Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tarian Burung Enggang Meriahkan Festival Konservasi Nasional di Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Penari wanita memerankan Sang Burung Enggang sedangkan Ipin dengan pakaian Adat Dayak Kenyah bermain Sampeq. (Foto: timesindonesia.co.id)

BANYUWANGI – Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2017 yang berpusat di Taman Nasional Hutan Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, juga dilengkapi Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam Indonesia di Gedung Seni dan Budaya (Gesibu) Banyuwangi, Jawa Timur.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengucapkan terimakasih atas terselenggaranya festival tersebut di Banyuwangi. Banyuwangi memiliki 2 Taman Nasional (TN) yakni TN Alas Purwo dan TN Meru Betiri ditambah satu Cagar Alam Ijen yang juga terdapat Taman Wisata Alam Puncak Ijen di dalamnya.

“Tentu ini akan menambah pengenalan masyarakat Banyuwangi tentang alam yang harus dijaga dengan tenda-tenda pameran yang disediakan,” ucap Anas, Sabtu (12/8/2017).

Festival itu semakin menarik ketika dalam pembukaannya pengunjung disuguhi tarian anak Suku Dayak Kenyah perwakilan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) dari Provinsi termuda di Indonesia, Kalimantan Utara.

Taman Nasional yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia itu menghadirkan dua orang penari, satu laki-laki sebagai pemburu dan seorang wanita sebagai Burung Enggang atau Burung Rangkok, ditambah seorang pemain alat musik tradisional Dayak Kenyah bernama Sampeq.

Kepada TIMES Indonesia, Ipin sang pemain musik Sampeq mengatakan bahwa mereka membawakan kolaborasi Tari Berburu dan Tari Burung Enggang, dimana burung dengan ciri khas paruh besar dan dominasi warna kuning di bagian kepala itu, merupakan burung yang dikeramatkan oleh Suku Dayak.

Penari wanita menjadi perlambangan kemenangan, keperkasaan sebagaimana Burung Enggang yang menjadi pembimbing dan selalu mengarahkan mereka.

Burung Enggang juga memiliki dua warna bulu, yakni hitam yang mereka anggap sebagai simbol kehidupan sosial dan warna putih yang merupakan simbol keagamaan. Keduanya harus seiring sejalan, terus menyembah tuhan, namun tetap menjaga kehidupan sosial dengan rukun dan damai.

Mula-mula Ipin dengan pakaian adat Dayak duduk di tengah panggung bermain Sampeq, yang langsung mengundang tepuk tangan undangan yang hadir, tak disangka Ipin berteriak keras dengan suara serak tinggi seperti di hutan yang langsung mengagetkan para tamu. Selang beberapa saat penari wanita, berpakaian adat wanita Dayak Kenyah, datang dengan mengayun-ayunkan kedua tangannya yang berhiaskan bulu bak Burung Enggang mengepakkan sayapnya.

Hingga beberapa waktu pandangan penonton tertuju pada penari wanita yang mempesona dengan pakaian yang indah dan gerakan sederhana tapi mempesona.

Sampai datang lagi satu orang pemburu membawa tombak, bernama Yepri, mengendap-endap diantara penonton dengan pakaian tradisional yang sama dengan pakaian Ipin, kemudian juga mengagetkan penonton dengan teriakan serak tinggi dari arah belakang.

Selesai berburu, Yepri mengajak serta Menteri Lingkungan Hidup (LHK) Siti Nurbaya dalam aksinya. Lebih seru lagi saat Bupati Anas yang diajak beraksi karena harus menggunakan sumpit, senjata khas Suku Dayak, atau tulup dalam Bahasa Jawa, untuk meletuskan balon. Terlihat sempat ragu, namun Bupati Anas akhirnya bisa meniup peluru sumpit hingga meletuskan balon yang diletakkan di atas kepala seorang partisipan.

“Itu tadi sumpit asli dengan peluru asli,” kata Ipin saat ditemui TIMES Indonesia setelah acara.

Dia mengatakan, sumpit merupakan senjata tiup, dengan peluru dari bambu yang beracun dari getah Pohon Ipuh, yang biasa digunakan berburu oleh Suku Dayak yang tetap dilakukan di hutan-hutan Kalimantan hingga sekarang. Senjata mematikan itu kadang juga digunakan saat mereka merasa terancam dan harus melawan musuh.

Sedangkan alat musik Sampeq, tidak semua Suku Dayak bisa memainkannya. Alat musik petik yang biasa dimainkan untuk menyambut tamu, dalam acara sosialisasi adat oleh lembaga adat, acara hiburan masyarakat desa, pernikahan dan berbagai acara lain itu bisa ditemukan di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara dengan karakter petikan masing-masing.

Perwakilan dari TN TNKM yang memiliki luas 1,72 juta hektare itu mengaku sudah dua kali Sampeq dimainkan di Istana di depan Presiden Joko Widodo. Pertama grup yang diikutinya bermain Sampeq pada tahun 2016, lalu diundang lagi untuk tampil di depan Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina yang sedang berkunjung.

Dalam pembukaan festival itu, diumumkan pula hasil 3 besar juara lomba video kreatif Taman Nasional dalam memperingati HKAN 2017. Dari 54 TN di Indonesia, yang mengikuti lomba tersebut sebanyak 8 TN. Didapati juara 1 TN Bali Barat, juara 2 diraih TN Gung Palu dan di posisi 3 diraih TN Hutan Baluran. Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron.

Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam di Gesibu Blambangan Banyuwangi sukses mengundang masyarakat menikmati pameran yang bersifat edukasi itu. Saat pembukaan pameran, hari Kamis (10/8/2017) malam dimana tarian Burung Enggang Dayak Kenyah ditampilkan, halaman Gesibu Blambangan selalu ramai pengunjung, dan besok, hari Minggu (13/8/2017) merupakan hari terakhir festival. (timesindonesia.co.id)

Kata kunci yang digunakan :