Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sumber Air Penawar Ketapang di Musim Kampanye Didatangi Caleg untuk Sosialisasi hingga Menebar Janji

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sumber“Jangan ada satu spot yang terlewatkan”. Inilah yang dilakukan caleg dalam meraup dukungan. Termasuk dengan mendatangi tempat-tempat yang dianggap “bertuah”, seperti sumber air Penawar di Desa Ketapang. Lantunan ayat suci Alquran menyambut kedatangan kami di sumber air Penawar siang itu (27/3). Suara itu berasal dari pengeras suara masjid yang berlokasi tepat di sebelah utara sumber air yang oleh sebagian warga dipercaya berkhasiat menyembuhkan penyakit itu.

Kami sempat terperangah begitu mendapati sumber air yang berlokasi di tempat cukup terpencil, tepatnya di Dusun Pancoran, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, itu ternyata cukup ramai dikunjungi Warga yang datang dan pergi terus mengalir di tengah kondisi cuaca yang cukup terik siang itu. Ya, lokasi sumber Penawar memang bisa di katakan terpencil. Meski hanya berjarak sekitar 600 meter dari Jalan Lingkar Ketapang, untuk sekadar bisa sampai ke sumber air yang satu itu dibutuhkan “perjuangan” yang cukup berat. 

Dari mulut gang di tepi Jalan Lingkar Ketapang, kita langsung “disuguhi” jalan sempit yang permukaan aspalnya mulai mengelupas. Semakin jauh, kondisi jalan semakin mem prihatinkan. Selain semakin sempit, badan jalan yang belum tersentuh aspal itu dipenuhi bebatuan. Jika tidak ingin terjungkal, kita harus ekstra hati-hati saat melintasi jalan tersebut. Kesan terpencil semakin terasa lantaran di sisi kanan-kiri jalan itu hanya ada satu atau dua rumah warga.

Selebihnya, kita hanya disuguhi tumbuhan kakao. Meski begitu, faktanya, terik matahari maupun kondisi jalan cukup “menyiksa”, ter nyata tidak membuat sumber air Penawar sepi pengunjung. “Jangankan saat cuaca panas seperti hari ini (kemarin), saat hujan saja banyak warga yang datang ke sumber air ini untuk mengambil air mi num, mencuci, atau mandi,” ujar Nesi, 37, warga sekitar. Perempuan yang satu ini memang tahu persis tingkat kunjungan warga ke sumber air yang dinaungi pohon bendo dan pohon trembesi tersebut. 

Sebab, setiap hari dia berjualan di warung miliknya yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari sumber air tersebut. Nesi mengatakan, selain warga sekitar, tidak sedikit warga asal luar Desa Ketapang, bahkan luar Banyuwangi, yang sengaja datang untuk sekadar mandi atau mengambil air minum di sumber tersebut. “Be berapa warga memang meyakini air dari sumber Penawar berkhasiat menyembuh kan penyakit,” kata dia. Tingkat kunjungan warga yang cukup tinggi di sumber Penawar itu tampaknya berdampak positif terhadap warga sekitar.

Se bab, meskipun pengunjung tidak dikenai tarif masuk, tapi kesadaran pengunjung me ngisi kotak amal yang dipasang tak jauh dari sumber Penawar ternyata cukup tinggi. Hasilnya, uang hasil kotak amal itu, digunakan untuk merehab Masjid Baitul Muttaqin asal suara ayat suci Alquran yang kami jelaskan di awal tulisan ini. “Awalnya masjid ini merupakan surau kecil, lantas dibangun menjadi musala dan sekarang berubah menjadi masjid,” cetus Nesi. Sementara itu, jawaban cukup menge jutkan dilontarkan Mustafa, 42. 

Saat di tanya adakah calon anggota legislatif (caleg) yang datang ke lokasi tersebut, pria yang oleh warga setempat dipercaya se bagai “penunggu” sumber Penawar itu mengaku akhir-akhir ini banyak caleg yang datang ke sumber Penawar. “Mereka datang paling hanya untuk mandi atau cuci muka dan untuk bertemu pengunjung lain. Saat bertemu pengunjung lain, banyak caleg yang menjanjikan bantuan untuk memperbaiki sarana dan prasarana di sekitar sumber Penawar,” ungkapnya.

Menurut Mustafa, biasanya caleg datang ke sumber Penawar untuk mandi atau sekadar cuci muka, sekaligus bersosialisasi dengan pengunjung yang datang ke lokasi tersebut. Setelah mandi, biasanya caleg itu ikut salat berjamaah di Masjid Baitul Muttaqin yang berlokasi tepat di sebelah utara sumber Penawar. Lantaran sumber Penawar merupakan tempat umum, Mustafa mengaku tidak bisa menghalangi siapa pun datang ke lokasi tersebut. Begitu pun dengan warga yang datang ke masjid. 

Lantaran masjid itu tempat ibadah, kata Mustafa, dia tidak boleh melarang warga beribadah di masjid tersebut. Yang lebih penting, imbuhnya, saat berada di lingkungan masjid, caleg tidak berkampanye. “Alhamdulillah masjid ini steril dari politik,” tegasnya. Mustafa tidak menampik bahwa masjid Baitul Muttaqin yang juga dikenal sebagai masjid Penawar itu dibangun dari hasil sumbangan kotak amal di sekitar sumber Penawar. Bahkan, menurut dia, 60 persen pembangunan masjid itu dibiayai dari hasil kotak amal. Sedangkan 40 persen sisanya hasil swadaya masyarakat sekitar. (radar)