Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sudah Cantik, Ijen Tak Perlu Dipoles

Pembangunan di Puncak Ijen
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pembangunan di Puncak Ijen

Pembangunan infrastruktur di puncak ijen menuai banyak kritik. Pegiat lingkungan menilai bangunan tersebut bisa mengurangi keaslian wajah ijen. Mereka pun ramai-ramai menggalang penolakan proyek milik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur tersebut.

PULUHAN orang sibuk dengan pekerjaannya pagi itu. Ada yang menggali tanah, memasang kayu, dan menata kolom besi. Jumlah pekerja tersebut diperkirakan 25 orang. Sudah sebulan lebih mereka mengebut pembangunan ifrastruktur di puncak Ijen yang nilainya Rp 1.614. 682.000.

Mereka bekerja di bawah bendera CV Macadam selaku pemenang lelang proyek pembangunan infrastruktur publik di Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen. Pembangunan ini bakal berlangsung hingga 26 Desember 2017. Selanjutnya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur akan melanjutkan pembangunan di tahun 2018 mendatang.

Celakanya, di tengah berlangsungnya proyek tersebut, muncul penolakan dari kalangan pegiat lingkungan. Mereka beranggapan Ijen yang merupakun icon Banyuwangi kini telah berubah rupa.

“Kami suduh menggalang petisi penolakan pembangunan infrastruktur di ljen. Sampai kemarin sudah terkumpul 12,463 tanda tangan petisi. Kami menargetkan 50 ribu tanda tangan penolakan,” tegas Putri Agustin, 31, salah seorang komunitas pencinta alam yang menolak keras pembangun infrastruktur di Ijen.

Lebih jauh koordinator Sea Soldier Banyuwangi itu mengatakan, nantinya petisi tersebut akan dikirim ke Presiden Joko Widodo, Kementerian Pariwisata, Kementerian LHK, BKSDA Jawa Timur dan Gubernur Jawa Timur. petisi tersebut bertuliskan “Save Kawah Ijen” dan “Stop Pembanggunan di Pincak.”

BKSDA berdalih pembangunan tersebut merupakan salah satu upaya membuat Taman Wisata Alam Ijen layak dikunjungi dan membuat wisatawan semakin nyaman,” kata Putri.

Mirisnya lagi, bangunan yang dibuat di atas puncak merupakan bangunan permanen dengan beton, semen, dan galian fondasi di puncak gunung. Padahal, kawasan Gunung Ijen merupakan Taman Wisata Alam yang berdampingan dengan cagar alam. Luasan Taman Wisata Alam di Kawah Ijen hanya sekitar 93 hektare, sementara sisanya merupakan cagar alam yang dilindungi.

Kawasan Gunung Ijen juga merupakan tempat berbagai biota dilindungi hidup seperti Elang Jawa dan beberapa tanaman langka. Karena ada unsur cagar alam itulah, tak tepat jika Ijen dijadikan wisata masal (mass tourism) dengan masifnya pembangunan di sana.

Segala aktivitas pembangunan dan kegiatan manusia di kawasan ini, jika berlebihan tentu akuan memengari ekosistem dan konservasi alam. Meski pembangunan diklaim dilakukan di kawasan blok publik, namun pembangunan ini secara jangka panjang akn mempengaruhi ekosistem yang men jadi habitat biota di kawasan Gunung Ijein,” ujarnya.

Putri menambahkan, Sea Soldier mengajak masyarakat untuk menandatangani petisi berisi penolakan seluruh pembangunan yang dilakukan Balai Besar KSDA Jatim di Puncak Ijen. Kawah Ijen sudah cantik tanpa ada bangunan-bangunan di puncak yang justru merusak keindahan asli Gunung Ijen serta berpotensi membahayakan ekosisutem dan konservasi di kawasan Gunung Ijen.

Kamis lalu (2/11) Jawa Pos Radar Banyuwangi  mencoba naik ke puncak ljen. Memang benar, di puncak dekat kawah sedang berlangsung pembangunan infrastruktur. Saat ini, proyek masih dalam tahap penggalian fondasi dan pendirian gazebo sebagai sarana penunjang bagi pengunjung.

Lebar fondasi tersebut berukuran 1×1 meter dengan kedalaman 1 meter. Dengan jumlah galian sebanyak 30 galian dengan jarak yang berbeda ukuran.

Bagi penambang, proyek tersebut dirasa tidak mengganggu. Meskipun sangat berdekatan dengan jalan aktivitas penambangan belerang. “Kami tidak tahu mau dibuat apa bangunan dan galian tersebut. Yang jelas kami di sini kerja untuk mencari nafkah. Dan kami tidak mau tahu tentang proyek itu,” ujar Slamet Wibowo, 50, penambang belerang.

Bagi pengunjung malah ada yang merasa kagum dengan proyek pembangunan itu. Ijen perlu difasilitasi sedemikian rupa agar pengunjung semakin betah berada di puncak. “Justru saya menjadi kagum dengan dibangunnya fasilitas yang ada ini. Karena mempercantik suasana kawah ljen. Dan pengunjung juga bisa berhati-hati,” ucap Abdul Fatah, 23, wisatawan asal Malaysia.

Sementara itu bagi pencinta lingkungan proyek pembangunan tersebut tidak sejalan konsep yang ada di puncak Ijen. Pesona Ijen terasa tidak alami dengan dibanggunnya beberapa proyek tersebut.

“Jika diberi pagar pasti akan memicu oranng untuk mencorat-coret. Dan akan mengurangi view Kawah Ijen sehingga kaldera menjadi tidak alami lagi,”  ungkap Atik Pratiwi, 35, pencinta alam.

Proyek pembangunan tersebut meski tak menyalahi aturan, namun tidak sesuai etika dan konservasi alam merupakan tindakan tidak dia etis. Secara aturan mungkin diperbolehkan. Namun jika dilihat dari dampaknya pada alam dan ekosistem di Puncak ljen perlu dipertimbangkan.

Memang wilayah itu masuk Kawasan Wisata Alami, tapi segala pembangunan atau aktivitas manusia yang berdampingan dengan cagar alam harus memperhatikan aspek keselamatan biota disana. “Kami sudah membecirakan hal tersebut kepada operator yaitu pihak BKSDA. Kami meminta agar menyingkronkan fasilitas tersebut agar tidak mengganggu ekologi dan pemandangan kawah Ijen,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M. Yanuarto Bramuda.

Menanggapi itu, Kepala BKSDA Seksi Konservasi Wilayah Banyuwangi Sumpena mengatakan, pembangunan sarana prasarana tersebut memang merupakan proyek yang telah lama direncanakan. Pembangunan dilakukan di kawasan yang berstatus Taman Wisata Alam. “Pembangunan tersebut masih akan berlanjut. Dan tidak mengurangi pengunjung yang datang ke Kawah Ijen,” jelas Sumpena.

Sebagai kawasan konservasi, proses pembangunannya tetap memperhatikan kealamian kawasan Ijen. “Sebagai salah satu destinasi, kita juga bertanggung jawab agar pengunjung nyaman saat berkunjung ke ljen,” jelas Sumpena.

Pengembangannya  tetap mengedepankan konsep konservasi. Sehingga ke depannya, Ijen benar-benar layak untuk dikunjungi. Sejumlah fasilitas yang akan dibangun adalah ruang kesehatan, pagar pengamanan bibir kawah, embung air. “Selain itu, ada musala, lahan parkir, ruang lnterpretasi wisata, tempat pantau satwa, pos pengendaliam kebakaran, camping ground, perbaikan jalur pendakian, dan beberapa fasilitas lainnya,” ungkap Sumpena.

Sebelumnya, di media sosial ramai beredar video dan foto pembangunan infrastruktur Ijen yang diabadikan para pendaki. Video yang memperlilihatkan aktivitas pekerja proyek infrastruktur mendapat sorotan publik. Meski dibangun untuk kenyamanan wisatawan, banyak pengguna melia sosial yang menolak adanya bangunan di Puncak Kawah Ijen tersebut. (radar)