Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sumber Daya Belum Memadai, Aplikasi Simpuswangi tak Maksimal

CONTOH: Seluruh puskesmas di Banyuwangi telah didukung Simpuswangi, termasuk Puskesmas Singojuruh ini.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CONTOH: Seluruh puskesmas di Banyuwangi telah didukung Simpuswangi, termasuk Puskesmas Singojuruh ini.
CONTOH: Seluruh puskesmas di Banyuwangi telah didukung Simpuswangi, termasuk Puskesmas Singojuruh ini.

Jumlah penduduk Banyuwangi sudah mencapai 1,6 juta jiwa lebih. Namun, pemkab hanya memiliki 45 puskesmas dan 105 puskesmas pembantu. Besarnya jumlah penduduk itu jadi tantangan bagi puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dan merata. Berikut hasil penelitian ‘Optimalisasi simpuswangi sebagai penunjang layanan kesehatan berbasis teknologi informasi’ yang dilakukan tim Politeknik Banyuwangi (Poliwangi).

SATU Puskesmas di Banyuwangi rata-rata melayani sekitar 34.580 jiwa. Padahal kondisi idealnya, setiap Puskesmas hanya melayani 30.000 jiwa. Tantangan semakin besar akibat pola penyebaran penduduk yang tidak merata dalam bentangan wilayah Banyuwangi yang sangat luas dengan topografi yang bervariasi. Apalagi, wilayah Banyuwangi juga terdiri dari hutan hingga lereng gunung dan perbukitan.

Bahkan untuk mencapai Puskesmas Siliragung, terletak di sebelah barat daya dekat dengan perbatasan Kabupaten Jember bagian selatan, dari kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi dibutuhkan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan dengan mobil. Dengan pertimbangan kondisi tersebut, maka solusi melalui teknologi informatika diharapkan mampu menunjang meningkatkan kualitas layanan kesehatan di puskesmas, mempercepat transfer informasi dan komunikasi antara dinkes dan puskesmas, serta mempercepat proses integrasi data kesehatan yang cepat dan akurat.

Untuk keperluan itu, dinkes beberapa waktu lalu telah menggagas pengembangan dan implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) yang dikenal dengan nama Simpuswangi. Simpuswangi memiliki dua sistem utama: Simpuswangi integrator dan Simpuswangi puskesmas. Masing-masing mempunyai fungsi dan letak tersendiri. Simpuswangi integrator merupakan sistem informasi yang berfungsi menampung data dari tiap puskesmas agar menjadi satu kesatuan informasi di dinkes.

Sedangkan Simpuswangi Puskesmas merupakan sistem informasi yang berfungsi merekam seluruh aktivitas pelayanan kesehatan di puskesmas, termasuk pelayanan luar gedung. Data pasien yang masuk di loket, dapat langsung diterima di ruang BP, diketahui keluhannya untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan. Demikian seterusnya hingga ke ruang laboratorium, apotek, dan semua unit di Puskesmas terkoneksi dengan Simpuswangi.

Data-data pelayanan kesehatan Puskesmas yang tercatat dalam Simpuswangi Puskesmas secara online ditransfer ke Simpuswangi Integrator setiap hari. Data yang telah tergabung dari masing-masing Puskesmas selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan pelaporan masing-masing bagian di dinkes, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan se kabupaten bisa dipantau tiap hari.

Koneksi online Puskesmas dengan dinkes dilakukan dengan membangun perangkat jaringan nirkabel. Tiap puskesmas terpasang antena jaringan yang tersambung dengan jaringan kecamatan yang dikelola Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (dishubkomindo). Saat ini, Simpuswangi telah dipasang di seluruh puskesmas dengan jumlah 45 puskesmas, mulai dari Puskesmas Bajulmati di ujung utara Banyuwangi, sampai Puskesmas Grajagan di ujung selatan Banyuwangi.

Meskipun seluruh Puskesmas di Banyuwangi sudah terpasang aplikasi tersebut, tetapi masih banyak kendala dalam pelaksanaannya. Hasil studi menunjukkan, bahwa banyak puskesmas yang belum menggunakan fitur aplikasi Simpuswangi secara utuh dan bahkan masih terdapat puskesmas yang belum memanfaatkannya meskipun telah ter-install aplikasi Simpuswangi. Oleh karena itu, dukungan pengambil kebijakan dan manajemen serta pihak-pihak terkait sangat diperlukan dalam rangka implementasi sistem informasi Puskesmas Banyuwangi.

Tata kelola teknologi informasi yang baik didukung oleh beberapa sumber daya meliputi aplikasi, informasi, infrastruktur dan sumber daya manusia. Sebuah audit tata kelola teknologi informasi dibutuhkan untuk melihat seberapa baik sistem yang telah berjalan sehingga dapat diberikan rekomendasi agar sistem tersebut bisa lebih optimal selaras dengan tujuan organisasi.

Berangkat dari kondisi tersebut maka tim peneliti dari Politeknik Banyuwangi, atas dukungan Pemkab Banyuwangi, melakukan kajian terhadap tata kelola teknologi informasi pada Simpuswangi dengan menggunakan CoBIT 4.1, sebuah kerangka kerja audit teknologi informasi yang paling banyak digunakan. Dalam CoBIT 4.1 faktor tata kelola yang dinilai adalah perencanaan dan organisasi, perolehan dan implementasi, pelayanan dan dukungan, serta monitoring dan evaluasi.

Hasil akhir dari audit ini adalah sebuah nilai yang menunjukkan tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi dari sistem yang diaudit.  Kajian dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner dengan total responden sebanyak 45 atau sejumlah kecamatan yang telah melaksanakan Simpuswangi. Hasil penggalian data lapangan menunjukkan, beberapa permasalahan yang dapat dikelompokkan pada tiga kategori yakni, kendala sumber daya manusia secara kualitas dan kuantitas, kendala perangkat lunak atau program aplikasi Simpuswangi itu sendiri, serta kendala infrastruktur dan teknologi pendukung yang digunakan.

Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian diperoleh tingkat kematangan Simpuswangi masih berada pada kategori sedang yakni memiliki ratarata 2,5 (kategori repeatable but intuitive). Nilai ini menunjukkan bahwa tata kelola Simpuswangi sudah cukup baik. Tetapi masih memerlukan banyak perbaikan agar menjadi lebih optimal.

Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan dan pendampingan bagi pengguna Simpuswangi, penambahan sumber daya manusia yang menangani teknologi informasi pada dinkes, melakukan perencanaan untuk pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi secara berkala dan rutin dengan mengalokasikan biaya operasional dan pemeliharaan, penyusunan SOP (standard operating procedure) yang up to date seiring dengan penyempurnaan aplikasi Simpuswangi, diterapkannya penilaian dan pengawasan terhadap kepatuhan  penerapan infrastruktur teknologi informasi serta pembenahan infrastruktur penunjang terutama infrastruktur jaringan.

Sebagai tindak lanjut hasil penelitian dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengguna Simpuswangi, tim peneliti Poliwangi ini juga telah mengadakan kegiatan workshop dasar komputer dan jaringan pada tanggal 25 September 2012 yang diikuti oleh perwakilan dari 45 puskesmas yang dilaksanakan di Laboratorium komputer Politeknik Banyuwangi. Diharapkan workshop yang terlaksana ini dapat meningkatkan kemampuan dasar komputer pada personal Puskesmas. Ke depan sangat diharapkan, pembenahan yang berkesinambungan agar Simpuswangi di Banyuwangi dapat menjadi model sistem informasi manajemen puskesmas berbasis Web yang optimal dan menjadi acuan puskesmas lain baik di tingkat regional maupun nasional. (radar)