Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

TB dan HIV, Saling Berkaitankah?

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tbTANGGAL 1 Desember merupakan hari AIDS se-dunia. Apakah Anda mengetahui bahwa penyakit HIV/ AIDS berkaitan dengan penyakit TB (Tuberculose)? TB masih merupakan penyebab penting dari morbiditas dan mortalitas sebagian orang dengan infeksi HIV. Tahun 2008, dari sekitar 9,4 juta insiden kasus TB, 1,4 jutanya merupakan orang yang hidup dengan HIV dan TB terhitung 23% dari kematian yang berhubungan dengan AIDS. Peningkatan resiko dari TB aktif terjadi segera setelah serokonversi HIV dan dua kali lipat pada akhir tahun pertama dari infeksi HIV.

HIV dan M.tuberculosis keduanya merupakan patogen intraseluler yang saling berinteraksi baik pada tingkat populasi, klinis, maupun seluler. Interaksi antara dua kondisi ini menimbulkan percepatan perkembangan kedua penyakit. Infeksi HIV mempercepat perkembangan infeksi TB dan begitupun sebaliknya infeksi TB menyebabkan penurunan CD4 limfosit T, memperberat efek depresi imun dari HIV dan menimbulkan peningkatan aktivitas virus. Semakin parah derajat imunodefi siensi ODHA, semakin lemah pertahanannya terhadap infeksi TB.

Karena lemahnya pertahanan tubuh tersebut, progresivitas TB menjadi penyakit aktif sejak awal paparan lebih besar pada ODHA (40%) dibandingkan pada non ODHA (5%). Pasien TB yang dicurigai terinfeksi HIV/AIDS adalah pasien yang mempunyai riwayat resiko tinggi tertular HIV, hasil pengobatan TB tidak memuaskan, dan TB MDR atau TB kronis. Gambaran klinis yang diduga koinfeksi HIV pada pasien TB yaitu berat badan turun 10 kg atau >20%, diare kronik, oral trust, herpes zoster, pneumonia berulang.

Diagnosis TB aktif pada orang terinfeksi HIV sulit oleh karena pasien HIV dengan TB memiliki lebih sedikit bacil pada sputumnya dari pada pasien yang tidak terinfeksi HIV dengan TB paru. Gejala klinis tuberkulosis pada AIDS tidak khas berbeda dengan tuberkulosis tanpa AIDS, antara lain yaitu: demam, keringat malam, lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, keadaan umum yang cepat memburuk dan cepat berubah menjadi bentuk milier. Selain itu juga terdapat batuk, ekspektorasi dahak, batuk darah, nyeri dada atau sesak nafas.

Infeksi HIV menurunkan validitas dan efektivitas dari gambaran radiografi dada pada diagnosis TB paru pada orang yang terinfeksi HIV, dan gambarannya bisa normal sampai dengan 14% dari orang yang terinfeksi HIV yang memiliki kultur terbukti TB paru. Umumnya, makin berat derajat imunodefisiensinya makin tidak khas gambaran foto toraksnya. Semua jenis gambaran foto toraks dapat dijumpai, mulai dari infi ltrat lobar dengan atau tanpa limfadenopati hilar sampai bentuk yang menyerupai infi ltrat difus.

Kultur mikobakteria adalah gold standard untuk diagnosis TB dan sekarang direkomendasikan untuk membantu diagnosis TB pada HIV. Kultur mikobakteria memerlukan waktu yang lama (umumnya 5-8 minggu) untuk menumbuhkan koloni dengan media tradisional seperti Lowenstein-Jensen. Berbeda dengan HIV, infeksi TB dapat disembuhkan. Bakteri TB dapat diberantas secara keseluruhan dari tubuh dengan pemberian obat anti-TB (OAT).

Oleh karena itu, terapi TB bertujuan untuk menyembuhkan TB, selain itu juga untuk mengurangi sumber infeksi TB agar penularan TB dapat dikurangi, mengurangi kematian akibat TB, dan untuk mencegah kekambuhan infeksi. WHO menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short course atau pengobatan dengan pengawasan langsung). Pengawasan ini dilakukan oleh pengawas menelan obat atau PMO, yang bertugas untuk mendampingi pasien dalam menjalani pengobatan sampai tuntas.

PMO dapat anggota keluarga atau petugas kesehatan yang mudah terjangkau oleh pasien TB. Tujuan DOTS adalah: mencapai angka kesembuhan yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping OAT, dan mencegah timbulnya resistensi akibat ketidakpatuhan. Dengan semakin banyaknya kasus TB di antara ODHA, dan juga semakin banyaknya pasien dengan TB yang diketahui juga terinfeksi HIV, maka semakin penting disediakan layanan kesehatan yang terpadu untuk kedua infeksi ini.

Memadukan layanan kesehatan untuk TB dan HIV akan memberi manfaat, antara lain: pasien TB-HIV dapat diobati dengan satu kunjungan, pasien TB yang dicurigai HIV dapat langsung dirujuk ke konseling dan tes HIV, penyakit TB pada ODHA lebih cepat ditangani, dan kepatuhan terhadap terapi TB dan HIV dapat didorong bersama Dan, salah satu tempat pelayanan kesehatan terpadu antara TB dan HIV berada di RSUD Genteng Banyuwangi. (radar)

Kata kunci yang digunakan :