Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tekan Angka Kematian Bayi, Gembleng Kader Kesehatan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tekanUntuk Menurunkan Kematian Balita

PURWOHARJO-Sejalan dengan amanat negara peserta PBB yang tertuang dalam Milenium Development Goals (MDGs), terdapat target penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mentarget penurunan AKB dan AKBA sebesar 2/3 sampai tahun 2015. Sehingga, AKB di Indonesia menjadi 32/1000 kelahiran hidup (kh) dan penurunan AKBA sebesar 23/1000kh pada tahun 2015.

Kondisi ini memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam rangka penurunanan AKB dan AKBA di Indonesia, termasuk di Kabupaten Banyuwangi. Penurunan AKB dan AKBA tidak lepas dari upaya penurunan kematian bayi dan balita, yang salah satu strateginya adalah peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakat. 

Dengan masih tinggi angka kesakitan akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Grajagan, yaitu sebesar 3.967 penderita pada tahun 2013, maka Puskesmas Grajagan berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat dalam bentuk pelatihan kader dengan tema “Tanda dan Gejala serta Cara Penanganan ISPA di Rumah”.

Pelatihan kader yang dilaksanakan di Puskemas Grajagan diikuti oleh kader kesehatan Puskesmas Grajagan, dan dilaksanakan pada Sabtu, 31 Mei 2014, dengan materi meningkatkan keterampilan danpengetahuan mengenai penyakit ISPA, bagaimana tanda dan gejala ISPA, bagaimana membedakan ISPA yang tergolong Pneumonia maupun yang bukan Pneumonia dengan cara hitung napas per menitnya, dan gejala lain.  

Semua informasi mengenai ISPA di berikan pada pada kader kesehatan dengan harapan dapat menginformasikan kepada ibu balita mengenai penyakit ISPA dengan benar. Ibu Balita bisa mengerti bagaimana membedakan ISPA pneumonia dan bukan Pneumonia. Bagaimana penatalaksanaan sementara di rumah, kapan secepatnya harus segera di rujuk ke puskesmas, atau ke rumah sakit dan sebagainya.

Dengan penanganan yang tepat dan cepat pada penderita ISPA Pneumonia, diharapkan kasus kesakitan dan kematian balita dapat diturunkan, terutama kematian yang disebabkan karena ISPA Pneumonia akibat keterlambatan pertolongan atau penata laksanaannya. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, juga dilakukan praktek langsung pada balita yang sakit, cara menghitung nafas permenitnya, dan gejala-gejala lain seperti sesak nafas, pernapasan cuping hidung, dan sebagainya. 

Dengan pemeriksaan itu cara membedakan ISPA Pneumonia maupun yang Non Pneumonia pertolongan dapat cepat diberikan. “Pelatihan kader berlangsung baik dan lancar. Kader antusias mengikuti kegiatan dan semangat karena mereka mendapat ilmu yang baru, dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun untuk masyarakat,” cetus kepala Puskesmas Grajagan, dr Tir Wahyuni.(radar)