden tampak tertutupra pat. Sepeda mini dan helm, terlihat adadi kursi dekat pintu rumah bagian depan.Satu-satunya lampu yang hidup, hanyaada di bagian depan. Sepertinya lampu itu,oleh korban sengaja dihidupkan selamake pergiannya. “Ayamnya cukup banyak, ituber keliaran di sekitar rumah,” jelas Sugik,sa lah satu tetangga Bachtiar.Selain memelihara ayam, Bachtiar dan istrinyajuga memelihara tiga ekor kambing.Bi asanya, ketiga kambingnya tinggal dikan dang yang ada di belakang rumahnya.Tapi karena ditinggal pergi, ketiga kambingdititipkan di tetangga yang kebetulan jugamemiliki kambing. “Sebelum berangkat,kambing dititipkan ke tatangga,” jelasnya.Sugik yang rumahnya paling dekat dengankorban menyebut kalau keluargaBach tiar ini berangkat dari rumah menujuBo jonegoro sekitar pukul 21.00, satu jamse telah acara pengajian di rumahnya. “Pengajiandi rumah sampai pukul 20.00, pukul21.00 Pak Bachtiar berangkat,” kata Sugik.Saat akan berangkat ke rumah mertuanyadi Bo jonegoro, Bachtiar juga tidak pesanapa pun pa da tetangganya itu. Bahkan, untuksekadar ti tip rumah juga tidak sempat.“Tidak ada fi ra sat apa-apa, berangkat jugatidak bilang kok,” tandas Sugik. (abi/aif)46, yang tinggal di PerumPabrik Kertas Basuki Rahmad(PKBR) Blok D5, KelurahanPengatigan, KecamatanBanyuwangi, ini benar-benartragis. Dalam kecelakaandi jalan raya Desa Paji,Kecamatan Pucuk, KabupatenLamongan, pada Kamis (28/6)lalu, Bachtiar beserta istri, dankedua anaknya tewas seketika.AGUS BAIHAQI, BanyuwangiSEPERTI tidak percaya. Ungkapanini lah yang muncul dari sejumlahwarga yang tinggaldi daerah Pe ru -mahan Pabrik Ker -tas Basuki Rach mat(PKBR) Ba nyu wangi,saat men dengar kabarBach tiar me ngalami kecelakaan lalulintas dan se muaanggota ke luarganyameninggal.Para tetangga men -dengar kabar duka itusekitar pu kul 11.30.Me re ka sempat tidakya kin saat Ny. Indra–sa lah satu warga diperumahan PKBR– me nyam paikanada telepon dari Polres La mongan.Pe nelepon ter sebut me ngabarkanka lau Bachtiar beserta Wiwit Septiani,42 (istrinya) dan ke dua putranya, NurAulia, 15, dan Nur Imam Hidayat, 14,tewas mengenaskan

Kata kunci yang digunakan :