Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Siswa SD yang Menjalani US di Mapolsek Songgon

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

siswasdJawab Soal Lancar, Rencana Khitan Batal

ANAK satu ini tercatat sebagai siswa kelas enam di salah satu sekolah dasar (SD) di Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Bungsu dua bersaudara itu disiplin dalam belajar. Bahkan, di kalangan teman-temannya, dia termasuk anak yang cerdas. Namun, siapa sangka dia terlibat kasus curanmor. Akibat perbuatannya itu, dia harus berurusan dengan polisi. Dia tidak sendiri saat beraksi. Dia beraksi bersama dua temannya, yaitu AW, 16, dan MY, 16.

AW tercatat sebagai siswa kelas IX SMP di Kecamatan Sempu. Satu temannya lagi, MW, sudah tidak melanjutkan studi setelah lulus SD. Sebetulnya, AP bersama dua temannya itu tidak berencana bertindak jahat. Saat itu, 4 Mei 2014, ketiga anak tersebut mencari pupuk organik di kawasan Perkebunan Bayu Kidul, Dusun Lider, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Berangkat dari rumah, ketiganya menggunakan motor Honda Supra X bernomor polisi P 2564 ZY. 

Sebelum mendapat pupuk organik, mereka meluangkan waktu melihat kawasan Wisata Air Terjun Lider. Tetapi, mereka tidak sampai turun ke tebing untuk melihat air terjun tertinggi di Bumi Blambangan itu. Pada saat parkir motor, ada dua pemuda yang hendak berwisata ke air terjun Lider. Karena tidak ada tempat parkir, motor yang diketahui milik Ali Muhaidori, 22, itu diparkir begitu saja di lokasi tersebut. Mahasiswa tersebut memarkir motor Yamaha Jupiter Z bernomor polisi DK 4237 IV itu tanpa pengaman.

Seketika itu muncul niat jahat komplotan tiga anak tersebut. Beberapa saat motor di tinggal pemiliknya, satu dari ketiga anak itu mendekati motor itu.Setelah mendekat, kawanan remaja itu mencoba menghidupkan mesin. Yang mengejutkan, mereka menggunakan obeng untuk membuka paksa motor tersebut. Kebetulan ada obeng di bawah sadel motor yang mereka bawa. Tanpa disangka, usaha membawa motor itu berhasil. Namanya anak kecil, motor curian itu langsung mereka bawa pulang. 

Tak berselang lama, korban mengetahui keberadaan ketiga pelaku. Ketiga pencuri cilik itu pun langsung dijemput polisi. Usut punya usut, korban mengetahui keberadaan tiga pelaku dibantu seseorang. Saat itu orang yang dijadikan saksi itu mengetahui motor itu dibawa ketiga bocah tersebut. Jadi, tanpa kesulitan, aksi mereka terendus siang itu juga. Sejak itu tiga pelaku itu ditetapkan sebagai tersangka. Hingga kemarin tiga pelaku itu masih ditahan di Polsek Songgon.

Dalam waktu dekat, tiga tahanan kategori anak di bawah umur itu akan segera dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Banyuwangi. Tentu kasus kejahatan yang melibatkan tiga anak itu membuat hati prihatin. Sebab, masa depan mereka masih panjang. Apalagi, satu dari tiga tahanan itu, yaitu AP, masih sekolah SD. Karena ditahan, siswa itu harus rela mengikuti ujian dengan pengawalan ketat aparat kepolisian dan guru di Mapolsek Songgon.  

Sejak Senin lalu dia mengikuti ujian sekolah terpisah dengan rekan-rekannya. Kemarin AP mengerjakan soal mata ujian matematika.  Karena serba terpaksa, dalam mengerjakan soal, siswa tersebut tidak mengenakan seragam sekolah seperti siswa pada umumnya. Saat ujian kemarin, dia mengenakan kaus bermotif garis-garis. Dalam menjawab naskah, dia sama sekali tidak merasa grogi.

Bahkan, dia menyatakan naskah soal yang diujikan itu tidak terlalu sulit. ‘’Soalnya saya bisa jawab,’’ ujarnya setelah tuntas mengerjakan naskah ujian di ruang Reserse Kriminal (Reskrim) Polsek Songgon. AP mengaku memang sudah mempersiapkan diri menghadapi US tersebut. Meski berada di ruang tahanan, dia tetap rajin belajar. ‘’Saya bawa buku bimbingan belajar. Buku ini dibawakan ibu saya,’’ terang bocah berpostur tambun itu.  

Sebab itu, AP percaya diri dalam menghadapi ujian meski hanya seorang diri. Dia ingin secepatnya keluar dari balik jeruji besi dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. ‘’Setelah tamat, saya mau sekolah SMP satu atap,” katanya. AP memang tetap bisa mengikuti ujian meski di dalam sel. Tetapi, khitan yang direncanakan jauh-jauh hari tampaknya akan ditunda. ‘’Saya masih belum dikhitan. Maunya liburan sekolah ini saya khitan. Tapi saya gak mau kalau dikhitan di sini,” katanya. (radar)