Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Terserang Batuk dan Diare Jelang Lomba

KAGET: Harijadi Yung (kiri) melewati garis fi nish di Sirkuit Kenjeran, Surabaya, Minggu (22/4) lalu. GALIH COKRO/RaBa MASIH SAKIT: Bella, siswi SMPN 1 Banyuwangi, mengikuti unas di RS Yasmin, Banyuwangi, kemarin. MIKIR: Siswa garap soal di SMPN 4 Banyuwangi kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KAGET: Harijadi Yung (kiri) melewati garis fi nish di Sirkuit Kenjeran, Surabaya, Minggu (22/4) lalu. GALIH COKRO/RaBa MASIH SAKIT: Bella, siswi SMPN 1 Banyuwangi, mengikuti unas di RS Yasmin, Banyuwangi, kemarin. MIKIR: Siswa garap soal di SMPN 4 Banyuwangi kemarin.

Jawa Pos Polygon Tour de East Java (TDEJ) 2012 menjadi kiprah perdana Harijadi Yung di kejuaraan balap sepeda. Namun, siapa sangka pada seri pertama di Sirkuit Kenjeran, Surabaya, Minggu (22/4) lalu, dia finish di posisi keempat klasemen sementara.
-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

SEPEDA dan Harijadi ibarat dua sisi mata uang. Mengayuh sepeda sudah dia lakukan sejak kanak-kanak. Kecintaannya terhadap sepeda juga dilatarbelakangi orang tuanya yang membuka toko dan aksesori sepeda, tepatnya dekat perempatan lampu merah Lateng.

Harijadi Yung tinggal di Jalan Jenderal Sudirman 28, Banyuwangi. Tiga buah sepeda diparkir dengan rapi di kediamannya yang persis di samping toko. Melihat hobinya bersepeda gayung, ada kesan kontras saat melihat aktivitasnya sehari-hari. Setiap hari, Harijadi justru dikelilingi berbagai aksesori sepeda motor.

Oli dan spare part motor menjadi benda-benda yang mengelilinginya tiap hari. Namun demikian, ada tiga buah sepeda di dalam rumah Harijadi. Ditemani dua putrinya, Trivena dan Eunice, Harijadi banyak bercerita tentang hobinya bersepeda yang sudah dia gemari sejak dua tahun silam. Dari ceritanya, pria yang beralamat di Jalan PB. Sudirman itu mengaku baru mencintai bersepeda pancal dua tahun belakangan.

Setiap hari, sebelum menjalankan aktivitas, dia selalu menyempatkan diri gowes terlebih dahulu. Tidak ada tujuan lain selain sekadar menjaga kebugaran dan mencari keringat. Itulah yang disampaikan suami Tety Setyawati itu. Dengan sepeda pancal, tidak kurang dari 20 kilometer (Km) dia lahap setiap hari; hanya muter-muter dalam dan sekitar kota Banyuwangi.

Mancal sejauh itu seolah sudah menjadi menu sarapan setiap hari sebelum bekerja. Namun, gelaran Jawa Pos-Polygon Tour de East Java (TDEJ) membuat hatinya tergugah. Berawal dari sekadar iseng dan mencoba iklim perlombaan, pria yang akrab disapa Yung itu nekat ikut serta. Porsi latihan pun ditambah.

Dari 20 Km yang menjadi menu sarapan di pagi hari ditingkatkan menjadi 40 Km. Pria kelahiran Banyuwangi 18 November 1971 ini menggowes sepeda pagi hari sebelum bekerja, dan sore hari sesudah bekerja. Namun persiapannya untuk ikut dalam TDEJ tidaklah mulus. Selama hampir sebulan sebelum ajang itu digelar, Yung diserang masalah pernapasan.

Batuk tidak henti-hentinya mengganggu latihan. Beruntung beberapa hari jelang lomba, deraan saluran pernapasan itu berhasil mereda. Bukan itu saja, serangan diare pun sempat membuatnya nyaris mengganggu penampilannya. Perjalanan menuju Surabaya, Yung pun dibuat bolak balik masuk ke water closet (WC) kereta api. Total dalam perjalanan tersebut dia sudah lima kali keluar masuk kamar mandi.

“Mungkin karena tegang jadi terbawa ke diare,” ujarnya. Beruntung sehari jelang lomba, Yung bisa dengan cepat merecovery kondisi tubuhnya. Buntutnya, di saat lomba dia mampu tampil dengan kondisi fresh. Total sepuluh lap yang dilewatinya menempatkannya finish di posisi keempat, sekaligus membuatnya duduk di posisi lima besar klasemen sementara.

Bukan senang atau gembira, Yung justru kaget atas hasil itu. Sebagai pembalap debutan dalam kejuaraan besar, dia tidak menyangka bisa bersaing dengan pembalap yang lebih berpengalaman. Padahal saat lomba tidak ada strategi khusus yang digunakan seperti kebanyakan pembalap lainnya. Dia hanya mengandalkan kemampuan alaminya dalam mengayuh sepeda.

Teknik bertanding di saat lomba pun diperolehnya secara instan. Itu dipelajarinya dengan mengamati dan mencermati jalannya perlombaan nomor lainnya. Adalah nomor Women Race yang menjadi media pembelajaran bagi Yung. Cara sprint, membalap, dan menguntit pembalap diperolehnya dari nomor awal yang dipertandingkan itu. “Maklum baru pertama. Tapi tidak masalah ini pengalaman buat seri kedua nanti,” katanya. (radar)