Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sentra Penjual Kacang Rebus di Banyuwangi yang Terkenal sampai ke Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Warga Desa Olehsari sedang mengikat kacang tanah. (Sumber gambar: Merdeka.com)

Banyuwangi – Suasana ramah menyambut setiap orang yang mampir di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Hampir di setiap halaman rumah, masing-masing warga terlihat berkerumun sambil bekerja mengikat kacang tanah, hasil panen dari kebun.

Desa Olehsari, sejak tahun 1960-an memang sudah terkenal sebagai sentra petani dan pedagang kacang tanah yang direbus. Tidak heran bila hingga saat ini dari 4000 jumlah penduduk, 80 persen warga Desa Olehsari bekerja sebagai petani dan pedagang kacang rebus.

“Saya jualan kacang rebus sudah sejak tahun 1983. Sebelumnya embah saya juga sudah jualan, jadi memang turun-temurun,” ujar Jam’i kepada Merdeka Banyuwangi.

Hingga saat ini pula, warga Desa Olehsari masih menjual dengan cara tradisional menggunakan singkek (alat pemikul kacang rebus). Jam’i memastikan, hampir semua pedagang kacang yang berjualan di kawasan kota Banyuwangi merupakan warga Desa Olehsari.

Bahkan kacang rebus Desa Olehsari sudah terkenal di Pulau Bali. Sejak turun-temurun hingga sekarang warga menjual kacang rebus ke Bali menggunakan singkek. Setiap hari berangkat, dagangan habis langsung kembali ke kampung halaman.

Dari Desa Olehsari, para pedagang kacang rebus akan naik angkutan sampai Pelabuhan Ketapang, lalu menyeberang membawa ratusan hingga ribuan ikat kacang rebus untuk dijual ke Bali.

“Sekarang masih ada sekitar 100 orang lebih warga sini yang jualnya ke Bali. Kacang rebusnya ada yang diusung (dipikul) pakai singkek. Kadang ada juga diangkut pakai sepeda motor,” kata Jam’i sambil membersihkan kacang tanahnya.

Desa Olehsari sudah terkenal sebagai sentra kacang rebus di terutama di kawasan Bali bagian barat seperti Kabupaten Negara, Jembrana, dan Buleleng. “Pulang sampai rumah kadang sampai malam. Tapi kalau di Banyuwangi lagi banyak acara, ya cukup jualan di sini,” ujar pria kelahiran 1958 ini.

Warga Desa Olehsari, biasa menanam kacang tanah di kebunnya. Bila masih belum panen, mereka akan membeli dengan sistem tebasan ke petani lain.

Mak Sri (53) petani kacang Desa Olehsari menjelaskan, kacang yang sudah dipanen terlebih dahulu dipilah dan diikat. Masing-masing ikat berisi 15-18 butir kacang. “Setelah itu baru dicuci hingga bersih, kemudian direbus dan dicampuri garam biar gurih,” ujar perempuan yang sudah jual kacang sejak 1991 ini. Satu ikat kacang rebus, dijual dengan harga Rp 1000.

Warga yang menebas dan memanen kacang, biasanya akan didatangi ibu-ibu rumah tangga. Mak Sri sendiri, juga datang ke rumah tetangga tanpa diundang untuk bekerja mengikat kacang tanah. Per 100 ikat dihargai Rp 4000.

“Kalau nganggur, dari pada diam di rumah. Datang aja jadi bisa lebih guyup juga sama tetangga. Kerja sambil makan kacang rebus, pulang bawa duit lagi,” jelasnya.

Selain direbus, kacang tanah juga sering diolah menjadi makanan lain seperti permen, rempeyek dan menjadi sayur untuk kacang yang masih muda. “Pokoknya warga sini hidupnya dari kacang. Dulu tahun 1965 harga kacang masih Rp 2,5. Sekarang Rp 1000 masih termasuk murah, karena garam agak mahal sekarang,” kata dia.

Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyuwangi tahun 2016, Desa Olehsari memiliki luas areal kebun kacang tanah mencapai 9 hektare dengan penghasilan rata-rata 12 ton per tahunnya.(MERDEKA.COM)