Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Setelah Dibuang ke Sungai Tubuhnya Dilempari Batu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Sutarjo dan Misniyah, orang tua Sunali, menceritakan musibah yang menimpa anak pertamanya

SEPERTI masih belum terima, orang tua menuntut pihak kepolisian segera menghukum pelaku dengan hukuman yang setimpal. Jawa Pos Radar Banyuwangi mencoba mendatangi rumah duka yang ada di RT03/RW07, Dusun  Kawang, Desa Labanasem, Kabat.  Tampak masih banyak kerabat  yang datang ke rumah almarhum untuk nyelawat.

Sutarjo dan Misniyah orang tua almarhum langsung mempersilakan tamu yang datang untuk masuk ke dalam rumah. ”Monggo pinarak (silakan masuk) Mas,” ucap Sutarjo mempersilakan tamu yang datang.

Dengan masih diselimuti duka, kedua orang tua korban menceritakan kejadian yang menimpa  anaknya tersebut. Misniyah, ibu kandung korban mengatakan, sekitar pukul 14.00 Jumat (14/4)  lalu, anaknya pamit untuk menyaksikan jaranan yang tak  jauh dari rumahnya bersama  tiga temannya menggunakan dua sepeda motor.

Saat itu, ayah korban sedang tidak ada di rumah karena sedang bekerja. Tidak ada firasat sedikit  pun perginya Sunali menyaksikan  jaranan adalah kepergian yang terakhir kalinya. Sekitar pukul 16.30, ibu korban yang sedang leyeh-leyeh di dalam rumah baru mendapatkan kabar bahwa  anaknya menjadi korban pengeroyokan dan dilarikan ke Puskesmas Gitik, Rogojampi.

Tahu ada kabar itu, ibu almarhum Sunali itu langsung menuju Puskesmas Gitik bersama keluarga lainnya. Setiba di Puskesmas Gitik, ibu korban ini masih sempat  melihat anaknya dalam keadaan  hidup.

Baru 10 menit di dalam ruangan perawatan, takdir berkata lain. Sunali dinyatakan oleh tim medis sudah meninggal dunia. ”Langsung lemes rasanya. Baru saja tiba, anak saya sudah dinyatakan meninggal dunia,” kata  Misniyah menceritakan.

Sutarjo, ayah korban menuturkan, dia tidak sempat melihat  anaknya dalam keadaan hidup. Saat datang ke Puskesmas, dia mengetahui anaknya sudah  meninggal dunia. Bersadar cerita  yang dia korek dari teman-teman anaknya, pengeroyokan yang terjadi sebenarnya bukan langsung tertuju pada Sunali. Melain- kan kepada Amar, salah satu  rekan Sunali satu kampung.

Saat itu, sepulang menyaksikan kesenian jaranan, Sunali dan ketiga rekannya hendak pulang ke rumahnya dengan mengendarai dua sepeda motor. Sepeda motor Amar melaju lebih dulu, sementara sepeda kotor Sunali berada di belakangnya dengan  jarak lebih jauh.

Nah, sesampai di selatan Sasak Tambong, sepeda motor Amar dihentikan segerombolan pemuda yang diketahui berasal Desa Pakistaji, Kabat. Tanpa diketahui apa alasannya, gerombolan pemuda itu berusaha memukul  Amar membabi buta.

Sunali yang mengendarai sepeda motor di  belakang Amar langsung mendekat dan mencoba melerai. Namun nahas, saat mencoba melerai, Sunali malah menjadi sasaran amukan pemuda yang sudah kalap itu.

Dua teman Sunali yang lain juga berusaha melerai keributan itu. Keributan itu terus bergeser hingga ke jalan ke barat menuju Dusun Kawang, Desa Labanasem. Melihat pengeroyok yang semakin beringas,  dua teman Sunali berhasil menyelematkan diri.

Namun malang bagi Sunali, dia tidak bisa menjauh dari pelaku. Setelah dikeroyok, jelas Sutarjo,  anak pertamanya itu dilemparkan ke sungai dari atas jembatan di jalan menuju Dusun Kawang.

Tidak hanya itu, informasi yang dia dapatkan, setelah dibuang ke sungai, anaknya sempat dilempari dengan sebuah batu. “Setelah dibuang ke sungai, anak saya sempat dilempari dengan paving dari atas jembatan. Informasinya yang mengeoryok ada sekitar 18–20 orang,” jelas Sutarjo sambil menarik napas panjang.

Sutarjo melanjutkan ceritanya, seorang teman Sunali yang lain  berusaha meminta tolong ke pabrik pengolahan batu. Namun, bantuan itu sudah terlambat. Para pengeroyok dan anaknya  sudah tidak ada di lokasi jembatan. Beruntung ada warga yang  melihat kalau korban dilempar ke sungai.

”Beberapa warga  kemudian mencari anak saya di dalam sungai dan membawa anak saya ke Puskesmas Gitik,”  ungkapnya. Atas musibah yang menimpa anaknya secara tragis ini, dia meminta aparat penegak hukum  memberikan hukuman yang setimpal untuk pelaku pengeroyokan. Dia ingin pelaku mendapatkan hukuman seadil-adilnya.

”Meskipun mereka dihukum  penjara, tapi mereka (pelaku) masih bisa pulang ke rumahnya. Tapi anak saya sudah pasti tidak akan pernah kembali lagi,” tandasnya. Sutarjo menambahkan, semasa  hidup, anaknya tidak pernah berbuat neko-neko.

Di mata kedua  orang tua dan tetangga, Sunali merupakan sosok yang mudah bergaul dan sopan kepada orang  tua. Ditanya apakah ada musuh sebelum musibah ini terjadi, Sutarjo mengaku tidak ada.

”Pemuda Dusun Kawang dengan anak Pakistaji tidak pernah ada riwayat dendam atau masalah  apa pun. Ya mudah-mudahan polisi segera menentukan siapa  tersangkanya. Untuk anak saya,   mudah-mudahan dia tenang di alam sana,” pungkasnya diamini  istri dan anak keduanya yang  masih berusia 5 tahun.

Seperti diketahui, keributan yang merenggut nyawa Sunali berawal dari perkelahian antar penonton di arena kesenian  jaranan Jumat (14/4). Ppukul 16.00 kesenian jaranan masih  berlangsung di sebelah selatan  kantor Kecamatan Kabat.

Saat itu perkelahian antar penonton dari Desa Pakistaji dengan warga  Desa Kabat. Penyebab perkelahian itu tidak diketahui secara pasti. Saat itu, gesekan yang sempat memanas berhasil diredam.

Kesenian jaranan pun bubar. Para penontotn yang terlibat  perkelahian tampaknya masih belum puas. Hingga akhirnya, kedua kubu dari lain desa ini bertemu di jalan di selatan Sasak Tambong dan mengakibatkan tewasnya Sunali. (radar)