Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sulit Bahan Baku, Bersaing dengan Pabrik Rambak

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sulitTak banyak orang yang punya talenta membuat wayang kulit. Eko Susanto, 35, warga Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, ini termasuk satu dari sedikit warga yang memiliki keahlian tersebut.

HUJAN lebat yang mengguyur Banyuwangi dan sekitarnya baru saja reda siang kemarin (13/5). Di tengah terpaan hawa dingin itu seorang pria duduk lesehan di sebuah rumah di tepi Jalan Raya Yos Sudarso, tepatnya sekitar 20 meter sebelah utara traffic light Sukowidi. Pria yang belakangan diketahui bernama Eko Susanto tersebut tamp ak teliti mengutak-atik bidang menyerupai kertas tebal yang terhampar di atas meja kecil.

Ternyata Eko tengah mengecat selembar kulit sapi yang sudah diben tuk menjadi gunungan yang biasa ditampilkan dalam pergelaran wayang kulit. Usut punya usut, keterampilan ters ebut sudah mendarah dagingber dasar garis keturunan. Pria ber per awakan kurus itu mengklaim, kep iawaian membuat wayang kulit di turunkan secara turun-temurun sejak 12 generasi sebelum dirinya. Kakek- buyutnya, yakni dalang Dju hadi; kemudian kakeknya yang bernama dalang Djaeno; dan ayahnya seorang pembuat wayang kulit sekaligus perajin omprog gandung.

Ayahnya bernama Sutrisno Saya belajar membuat wayang kulit sejak kelas empat SD,” ujar suami Sinta Nurmalasari itu. Dia bisa mengkreasi semua tokoh pewa yangan. Proses pengerjaan satu tokoh pe wayangan rata-rata membutuhkan wak tu sepuluh hari. Dua hingga tiga hari digunakan untuk memahat kulit sapi menjadi tokoh yang diinginkan. Proses pengecatan memerlukan waktu sekitar sepekan. Eko mematok wayang hasil kreasinya itu dengan harga bervariasi, yakni Rp 500 ribu hingga Rp 2,5 juta per unit.

Dikatakan, gunungan atau yang di dunia pewayangan di sebut Kayon dipatok dengan harga tertinggi lantaran memiliki kesakralan tersendiri. “Sebelum membuat Kayon, saya harus berpuasa minimal sehari-semalam,” kata pria yang dikaruniai seorang anak perempuan tersebut. Menurut Eko, bahan baku yang digunakan membuat wayang adalah kulit sapi jenis rambon jawa. Ketebalan kulit sapi rambon jawa dinilai paling pas sebagai bahan baku wayang kulit.

“Kalau pakai kulit sapi jenis limousin terlalu tebal,” katanya. Uniknya, beberapa waktu lalu Eko sempat mengalami kesulitan bahan baku membuat wayang kulit. Sebab, dirinya harus bersaing de ngan pengusaha rambak kulit sapi. Dikatakan, kala itu para pengusaha rambak berani membeli kulit sapi dengan harga yang lebih mahal dibanding harga pasaran. Beruntung, saat-saat sulit tersebut kini sudah tidak terjadi lagi.

Menurut Eko, untuk membuat wayang kulit yang benar-benar berkualitas, bu tuh perlakuan khusus sejak proses pe ren da man, pengeringan, sampai pembuatan pola tokoh yang diinginkan. Pembuatan po la itu tidak boleh dilakukan asal-asalan. Siku atau bentuk wayang harus benar-benar diperhatikan. Eko mengatakan, membuat wayang tersulit adalah membuat tokoh Krisna dan Arjuna, tepatnya saat memahat bagian rambut gelungan dan bokongan (pantat).

“Saya mulai dilepas oleh keluarga untuk membuat wayang sendiri pada tahun 2000 lalu,” cetusnya. Pria yang juga dipercaya menjadi duta seni tingkat anak di Taman Budaya Surabaya pada tahun 1992 silam itu menambahkan, masyarakat umum biasanya membeli tokoh-tokoh khusus yang dinilai paling ngetren, misalnya tokoh Pandawa (Pun tadewa, Werkudara atau Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) dan Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bangong). Eko mengungkapkan, berkualitas atau tidaknya wayang bisa diketahui dari halus dan kasarnya pahatan, serta kesimetrisan wajah dan tokoh wayang tersebut.

Pamor atau corak wayang juga menjadi pembeda kualitas. “Pahatan halus ataukah tidak akan sangat terlihat dari bayangan wayang tersebut. Terkait pamor, walaupun cat yang digunakan sederhana, asalkan penerapannya tepat, pewarnaan akan optimal,” cetusnya. Selain sudah dibeli para dalang dan pengoleksi wayang asal sejumlah kota besar di tanah air, wayang kulit hasil kreasi Eko juga sudah sampai ke Prancis. “Februari lalu ada tamu dari Prancis yang membeli wayang kepada saya. Saat itu dia membeli tokoh Hanoman dan Werkudara. Hasilnya bisa digunakan untuk merayakan ulang tahun kedua putri saya,” pungkas Eko lantas terkekeh. (radar)