Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tembok dan Kayu Utuh Sejak 1908

KOKOH: Kondisi tampak depan rumah tua di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KOKOH: Kondisi tampak depan rumah tua di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro.

Perawan tua itu masih menyimpan kenangan indah masa lalu, baik sebelum maupun setelah Indonesia merdeka. Masa ke masa dia lalui, tapi hingga kini ia masih tidak memiliki pendamping hidup alias perawan tua.
-NUR HARIRI, Kalipuro-

IALAH Ririn, 60, warga Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, yang menjaga rumah itu. Dia perempuan keturunan Be-landa campuran Minahasa. Sudah Bandara Blimbingsari akan dikelola pihak ketiga Lebih pas pihak kelima, sesuai jumlah sudut sisir belimbing Pendataan honorer K2 sudah final Semoga semua bisa jadi juara bergelar CPNS lama Ririn menjaga rumah kuno itu. Meski terlihat kuno, tapi model rumah itu tidak kuno amat.

Berdasar pengakuannya, Ririn se-benarnya mempunyai banyak sau-dara dan umumnya mereka kaya. Nah, karena itulah mereka semua lupa kepada Ririn. Kini Ririn hanya bisa bercerita kenangan masa lalunya bersama rumah tua yang dia jaga itu. Tidak banyak orang yang tahu bah-wa rumah tak berpenghuni itu di-bangun sekitar 85 tahun silam. Ru-mah itu kini menjadi milik Bungonik, 65, yang konon adik Bung Mahesa.

Kayu yang digunakan membangun rumah tersebut adalah kayu unggul. Adonan temboknya pun pasti berku-alitas tinggi. Sebab, hingga kini tem-bok rumah tersebut masih berdiri kokoh. Namun sayang, rumah itu kini berdiri tanpa penghuni. Ririn hanya menjaga rumah Bungonik warisan kakaknya itu. Setiap pagi, Ririn hampir tidak pernah absen membawa bunga sedap malam ke pemakaman orang-orang yang pernah tinggal di rumah tua tersebut.

Hingga kini dia juga masih ingat nama-nama orang yang pernah tinggal di rumah itu. Wartawan koran ini pun merasa diper-lakukan khusus. Sebab, saat berkunjung ke sana, wartawan RaBa diajak berziarah ke pemakaman orang-orang yang pernah tinggal di sana. Ririn menunjukkan makam tertua berangka tahun 1908. Berarti jauh sebelum Indonesia merdeka. Jika dilihat sepintas, Ririn terlihat penya-bar. Dia tidak banyak neko-neko dan men-jalani hidup sehari-hari apa adanya. Na-mun, tidak bisa ditutupi, perawan tua itu pasti kesepian karena sehari-hari dia hidup sendiri.

Menurut, Marta, 55, salah seorang keluarga Ririn, awalnya rumah itu milik ba-pak Bung Mahesa. Dialah yang membangun rumah yang kini dijaga Ririn itu. Nah, sepeninggal Bung Mahesa, rumah tersebut menjadi hak milik Bungonik. Bung Mahesa dikenal warga sekitar se-bagai seorang yang penyayang dan baik kepada tetangga. Dalam hidupnya, nyaris dia tidak pernah berselisih paham dengan tetangga. Bahkan, dengan kedermawanannya, Bung Mahesa pernah menyekolahkan anak-anak warga sekitar. Tidak heran, Bung Mahesa sangat dicintai warga sekitar.

Setelah meninggal, pun dia tetap dikenang warga. Sebab, semasa hidup, ia banyak membantu penduduk. Ada hal yang sangat menarik terkait ke-luarga Bung Mahesa. Menurut Ririn, Bung Mahesa beragama Kristen dan mayoritas warga Desa Kelir beragama Islam. Namun demikian, perbedaan agama itu tidak pernah melahirkan sebuah konflik agama. Selain itu, juga tidak pernah ada konflik terkait isu suku, walaupun saat itu Bung Mahesa bukan suku asli Banyuwangi. Kehidupan warga Kelir tenang, damai, sehingga membuat Bung Mahesa betah tinggal sana.

Sebab, warga Kelir tidak pernah memper-masalahkan perbedaan agama dan suku. Menurut Saldan, 65, keluarga Bung Mahesa sudah bermukim di Desa Kelir sejak kakeknya masih kecil. “Mageh cilik, isun sering mangan neng umahe, (sewaktu kecil, saya sering makan dirumahnya),” kata Saldan. Sejak dulu Saldan tidak heran saat melihat orang beragama Kristen menikah dengan orang Islam. Sebab, di desanya sudah ada sejak zaman kakeknya. Meski berbeda keyakinan, mereka tidak saling memaksakan keyakinan.

Terkait keberadaan orang Belanda campuran Minahasa di Desa Kelir tersebut di-benarkan Suhalik, 50. Guru antropologi di SMAN I Giri itu bahkan pernah meneliti keturunan orang-orang Belanda campuran Minahasa di Desa Kelir tersebut. Dalam penelitiannya, Suhalik juga memetakan penyebaran keturunan orang-orang Belanda campuran Minahasa di Desa Kelir tersebut. Menurutnya, salah satu keturunan mereka kini ada yang tinggal di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi. Itulah kenangan yang tidak bisa dilupakan Ririn yang hingga kini masih men-jadi perawan tua. (radar)