Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Songkok Haji jadi Produk Unggulan

TEMBUS LUAR KOTA: Produksi songkok haji di rumah pasutri Rohani Hadi dan Siti Maimunah kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TEMBUS LUAR KOTA: Produksi songkok haji di rumah pasutri Rohani Hadi dan Siti Maimunah kemarin.

TULUNGREJO – Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, ternyata memiliki banyak produk unggulan yang dihasilkan melalui industri rumahan milik warga desa setempat. Salah satunya adalah produksi songkok haji. Home industry songkok haji tersebut adalah milik pasangan suami istri Rohani Hadi, 45, dan Siti Maimunah, 40, warga Dusun Wadung Dolah, Desa Tulungrejo.

Sejak 1998 silam, pasutri tersebut sudah menggeluti pembuatan songkok haji. Meski dengan modal pas-pasan, keduanya tampak gigih menjalani usaha tersebut. Karena modal sangat pas-pasan dan masih mengawali, hampir semua proses pekerjaan membuat songkok haji, mulai memotong, menjahit, mencuci dan menjemur, dilakukan sendiri oleh pasutri tersebut. Bahkan, begitu proses pembuatan songkok haji selesai, Rohani Hadi membawa karyanya tersebut ke Surabaya untuk dijual.

“Saya bawa pakai karung naik bis ke Surabaya,” kenang Rohani Hadi, ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi di rumahnya kemarin. Nah, selama proses menjual tersebut, Rohani Hadi dan istri untuk sementara berhenti memproduksi songkok haji. Sebab, modal untuk membuat masih menunggu hasil penjualan di Surabaya. “Kalau sudah laku, baru ada uang dan kita buat lagi,” tuturnya. Lama kelamaan, lanjut Rohani, di Surabaya tersebut, dia mendapat banyak pembeli songkok hasil produksinya.

Sehingga semakin hari jumlah permintaan terus bertambah. Belakangan, dia malah sempat kewalahan melayani banyaknya permintaan pembeli dari luar kota. Sehingga Hadi dan istri mulai merekrut tenaga untuk memenuhi banyaknya permintaan tersebut. Dia merekrut para tetangganya untuk membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut, agar bisa memenuhi permintaan yang terus banyak. “Sekarang ada sekitar 15 tetangga yang ikut bekerja,” tuturnya.

Sebenarnya, lanjut Hadi, banyak para tetangganya yang masih ingin ikut bekerja membuat songkok. Hanya saja, mereka tidak memiliki fasilitas mesin jahit untuk bekerja. Sebab, jelas Hadi, para tetangga yang bekerja membuat songkok tersebut, kebanyakan mengerjakannya di rumahnya masing-masing. “Saya dan istri yang bagian motong, sedang para tetangga yang menjahit di rumahnya masing-masing. Nah, yang nggak punya mesin jahit tidak bisa ikut bekerja,” tuturnya.

Untuk itu, Hadi berharap agar peme-rintah bisa memberikan solusi terhadap minimnya fasilitas mesin jahit. Sehingga para tetangganya bisa semakin banyak yang ikut bekerja. Hadi mengakui, karena tidak tahu caranya, selama bertahun-tahun dirinya merintis usaha tersebut, belum pernah mengajukan bantuan ke pemerintah untuk melengkapi dan menambah modal. “Kita nggak pernah dapat bantuan apa-apa. Kalau disurvei dari pemerintah katanya dari dinas, dan dari kecamatan sudah sering,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tulungrejo Widi Purnomo yang kemarin juga datang ke rumah Hadi mengaku sangat bangga dengan adanya produksi pembuatan songkok. Mengenai permohonan bantuan fasilitas mesin jahit dan tambahan modal, Widi mengaku akan memperjuangkannya ke pemerintah daerah. “Nanti akan kita ajukan dan kita prioritaskan.

Karena kita ingin produksi songkok ini menjadi produk unggulan Desa Tulungrejo,” tandasnya Di sisi lain, Widi juga berjanji akan memperjuangkan produk songkok tersebut agar memiliki lebel atau UD. Sebab, selama ini, karya milik warganya itu justru diaku oleh pedagang lain di Surabaya. “Songkok ini dibuat kosongan tanpa cap. Sehingga di Surabaya diberi cap toko tertentu. Kan kasihan,” tandasnya. (radar)