Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tanah Milik PJKA, Musim Hujan Sering Kebanjiran

BUTUH SENTUHAN: Kondisi pasar tradisional di Desa Sraten, Kecamatan Cluring, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BUTUH SENTUHAN: Kondisi pasar tradisional di Desa Sraten, Kecamatan Cluring, kemarin.

SRATEN – Sekitar 30 tahun pasar tradisonal di Desa Sraten, Kecamatan Cluring, berdiri. Meski begitu, hingga kini rancang bangunan pasar yang terletak di barat perempatan Desa Sraten tersebut masih sangat sederhana. Padahal, pasar tersebut termasuk salah satu titik akses ekonomi masyarakat empat desa. Kondisi bangunan pasar tradisional tersebut amat jauh bila dibanding pasar pada umumnya.

Saat hujan tiba, pasar tersebut pasti akan tertimpa banjir. Sebab, irigasi di tepi jalan raya tidak berfungsi. Sehingga, saat hujan turun air terus menggenangi lokasi pasar. Belum lagi, saat musim hujan, sampah-sampah akan yang masuk ke pasar. Hal itu yang semakin menambah masalah bagi pedagang. Tentu saja, imbasnya akan berdampak pada pembeli yang biasa membeli kebutuhan pokok.

Yang lebih parah, sebagian stan milik pedagang juga banyak yang berlubang. Akibatnya, saat hujan turun pasti akan bocor. Melihat kondisi pasar tersebut, sebenarnya pemerintah desa setempat berupaya agar ada penambahan fasilitas. Hanya saja, keinginan tersebut terkendala lahan. Sebab, lahan yang ditempati sebagai pasar masih milik PJKA. ‘’Sebenarnya kita ingin pasar itu dibangun, tapi kalau pakai hasil retribusi jela nggak mampu,’’ ungkap Kepala Desa Sraten, Ali Mubarok, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Menurut dia, pihaknya memang setiap hari menarik retribusi kepada para pedagang. Meski begitu, dana wajib tersebut tidak cukup untuk dalam usaha membangun. ‘’Kita menarik cuma Rp 500 hingga Rp 1000 saja. Dana itu kita kumpulkan untuk biaya perawatan saja,’’ jelasnya. Dia mencontohkan, bila ada ada los area milik pedagang yang rusak, pihaknya akan memberi kompensasi berupa bahan. ‘’Seperti kalau ada genting bocor, kita yang tangani. Kalau lain-lainnya kita nggak bisa.

Apalagi, tiap tahun kita membayar harga sewa ke PJKA senilai Rp 900 ribu,’’ terangnya. Oleh karena itu, agar ekonomi masyarakat akan terus berkembang, maka dibutuhkan bantuan agar segera mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mengingat pasar tersebut menjadi tolok ukur pembangunan desa. ‘’Pasar itu jadi sentra bagi desa lain. Di antaranya Desa Taman Agung, Sarimulyo, dan Tapanrejo,’’ katanya. Ali menjelaskan, pasar tersebut sudah mulai beraktivitas mulai pukul 05.00 hingga 08.00. Meski dalam rentang waktu yang cukup singkat tersebut, ternyata memiliki dampak ekonomi luar biasa. ’’Kalau fasilitasnya lebih baik, bisa jadi pasar itu buka sampai setengah hari. Memang masalah utama itu soal bangunan dan irigasi yang tidak berfungsi,’’ pungkasnya. (radar)