Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Terkesan Fanatisme Suporter Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
David Ariyanto

Sosok David Ariyanto memang tidak bisa dilepaskan dari Persewangi Banyuwangi. Selama tujuh bulan dia menjadi bagian penting bagi Laskar Blambangan di pentas Divisi Utama PSSI. Sayang, problem finansial tim membuatnya hijrah ke Barito Putra.
-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

SUARA klakson kereta api Mutiara Timur membuat aktivitas di Stasiun Rogojampi malam itu (30/3) semakin sibuk. Penumpang pun bergegas masuk ke dalam gerbong. Tidak lama, lonceng tanda kereta akan berangkat berbunyi. Satu penumpang masih berada di peron stasiun. Menenteng tas dan koper, dia juga akan menjadi bagian dari penumpang kereta malam itu. Beberapa saat dia enggan masuk ke dalam gerbong. Matanya masih sembab.

Dia adalah David Ariyanto. Dia mantan pilar Persewangi. Malam itu dia hijrah ke klub barunya, Barito Putra. Setelah membela Persewangi selama tujuh bulan, kini dia memutuskan hengkang. Sepak terjangnya di lapangan sudah tidak perlu diragukan. Postur David Ariyanto jangkung. Dengan tinggi 188 centimeter, dia adalah pemain tertinggi kedua dalam skuad Laskar Blambangan. Dari Victor da Silva, tinggi badan David hanya kalah beberapa centimeter saja. Victor da Silvalah pemain terjangkung di skuad Persewangi saat ini.

Kelebihan postur inilah yang membuatnya dipercaya mengawal gawang Persewangi hingga putaran pertama kompetisi Divisi Utama PSSI tuntas. Aksi menawannya di bawah mistar beberapa kali menyelamatkan tim dari kekalahan. Bersama yang lain, David membawa Persewangi di posisi tiga klasemen sementara. Namun, siapa sangka pemain binaan PSCS Cilacap itu dulu adalah seorang striker. Bersama tim lokal di kampungnya, pengidola Gianluigi Buffon itu diplot sebagai tukang jebol gawang lawan.

Namun, lama-lama tugas sebagai striker membuatnya menjadi terbebani. Lalu dia memilih menjadi penjaga gawang. Entah jodoh ataukah sudah takdir, di Piala Suratin, David membawa PSCS Cilacap Junior menjadi kampiun dan dia inobatkan sebagai penjaga gawang terbaik. “Sejak itu saya sudah merasa pas di posisi ini (penjaga gawang),” ujarnya.

Kemudian, David memutuskan menimba ilmu sepak bola lebih dalam. Diklat Mandau di Bontang menjadi pelabuhan berikutnya. Selama dua tahun, mulai 2004 hingga 2006, dia belajar olah tangkal bola di bawah mistar. Itulah yang membuatnya masuk dalam skuad tim nasional Pra Piala Asia under 21 tahun. Bersama Galih Sudaryono (Persija), Ahmad Jufriyanto (Sriwijaya FC), dan Geri Setya (Persela), dia tergabung dalam skuad Garuda. Setelah mencicipi gelanggang timnas di bawah asuhan Rully Nere dan Al-Hadad, David menyeberang ke Bontang FC. Selama tiga musim dia membela tim di daerah kaya minyak tersebut.

Setelah itu, David berlabuh ke Persikab Bandung dan Persiwa Wamena. Setelah dari Persiwa Wamena, dia memutuskan berlabuh di Persewangi. Itu atas saran mantan arsitek Persiwa, Suharno. Alasannya sederhana, Persewangi adalah tim yang memiliki tradisi melahirkan pemain hebat dan memiliki pendukung fanatik. Ternyata itu benar-benar dirasakan David bersama Persewangi. Kurang-lebih tujuh bulan dia merasakan atmosfer sepak bola Banyuwangi yang hebat. Dukungan fanatik penonton menjadi kado istimewa bagi setiap pemain Persewangi, termasuk dirinya. Apalagi, selama mengenakan jersey Laskar Blambangan, dia turut andil dalam membawa Persewangi ke papan atas klasemen Divisi Utama PSSI.

Kebersamaan bersama Persewangi sekarang tinggal kenangan. Portier (penjaga
gawang) berusia 25 tahun itu telah memutuskan pergi ke Barito Putra. Problem finansial yang dialami Persewangi adalah penyebabnya. Pengalamannya menjelajah berbagai klub di tanah air, problem finansial memang menjadi masalah klasik. Namun, menurut David, problem finansial Persewangi adalah yang paling parah. Di beberapa klub tunggakan gaji paling banter hanya dua bulan. Tetapi, di Banyuwangi hampir empat bulan. Persekot kontrak juga belum dibayar.

Meski begitu, David mengaku terkesan iklim sepak bola di Banyuwangi. Dia mengaku siap kembali lagi bila Persewangi membutuhkannya di kemudian hari. Sebagai salam perpisahan, David menyempatkan diri membagikan barang miliknya kepada teman dan kenalannya. Kaus, sepatu, dan benda berharga miliknya, diberikan sebagai kenang-kenangan. Dia berharap kepindahannya ini menjadi hal yang terbaik baginya. Targetnya tentu saja jelas, David ingin kembali merasakan posisi panas sebagai kiper utama timnas. “Target itu sudah jelas dan saya butuh bermain secara reguler,” tegasnya. (radar)