DUA patung Dwarapala di depan lokasi wisata Antogan masih tampak kokoh dan gagah menjaga pintu masuk tempat wisata di Desa Bunder, Kecamatan Kabat. Namun, begitu kaki melangkah mendekati pintu masuk, suasana lesu langsung terlihat.
Tak ada aktivitas apa pun di pintu masuk Antogan. Yang ada hanya tukang parkir yang tidak terlalu banyak bicara tapi murah senyum yang duduk sepanjang hari di bawah patung Dwarapala. Pria berambut ikal itu tampak begitu setia menanti orang datang, meski sudah tak banyak.
Sudah dua kali Jawa Pos Radar Banyuwangi mengunjungi Antogan di tahun 2016. Yang pertama di pertengahan Januari lalu dan kedua di bulan Juni yang bertepatan dengan bulan Ramadan. Tak ada yang berbeda di dua kali masa berkunjung itu.
Yang terlihat suasana Antogan justru semakin lesu. Saat masuk semakin ke dalam, tampak jejeran warung tak bertuan masih berdiri. JP-RaBa melanjutkan masuk lebih dalam melewati jembatan. Sambil terus menelusuri jalan, tampak kanan dan kiri jalan itu lebih mirip tegalan daripada tempat wisata.
Ada beberapa tanaman produktif yang tampak di tanam di kanan dan kiri jalan itu. Begitu menuruni tangga menuju air terjun, barulah kondisi terlihat agak ramai. Bukan ramai anggota keluarga yang sedang berlibur, tapi ramai anak-anak usia SD, SMP, dan remaja, yang sedang memadu kasih.
Melihat ada orang dewasa datang, mereka tampak terkejut. Beberapa anak perempuan yang diperkirakan masih duduk di bangku sekolah dasar langsung kabur setelah melihat kedatangan JP-RaBa. Sementara itu, anak laki-laki yang berjumlah sekitar lima orang masih terlihat santai sambil duduk di atas batu besar di tepi air terjun.
Pasangan muda-mudi yang diperkirakan masih berusia belasan tahun melanjutkan lagi aktivitasnya, yaitu bercakap-cakap. Tak lama, setelah merasa tak ada yang menarik lagi, JP-RaBa balik kanan pulang. Tampaknya tidak ada satu pun objek yang bisa membuat betah berlama-lama di sana, selain kesan horor.
Namun, belum terlalu lama balik kanan, ada salah eorang pencari kayu bakar yang tampaknya tinggal tak jauh dari Antogan. Kakek bernama Marsupin itu mengatakan dirinya tinggal di dekat Antogan. Tak jarang pada hari raya dirinya berjualan di sekitar sungai.
Pria bertubuh pendek itu mengatakan sudah sangat lama kondisi Antogan sepi seperti ini. Bahkan, pada hari Sabtu-Minggu sudah tidak ada wisatawan yang berkunjung. Yang ada menurutnya hanya anak-anak muda yang pacaran. Atau anak-anak kecil yang sengaja bermain-main bersama teman-temannya.
Nyaris tidak ada lagi keluarga yang berekreasi di lokasi yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Rempeg Jogopati itu. “Paling anak-anak muda lagi pacaran yang datang. Di sini tidak ada yang mengganggu, jadi mereka betah. Kalau tidak, ya ada orang dari luar kota. Tapi mereka mendatangi tempat pertapaan di tangga atas sana,” kata Marsupin.
Pria yang terkadang menemani istrinya berjualan bakso saat banyak orang berkunjung ke Antogan itu tidak tahu sampai kapan tempat wisata itu sepi. Tetapi, Masrupin mengatakan dirinya ingin tempat tersebut kembali ramai. Supaya dirinya tak perlu repot mencari kayu bakar dan menanam singkong untuk makan.
“Katanya mau dibangun, tapi tidak tahu kapan. Padahal, tempat ini tidak dikarciskan tapi ya tetap sepi,” keluh Marsupin. (radar)